• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Nasional

Ketum PBNU: Pesantren Khas Peradaban Islam Nusantara

Ketum PBNU: Pesantren Khas Peradaban Islam Nusantara
Ketua Umum PBNU KH Yahya Choli Staquf (Foto: Dok NU Online Jateng)
Ketua Umum PBNU KH Yahya Choli Staquf (Foto: Dok NU Online Jateng)

Jakarta, NU Online Jateng
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, sistem pendidikan pesantren yang berangkat dari tradisi komunal merupakan salah satu khas dari budaya Islam yang berkembang di Nusantara.

 
“Ini adalah sesuatu yang khas di dalam peradaban Islam Nusantara bahwa pendidikan, khususnya pendidikan agama di sini berkembang sebagai tradisi komunal bukan sebagai lembaga formal yang disediakan oleh pemerintah dari dulunya,” ujarnya.


Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang itu menyampaikan, tradisi komunal yang kuat dalam pesantren telah melahirkan banyak ulama ternama yang memiliki pengaruh mendalam dalam dunia keilmuan Islam. 


"Intelektualisme di lingkungan pesantren di Indonesia menjadi fenomena komunal tersebut melahirkan ulama yang terbiasa membaur di tengah masyarakat," tegasnya saat menghadiri acara di Yogyakarta, Selasa (15/8/2023).

 
Menurutnya, orang alim itu biasa di tengah masyarakat bahkan mungkin ada yang tidak terlihat. Sangat mungkin sebetulnya di Indonesia ini ada lebih banyak orang alim daripada di belahan dunia Islam yang lain termasuk Timur Tengah. "Karena di tempat lain tidak ada tradisi pendidikan sebagai tradisi komunal,” ujar Gus Yahya dilansir dari nu.or.id.

 
Negara Mesir menurutnya, penerapan sistem pendidikan agama secara formal di Mesir berbeda dengan di Indonesia yang tumbuh dan berkembang 'secara alami' di tengah masyarakat.

 
“Seperti di Mesir itu yang namanya pendidikan, ya pendidikan formal. Mau mendapatkan pendidikan tinggi ya masuk jamiah. Di luar pendidikan formal tidak ada. Tidak seperti di sini yang orang alim banyak di mana-mana,” terangnya.

 
Fenomena tersebut lanjutnya, memiliki peranan strategis lantaran dapat berimplikasi pada konsolidasi gerakan para ulama yang terbiasa terjun langsung menghadapi masyarakat.

 
“Ini punya implikasi lebih jauh lagi bahwa di sini para ulamanya ini bisa dikonsolidasikan untuk menjadi gerakan, karena alim-alim semua dan terbiasa bergulat dengan masyarakat semua,” pungkasnya. (*)
 


Nasional Terbaru