• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Ketum PBNU: Jadi Anggota NU Tidak Mudah

Ketum PBNU: Jadi Anggota NU Tidak Mudah
Ketum PBVNU KH Yahya Choli Staquf di Semarang (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Ketum PBVNU KH Yahya Choli Staquf di Semarang (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Semarang, NU Online Jateng 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, dulu untuk menjadi anggota NU tidak mudah, sehingga semua anggota NU adalah kiai. 


"Untuk mendaftar menjadi anggota juga ada masa percobaan dalam waktu tertentu yang dibimbing setidaknya tiga kiai di daerahnya, jika dijumpai adanya perilaku yang tidak disiplin maka tidak dapat disahkan sebagai anggota," ujarnya.


Hal itu disampaikan Gus Yahya panggilan akrabnya dalam acara silaturahim dan ngaji Peraturan Pumpulan (Perkum) NU di Hotel Grand Candi Semarang, Jumat (11/8/2023).


Disampaikan, pada awalnya NU merupakan paguyuban di antara para kiai guna silaturahim dan berembug atas berbagai masalah yang dihadapi umat dalam mendalami dan menjalankan Islam ala ahlussunnah wal jamaah serta berkhidmah kepada sesama bangsa. 


"NU baru dikelola dengan manajamen yang rinci pada kepemimpinan Mbah Kiai Mahfudz Siddiq sebagai Ketua Umum PBNU dengan membuat aturan yang rinci," ucapnya.
 

Kemudian lanjutnya, pada tahun 1952 NU menjadi partai politik dan mengikuti pemilu pertama tahun 1955. "Mulai saat inilah keanggotaan NU menjadi longgar, terbuka, namun tetap memperhatikan pelaksanaan akidah aswaja dan akhlak yang baik," terang Gus Yahya yang juga Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh Rembang itu.


Setelah menjadi partai politik sambungnya, kemudian sejak Muktamar tahun 1979 di Semarang telah dipikirkan oleh para kiai agar NU kembali ke khitah dan berhasil dirumuskan pada Muktamar tahun 1984. "Meskipun sudah kembali ke khitah, namun budaya politik masih kental di NU, sehingga cara berpikirnya masih seputar politik praktis," ungkapnya.


Karena itu menurutnya, perlu dilakukan transformasi agar bangunan NU benar-benar menjalankan khitah 1926. "Untuk keperluan ini kami tegaskan tidak akan ada calon pejabat politik atas nama NU. Jika ada warga NU yang kebetulan dicalonkan ini semata-mata atas nama kapasitas pribadinya yang dipandang memenuhi syarat untuk dicalonkan. Namun NU tidak bisa mencalonkan siapa saja karena NU bukan partai politik," tegasnya.


Dikatakan, warga NU seharusnya fokus dalam menjalankan pelayanan kepada sesama atau ri'ayatul ummah. "Peran ri'ayatul ummah ini dulu dilakukan para kiai dan sekarang harus juga dilakukan oleh NU kepada masyarakat," pintanya.


Sekretaris Jenderal PBNU H Syaifullah Yusuf yang memimpin acara silaturahim menambahkan, segenap jajaran pengurus NU hendaknya berpedoman pada ketentuan yang telah disepakati dalam forum permusyaratan seperti Muktamar dan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konbes. 


"Seluruh kebijakan NU didasarkan pada mekanisme dan aturan yang ada, sehingga PBNU melakukan verifikasi dan validasi. Ini semata-mata agar jajaran kepengurusan NU valid sampai di tingkat ranting dan Anak Ranting NU," katanya.


Sebelumnya, Ketua PWNU Jateng HM Muzamil dalam kata pengantarnya menyampaikan terima kasih atas kunjungan PBNU di Jawa Tengah. "Kunjungan PBNU di daerah sangat penting agar para pengurus di daerah mendapatkan pencerahan terkait arah perjuangan NU serta strategi pencapaiannya," bebernya.


Nampak hadir dalam acara tersebut Ketua PBNU Alisa Wahid, Bendahara PBNU Gus Gudfan, Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Katib KH Munib Abdul Muchit, Sekretaris PWNU H Hudalloh Ridwan, jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah PCNU dan MWCNU se-eks Karasidenan Semarang.


Pengirim: Insan Al-Huda


Nasional Terbaru