• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Obituari

KABAR DUKA

Sekretaris PP ISNU: Kiai Najib dan Dua Madzhab Taraweh

Sekretaris PP ISNU: Kiai Najib dan Dua Madzhab Taraweh
KHR Muhammad Najib bin KH Abdul Qodir Munawwir. (Foto: Istimewa)
KHR Muhammad Najib bin KH Abdul Qodir Munawwir. (Foto: Istimewa)

Yogyakarta, NU Online Jateng

Kabar berpulangnya salah satu Pengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, KHR Muhammad Najib bin KH Abdul Qodir Munawwir pada Senin (4/1) sore menjadi perhatian dari berbagai pihak, salah satunya datang dari Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) ISNU masa khidmat 2018-2023, M Kholid Syeirazi.

 

Sosok yang pernah nyantri di Pesantren Kiai Ali Maksum Krapyak Yogyakarta pada tahun 1997-2000 ini menulis pandangannya mengenai sosok Kiai Najib di Facebook pribadi miliknya pada Senin malam dengan judul “Yai Najib dan Dua Madzhab Taraweh”. Olehnya, dirinya mengatakan saat mendengar kabar duka tersebut langsung terbayang wajah teduh dan aura ikhlas sang kiai.

 

“Saya sangat berduka dengan kabar berpulangnya Kiai Najib Alhafiz. Saking terkejutnya, kalimat pertama yang keluar spontan dari mulut saya bukan istirja', tetapi ucapan 'Ya Allah Ya Allah..',” tulisnya.

 

“Kontan terbayang wajah sejuk dan aura ikhlas Kiai Najib, sang penjaga Al-Qur'an yang mustaqim. Rasanya, pada diri beliau, tidak ada bekas tanda-tanda kecintaan kepada dunia,” lanjutnya.

 

Melalui tulisan tersebut, dirinya mengatakan bahwa ia ingin membagikan kenangannya mengenai sosok kiai yang merupakan salah satu Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

 

“Saya ingin mengenangnya (Kiai Najib, -red) dengan cara sederhana sebagai santri Krapyak. Beliau adalah simbol dari aliran taraweh,” ungkapnya.

 

Dikatakannya, setiap Ramadhan tiba, santri Krapyak terbelah dalam dua aliran. Setelah Shalat Isya' yang dipimpin Mbah Zainal, aliran pertama geser ke samping masjid.

 

"Mengambil tempat di aula, taraweh dilakukan pendek, 20 rakaat plus 3, beres paling lama setengah jam. Imamnya, seingat saya, guru Aliyah. Peserta aliran ini santri umum, termasuk--dan kebanyakan--penganut madzhab Jumatan bawah pohon sawo," ujar pria yang mengambil program doktoral di Universitas Indonesia (UI) ini.

 

Sementara itu, dijelaskannya, untuk aliran kedua adalah kelompok yang setiap malamnya selalu membaca satu juz di pelaksanaan Shalat Tarawehnya. Untuk kelompok ini diimami oleh Kiai Najib dengan peserta inti kebanyakan dari santri Madrasah Huffadz dan selesai pada jam sembilan malam.

 

"Di pekan pertama Ramadhan, shafnya bisa sampai belakang. Pekan-pekan berikutnya, 'pemain' tambahan, seperti saya, geser ke samping. Tinggal peserta inti yang bertahan sebagai makmum Yai Najib. Mereka taraweh, sekaligus 'nglalar' hafalan melalui bacaan Yai Najib," ujarnya.

 

“Beliau telah menelorkan para penjaga Al-Qur'an di seantero nusantara. Insyaallah, dengan keikhlasan beliau, amal ini adalah lentera yang menerangi jalan beliau kembali ke haribaan-Nya. Sugeng kundur Yai..​​​​​​ Inna lillah wa inna ilayhi rajiun,” pungkasnya.

 

 

Penulis: Ahmad Hanan

Editor: Ajie Najmuddin​​


Obituari Terbaru