• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 23 April 2024

Nasional

Ini Tanggapan PBNU terkait Meninggalnya Santri Pondok Gontor

Ini Tanggapan PBNU terkait Meninggalnya Santri Pondok Gontor
Ketua Umum PBNU Gus Yahya Cholil (Foto: NU Online Jateng)
Ketua Umum PBNU Gus Yahya Cholil (Foto: NU Online Jateng)

Jakarta, NU Online Jateng
Kasus dugaan kekerasan di Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur menjadi sorotan publik. Pasalnya, korban yang merupakan santri putra asal Palembang, Sumatera Selatan itu diduga dianiaya hingga meninggal dunia. 


Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Tsaquf menilai kejadian tersebut sebagai kecelakaan pengawas. Ia juga menegaskan bahwa insiden maut itu merupakan alarm peringatan bagi lembaga pendidikan untuk dapat meningkatkan pengawasan di segala bentuk kegiatan pembelajaran. 


“Kami menyerukan kepada pesantren khususnya di lingkungan NU untuk lebih memperhatikan lagi masalah sistem pengawasan santri-santri,” katanya di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (7/9/2022). 


Dikutip dari laman nu online, Gus Yahya panggilan akrabnya mengaku sangat prihatin dan mendorong pihak pesantren terkait untuk sepenuhnya mengusut kasus tersebut sampai tuntas.  


“Kita mendukung Pesantren Gontor sepenuhnya untuk mengatasi ini dengan baik. Atas nama PBNU, kami menyampaikan belasungkawa,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh, Rembang.


Dirinya berharap, peristiwa itu bisa menjadi pembelajaran bersama terkait pengelolaan sistem pengawasan pesantren untuk menghindari potensi terulangnya kejadian serupa. “Mudah mudahan di masa yang akan datang dikelola dengan baik dan bisa dicegah hal ini terulang,” ucapnya.


Menurutnya, pesantren mengharamkan tindak kekerasan sebagai bentuk hukuman. Umumnya, sanksi yang diterapkan justru mengajarkan pelanggar untuk lebih disiplin dan tidak mengulangi kesalahan serupa.  


“Biasanya, sanksi itu kerja bakti atau membuat tugas belajar yang dilipatgandakan, tapi tidak dengan kekerasan. Jika sampai ada seperti itu, secara mutlak harus kita tolak, jangan sampai ada itu,” tegasnya.


Penjatuhan sanksi dalam bentuk kekerasan lanjutnya, sangat tidak relevan dengan perkembangan saat ini. “Jangan sampai santri itu disanksi dengan kekerasan. Ini zamannya sudah berbeda dan jangan disamakan dengan legenda seperti kiai yang memukul santri lalu santrinya pintar, tidak begitu,” pungkas Gus Yahya. 


Katib Pengurus Wilayah nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abdul Munif Muchit mengaku prihatin terhadap kasus meninggalnya santri di Pondok Gontor. Menurutnya, hal itu terjadi karena abainya pengurus dalam melakukan pengawasan.


"Sekarang ini banyak pesantren yang lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas dalam mengelola dan mendidik santri. Akibatnya adalah para pengasuh kurang melakukan pengawasan," ucapnya kepada NU Online Jateng, Jumat (9/9/2022).


Dikatakan, untuk menghindari kasus serupa terulang kembali, pihaknya mendorong pesantren-pesantren di lingkungan NU untuk lebih mengutamakan kualitas pendidikan dan ketat mengawasi santri dan pengurus pondok.


"Jika ada pelanggaran yang dilakukan santri hendaknya disanksi sesuai aturan di pesantren yang ada ketentuan-ketentuannya secara jelas, tidak asal menghukum apalagi sampai menghilangkan nyawa," pungkasnya.


Penulis: M Ngisom Al-Barony
 


Nasional Terbaru