Kiai Sa’dullah Assa’idi Wafat, Arsitek Intelektual UNISNU Jepara Tutup Usia
Senin, 2 Juni 2025 | 12:00 WIB
Jepara, NU Online Jateng
Dunia pendidikan Nahdlatul Ulama, khususnya keluarga besar Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, tengah berduka. KH Sa’dullah Assa’idi, sosok yang dikenal sebagai peletak fondasi perguruan tinggi NU di Jepara, wafat dalam usia 68 tahun.
Lahir di Jember pada 17 Januari 1956, Kiai Sa’dullah memang bukan putra asli Jepara. Namun kecintaan dan pengabdiannya terhadap kota ini begitu dalam, terutama dalam membangun pendidikan tinggi bercorak Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Ia adalah santri sejati yang menjelma menjadi intelektual dan pejuang pendidikan.
Peran Kiai Sa’dullah dalam pendirian Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara tak terbantahkan. Pada Desember 1987, ia menyusun dan mempresentasikan naskah akademik berjudul Perintisan Pendirian Perguruan Tinggi NU, yang menjadi dasar berdirinya INISNU. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Panitia Pendiri INISNU, yang mulai beroperasi pada 1 Juli 1989.
Tak hanya menjadi penggagas, ia juga aktif turun langsung menata fondasi kampus: dari tugas administratif, konseptual, hingga pembinaan spiritual. Baginya, kampus NU bukan sekadar tempat belajar formal, tetapi juga rumah kaderisasi santri intelektual.
Perjalanan panjangnya di kampus Nahdlatul Ulama ini mencakup berbagai posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Biro UKKA (1990–1992), Pembantu Rektor II (2007–2011), Wakil Rektor I UNISNU (2013–2016), dan puncaknya dipercaya sebagai Rektor UNISNU Jepara selama dua periode, yakni 2016–2020 dan 2020–2024. Ia menjalani seluruh proses pengembangan kampus dari awal hingga masa kepemimpinan tertinggi.
Pada rentang 2000 hingga 2006, Kiai Sa’dullah sempat mengemban amanah sebagai Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan di STAIN Kudus (kini UIN Kudus). Di sana, dia menunjukkan kepedulian terhadap aktivisme mahasiswa sebagai bagian penting dalam pembentukan karakter dan nalar kader muda NU.
Bagi banyak mahasiswa dan alumni, Kiai Sa’dullah bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendamping intelektual yang hangat. Rumahnya di Mejobo Kudus dan Batealit Jepara sering menjadi tempat diskusi, silaturahmi, dan penguatan nilai-nilai kebangsaan serta keislaman.
Ia pernah berpesan, “Dinamika kampus harus dibangun berdasarkan intelektual aktivis, namun hubungan dosen dan mahasiswa ciptakanlah seperti hubungan santri dan kiai.” Ungkapan itu menjadi napas kepemimpinannya yang membumi dan menjiwai relasi akademik.
Latar belakang pendidikannya sangat kuat. Ia menimba ilmu di Pesantren Darul Ulum dan Bahrul Ulum Jombang, serta menyelesaikan pendidikan tinggi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan latar sebagai santri dan akademisi, ia berhasil menjembatani tradisi dan modernitas dalam satu tubuh keilmuan.
Selama hidupnya, Kiai Sa’dullah aktif mendorong kader muda NU untuk mengembangkan kapasitas diri melalui studi lanjut, publikasi ilmiah, dan forum akademik. Ia membentuk struktur kampus sekaligus membangun habitus berpikir dan berorganisasi. Tak sedikit alumni INISNU dan UNISNU yang kini menjadi dosen, peneliti, birokrat, dan aktivis nasional.
Ia juga sempat mengemban amanah sebagai Ketua Bidang Akademik YAPTINU (2011–2013) dan Sekretaris II Yayasan INISNU (1988–1995). Dirinya memahami bahwa keberhasilan kampus NU tak hanya ditentukan oleh kurikulum atau gedung megah, tetapi juga oleh keikhlasan niat dan kesungguhan kerja kader-kadernya.
Keterlibatannya dalam ranah keumatan juga sangat nyata. Ia menjadi bagian dari tim pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional dan aktif di berbagai kegiatan IKA PMII, organisasi yang pernah membesarkannya semasa muda. Tanpa banyak bicara, ia juga kerap membantu kader muda melanjutkan pendidikan dengan mencarikan akses beasiswa dan jalur akademik lainnya.
Kiai Sa’dullah bukanlah sosok flamboyan. Ia lebih menyerupai pelita di lorong-lorong sunyi: tak selalu terang benderang, tapi cukup memberi arah. Jejaknya tak selalu tertulis di piagam atau pamflet, melainkan hadir dalam cerita, pertemuan, dan pengaruh senyap yang mendalam.
Wafatnya Kiai Sa’dullah adalah kehilangan besar, bukan hanya bagi keluarga dan UNISNU, tapi juga bagi jejaring pendidikan tinggi NU secara luas. Ia telah menunaikan tugasnya dengan tenang dan penuh keikhlasan. Di balik tembok kampus yang kini terus berkembang, ada tangan, pikiran, dan doa Kiai Sa’dullah yang tertanam kuat.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dr KH Sa’dullah Assa’idi, M.Ag wafat pada hari Ahad, 1 Juni 2025. Selamat jalan, pak Rektor. Nyala yang engkau hidupkan akan terus kami jaga. Engkau mungkin telah pergi, tapi warisan keilmuan dan keteladananmu akan tetap menyinari langkah generasi penerus.
Terpopuler
1
Hadir di Pondok Kauman Lasem, Lora Ismael Al-Kholilie Sampaikan 3 Pesan Penting untuk Santri
2
Wagub Taj Yasin Tegaskan Santri Jateng Bisa Kuliah ke Mesir hingga Australia
3
Khutbah Idul Adha: Meneladani Keikhlasan Ibrahim-Ismail dalam Membangun Bangsa yang Tangguh
4
Niat dan Tata Cara Pelaksanaan Puasa Tarwiyah an Arafah
5
Terjadi Kekosongan Kepemimpinan, PCNU Kota Pekalongan Bakal Segera Gelar Konferensi Cabang
6
Gus Arwani Thomafi Ceritakan Dedikasi KH Thoyfoer Lasem untuk NU
Terkini
Lihat Semua