• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 20 April 2024

Obituari

Sisa Teh Tamu yang Diminum Kiai Najib dan Kisah Khadim Jail (Bagian 1)

Sisa Teh Tamu yang Diminum Kiai Najib dan Kisah Khadim Jail (Bagian 1)
Santri-santri antri untuk bersalaman dengan KHR Muhammad Najib AQ (Foto: Istimewa)
Santri-santri antri untuk bersalaman dengan KHR Muhammad Najib AQ (Foto: Istimewa)

Di sebagian rumah para kiai pengasuh pesantren, terdapat pembantu (khadim) yang melayani kebutuhan kiai, baik itu kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan lainnya. Para pelayan kiai ini biasanya terdiri dari para santri. Ada pelayan yang berasal dari santri putra, ada pula dari santri putri.

 

Di dalam strata kaum santri, pembantu atau abdi ndalem dikenal mempunyai strata sangat tinggi dibandingkan santri yang lain. Hal ini dikarenakan persepsi bahwa abdi ndalem adalah santri terdekatnya kiai, seseorang yang mempunyai akses tanpa batas dengan kiai sehingga mengetahui seluk-beluk keilmuan, aktivitas, dan akhlak kiai dari dekat yang tidak bisa diakses oleh orang di luar ndalem kiai, termasuk sesuatu yang tidak bisa diakses oleh santri pada umumnya.

 

***

 

Muhammad Misbah merupakan salah satu khadim KH Najib Abdul Qadir Al-Hafidz di sekitar tahun 2011. Misbah menjadi santrinya Mbah Najib di Pesantren Krapyak, Yogyakarta setelah ia menyelesaikan studinya di Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Grobogan.

 

Berikut ini adalah cerita Muhammad Misbah sendiri kepada NU Online Jateng beberapa tahun silam.

 

Mbah Najib menghendaki Misbah untuk menjadi abdi ndalem dengan tugas membantu rumah tangga kiai, mulai mengantar anak-anak berangkat sekolah hingga melayani para tamu yang sowan ke ndalem kiai.

 

Baca juga:

 

Di mata para santri, Misbah dikenal humoris, low profile sehingga candaan-candaan antara Misbah dengan para santri 'lepas tanpa batas'. Di pesantren, candaan seperti ini dikenal dengan gojlokan. Gojlokan dibangun untuk melatih para santri ketika terjun di tengah masyarakat, mereka akan merasa terbiasa dan siap dengan omongan publik yang beraneka ragam.

 

Sudah menjadi maklum di kalangan santri Krapyak bahwa Mbah Najib mempunyai sakit diabetes yang menahun. Meski demikian, Mbah Najib mempunyai kebiasaan meminum sajian teh manis dari sisa minum para tamu-tamu.

 

Mbah Najib tidak memandang siapa pun tamu yang datang ke rumah beliau. Menurut pandangan Mbah Najib, semua tamu adalah orang baik, maka beliau ingin mengambil keberkahan para tamu dengan meminum sisa air minum mereka. Sebuah sikap tawadhu' yang luar biasa.

 

Sebagai abdi ndalem, Kang Misbah sangat mengetahui rahasia ketawadhuan Mbah Najib. Hal ini yang menjadikan Kang Misbah mempunyai inspirasi ide usil.

 

Suatu saat, ada salah satu santri yang menjadi teman dekat Kang Misbah sowan kepada Mbah Najib. Sebut saja namanya Zaid.

 

Baca juga: Sekretaris PP ISNU: Kiai Najib dan Dua Madzhab Tarawih

 

Sebagaimana biasa, sebagai abdi ndalem, melayani para tamu, Kang Misbah mulai menyeduh teh hangat untuk para tamu. Semua gelas diisi air teh hangat sekaligus diberi gula secukupnya. Namun khusus gelasnya Zaid, Kang Misbah tidak memberi gula. Ia justru memberikan garam yang cukup banyak.

 

Gelas-gelas berisi teh hangat dibawakan Kang Misbah di atas nampan. Ia haturkan satu persatu di hadapan masing-masing tamu. Tidak ketinggalan, satu gelas teh campur garam di hadapan Zaid.

 

Mbah Najib mempersilahkan para tamu menikmati hidangan yang telah disediakan, termasuk di antaranya mempersilahkan mereka meminum teh yang telah disajikan.

 

Betapa terkejutnya Zaid ketika ia merasakan teh super asin dari gelas yang ia pegang. Ia segera faham jika ia sedang dikerjai oleh Kang Misbah. Apa daya, ia berfikir ulang apabila ia tidak menghabiskan teh yang telah ia cicipi, kemudian tersisa, sisanya hampir pasti akan diminum oleh Mbah Najib, kiainya sendiri yang sepuh, penuh tawadhu’. Sebuah mimpi yang mustahil jika ada santri berharap gurunya akan meminum sisa muridnya sendiri sedang si murid mengetahuinya. Sedikit terpaksa, Zaid menghabiskan teh asin yang telah ia sentuh gelasnya.

 

Setelah semua tamu pulang, Zaid kembali ke kamar, Kang Misbah merayakan kemenangan ide usilnya. Mission complete.


Bersambung ...

 

 

Penulis: Ahmad Mundzir

Editor: Ahmad Hanan


Obituari Terbaru