• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Nasional

Katib Aam PBNU: Tiga Faktor Keberkahan NU

Katib Aam PBNU: Tiga Faktor Keberkahan NU
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Tsaquf (Foto: NU Online Jateng/Naeli)
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Tsaquf (Foto: NU Online Jateng/Naeli)

Cilacap, NU Online Jateng  
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan, untuk mencapai derajat ulama, seseorang harus mempunyai tiga faktor. Ketiga faktor inilah yang menjadi sumber keberkahan NU sehingga NU hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia.  

 

"Ketiga faktor NU menjadi berkah adalah ilmu dan dedikasi, ri'ayatul ummah, dan ikhlas," ujarnya.

 

Hal ini disampaikan pada puncak acara Tasyakuran Tahunan Pesantren Ihya Ulumaddin (PPAI) Kesugihan Cilacap, Rabu (11/2) malam.

 

Disampaikan, pertama  adalah faktor ilmu dan dedikasi. Seseorang dikatakan sebagai ulama karena punya ilmu dan menjadikan ilmu sebagai jalan hidup (tariqatul ilmi). Mereka belajar bukan sekedar untuk mengisi pikiran. Akan tetapi menjadikan ilmu sebagai jalan hidup dengan totalitas untuk berkhidmah.

 

"Seseorang disebut sebagai kiai pastinya memiliki dedikasi kesetiaan terhadap ilmu dan perjuangan yang luar biasa. Mereka tidak menyimpan ilmunya untuk dirinya sendiri melainkan diajarkan kepada orang lain. Jadi intinya, seseorang meraih pangkat kiai bila dia punya ilmu dan mau mengajarkan ilmunya," terangnya.

 

Yang kedua lanjut Gus Yahya, adalah ri’ayatul ummah, ngopeni umat. Seorang kiai di samping harus berdedikasi terhadap ilmu juga ngopeni, melayani apa kebutuhan umat. Melayani keluh kesah umat. Jadi tidak hanya mengurus santri tapi juga terjun di masyarakat. 

 

"Yang ketiga adalah ikhlas. Ikhlas artinya adalah ketulusan atau kerelaan. Santri dan guru sama-sama ikhlasnya. Santri belajar karena niat mencari ilmu (talabul ilmi), sedang guru mengajar karena mencari ridla Allah. Maka Ikhlas di kalangan NU sudah menjadi budaya," tegasnya. 

 

Gus Yahya pun mengingatkan kepada hadirin agar senantiasa menjaga keikhlasan. Karena ikhlas adalah sumber dari barokah. 

 

Ojo sering sambat, ndak ora barokah, mergo sumbere keberkahan kuwi ikhlas. Ngaji ora usah angen-angen dadi wong alim, yang penting ngaji mugo-mugo diridlani Allah (Jangan suka mengeluh, nanti tidak barokah. Karena sumber keberkahan adalah ikhlas. Ngaji tak usah berangan-angan jadi orang alim. Yang penting mengaji sambil berharap semoga diridlai oleh Allah)”, tuturnya.

 

Menurutnya, 3 faktor yang harus dimiliki seorang kiai. Ilmu, Ri'ayatul Ummah, dan Ikhlas. Tiga hal inilah yang menurut Gus Yahya menjadi sumber keberkahan Nahdlatul Ulama. 

 

Berbicara tentang barakah, Gus Yahya menyampaikan bahwa jamiyah yang terbukti barakahnya adalah Nahdlatul Ulama. Sesuatu yang barakah pasti berkembang. Karena arti barakah adalah tambah. Dan keberkahan Nahdlatul Ulama adalah karena didirikan oleh para ulama yang shaleh dan ikhlas.

 

“NU berkah karena didirikan oleh orang-orang shaleh yang benar-benar ikhlas dalam mengupyakan maslahat untuk agama dan masyarakat.  Sehingga NU menjadi organisasi besar tidak hanya di Indonesia tapi di dunia,” katanya.

 

Gus Yahya juga mengingatkan kepada para pengurus NU bahwa kebesaran NU bukan sekadar hasil kiprah para pengurusnya, melainkan berkat wadzifah ulama. 

 

“NU menjadi besar bukan hasil dari organisasi, melainkan hasil dari wadzifah-wadzifah yang dilakoni oleh kiai NU. Yang mau menjaga husnudzan jamaah terhadap NU yang alhamdulillah masih bisa dilihat hari ini,” pungkasnya.

 

Acara pengajian digelar dengan protokol kesehatan dan disiarkan secara virtual sehingga masyarakat umum bisa mengikuti dari rumah. Bahkan ziarah kubur pun hanya diikuti oleh keluarga pesantren. Kendati demikian, rangkaian agenda acara tetap berjalan lancar. 

 

Kontributor: Naeli Rokhmah
Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru