• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 24 April 2024

Obituari

Sisa Teh Tamu yang Diminum Kiai Najib dan Kisah Khadim Jail (2-Habis)

Sisa Teh Tamu yang Diminum Kiai Najib dan Kisah Khadim Jail (2-Habis)
Para santri hendak bersalaman dengan KHR Muhammad Najib AQ seusai kegiatan mengaji. (Foto: Istimewa)
Para santri hendak bersalaman dengan KHR Muhammad Najib AQ seusai kegiatan mengaji. (Foto: Istimewa)

... Baca: Sisa Teh Tamu yang Diminum Kiai Najib dan Kisah Khadim Jail (Bagian 1)

 

Kang Misbah menjadi ketagihan ingin mengerjai temannya yang lain dengan pola yang sama, memberikan minuman teh hangat garam.

 

Di lain hari, sebut saja namanya Kang Umar yang juga menjadi teman gojlokan Kang Misbah gantian sowan kepada Mbah Najib.

 

Saat Kang Umar masuk, ia tidak langsung ketemu Mbah Najib karena Mbah Najib masih rumah bagian dalam. Ia bersama tamu-tamu yang lain baru ditemui Kang Misbah. Setelah mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu, Kang Misbah ke dapur untuk membuatkan sajian minuman.

 

Ia mencoba ingin mengerjai temannya yang satu ini dengan pola seperti beberapa waktu lalu yaitu mengganti gula dengan garam.

 

Setelah gelas-gelas yang berisikan teh gula dan satu gelas teh garam naik di atas nampan, Kang Misbah membawanya ke ruang tamu depan. Sementara itu, ternyata Mbah Najib sudah menemui para tamu.

 

Apesnya, kali ini Kang Misbah lupa menaruh di bagian mana tepatnya gelas yang berisi teh garam yang ia buat di antara gelas-gelas satu nampan. Ia mendadak panik di hadapan Mbah Najib dan para tamu.

 

Kang Misbah mencoba mencari langkah paling aman. Ia mengambil satu gelas yang menurut keyakinannya dapat dipastikan teh gula. Gelas ini lah yang akan disajikan untuk Mbah Najib pribadi.

 

Baca juga: Kiai Najib Abdul Qodir akan Dimakamkan di Dongkelan Bantul

 

Mbah Najib yang selalu menghormati siapa pun itu setelah dikasih teh yang paling aman dan yang paling pertama, ternyata Mbah Najib lebih mendahulukan para tamu-tamunya.

 

Beliau menggeser gelas teh paling aman ke tamu di samping beliau. Begitu pula teh kedua, ketiga, dan seterusnya.

 

Hati Kang Misbah serasa pecah berkeping-keping. Dadanya bergemuruh. Ia tidak tahu siapa yang akan terkena jebakannya kali ini. Kecemasan menyelimuti sekujur tubuhnya. Hingga datang waktu di mana para tamu pamit, undur diri.

 

Setelah semuanya meninggalkan rumah Mbah Najib, Kang Misbah menuju ruang tamu dengan maksud ingin mengambil gelas-gelas bekas minuman para tamu.

 

Mbah Najib masih duduk di posisi semua. Kang Misbah mendekat, baru akan memulai mengambil satu gelas yang pertama, tiba-tiba dengan bahasa yang sangat lembut, Mbah Najib berkata, "Kang coba, coba, coba, itu dicicipin!" kiai Najib sambil berisyarat ke salah satu gelas.

 

Baca juga: Sekretaris PP ISNU: Kiai Najib dan Dua Madzhab Taraweh

 

Berlagak tidak tahu apa-apa, Kang Misbah mengambil satu gelas sisa tamu. Ia seruput, kemudian ia berlagak bertanya kepada Mbah Najib. "Injih, Yai?" dengan ekspresi penuh tanya seolah tidak tahu apa-apa. Gelas yang dicicipi Kang Misbah yang pertama terasa masih sebagaimana biasanya.

 

Mbah Najib menunjuk gelas di sampingnya. "Coba, coba, yang itu, coba, Kang!" kata Mbah Najib kedua kalinya.

 

Lagi-lagi, Kang Misbah berlagak bertanya seolah ia tidak tahu apa-apa.

 

Baru ketiga kalinya. "Coba Kang, teh ini!" sembari beliau berisyarat ke gelas teh yang disajikan di depan beliau persis.

 

"Masyaallaaaaah," batin Kang Misbah.

 

Ternyata jebakan garam yang ia lancarkan salah sasaran.

 

Namun demikian, Mbah Najib tidak satu patah kata atau pun ekspresi kemarahan keluar dari pribadi beliau.

 

Meski demikian, Kang Misbah menjadi bertaubat. Ia tidak pernah lagi mengerjai tamu-tamunya.

 

Kesabaran Mbah Najib menghadapi pembantu dan ketawadhuannya serta husnudzonnya terhadap semua tamu-tamu, merupakan dakwah tersendiri tanpa beliau sampaikan di atas panggung-panggung.

 

Mbah Najib mengajarkan kita tentang dakwah bil hal. Dakwah tidak melulu harus dengan lisan.

 

Sugeng kundur, Kiai

 

 

Penulis: Ahmad Mundzir

Editor: Ahmad Hanan


Obituari Terbaru