Hadits tentang indikator iman seorang mukmin yang terdapat dalam Arba’in Nawawi karya Imam An-Nawawi adalah hadits ke-15 sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرَاً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Baca Juga
Keharaman Tumpahkan Darah Muslim
Artinya; “Barangsiapa beriman kepada ALlah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah! Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya.” Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Adapun sahabat yang meriwayatkan adalah Abu Hurairah. Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Secara umum hadits ini memberitahukan bahwa indikator iman kepada Allah dan hari akhir adalah Pertama, berkata yang baik atau kalau tidak bisa maka diam. Kedua, memuliakan tetangga. Ketiga, memuliakan tamu.
Hadits ini menunjukkan tiga indikator keimanan seorang mukmin, yaitu bagaimana ia menjaga perkataan, bagaimana ia memperlakukan tetangga, dan bagaimana ia memuliakan tamu. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing indikator tersebut:
Pertama, Mengucapkan Perkataan yang Baik atau Diam:
Rasulullah SAW menekankan bahwa seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan hari akhir harus menjaga lisannya. Ini berarti seseorang harus berpikir matang sebelum berbicara, memastikan bahwa apa yang akan ia ucapkan adalah hal yang baik, bermanfaat, atau dapat membawa kebaikan bagi orang lain. Jika seseorang tidak dapat berkata yang baik, maka lebih baik baginya untuk diam. Ini menghindari munculnya perkataan buruk, seperti ghibah, fitnah, dusta, atau ucapan yang dapat menyakiti hati orang lain.
Menjaga lisan adalah bagian penting dari kesempurnaan iman karena lisan yang tidak terkontrol dapat menjadi sumber kerusakan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kedua, Memuliakan Tetangga:
Salah satu tanda kesempurnaan iman adalah memuliakan dan menghormati tetangga. Islam menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena tetangga adalah orang yang paling dekat dan berpotensi memberikan bantuan atau menjadi orang pertama yang mengetahui keadaan kita. Memuliakan tetangga dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti tidak mengganggunya, membantu saat ia membutuhkan, serta menjaga hak-hak dan kehormatannya.
Dalam Islam, hubungan baik dengan tetangga tidak hanya terbatas pada sesama Muslim, tetapi juga mencakup tetangga yang non-Muslim. Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadits lain bahwa "Jibril terus berpesan kepadaku tentang tetangga hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat hak warisan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, Memuliakan Tamu:
Memuliakan tamu juga merupakan bagian dari kesempurnaan iman. Seorang Mukmin yang baik akan berusaha melayani dan menyambut tamunya dengan penuh keramahan dan kebaikan, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda bahwa tamu memiliki hak atas tuan rumah untuk dijamu dan dihormati selama tiga hari. Setelah itu, segala yang lebih dari tiga hari adalah sedekah dari tuan rumah (HR. Bukhari dan Muslim).
Memuliakan tamu menunjukkan kedermawanan, kemurahan hati, dan kepedulian seorang Muslim terhadap sesama.
Hadits ini mengajarkan beberapa hikmah dan nilai-nilai penting dalam kehidupan seorang Muslim, di antaranya:
Pertama, Menjaga Lisan:
Menjaga lisan agar tidak berkata kecuali yang baik adalah bagian dari keimanan yang sempurna. Perkataan buruk bisa merusak hubungan dengan orang lain, sementara perkataan baik dapat menjadi sumber kebaikan dan pahala.
Kedua, Menumbuhkan Kepedulian Sosial:
Memuliakan tetangga dan tamu menunjukkan bahwa keimanan seseorang harus tercermin dalam perilaku sosialnya. Ini menciptakan lingkungan yang harmonis, penuh dengan rasa saling menghargai dan menghormati.
Ketiga, Mencerminkan Kepribadian Muslim yang Baik:
Seorang Mukmin yang baik adalah yang bisa menjaga lisan, menjalin hubungan baik dengan tetangga, dan memuliakan tamu. Ketiga hal ini merupakan cerminan dari akhlak mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Keempat, Memperkuat Ikatan Sosial:
Hadits ini menunjukkan pentingnya memperkuat ikatan sosial dan hubungan baik dengan orang lain. Dengan menjaga lisan, memuliakan tetangga, dan menghormati tamu, seseorang dapat berperan dalam menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari hadist ke-15 dalam Arba’in Nawawi ini menjelaskan bahwa indikator keimanan seorang Mukmin tidak hanya terlihat dari ibadah-ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga dari perilaku dan akhlaknya terhadap orang lain. Keimanan yang sempurna tercermin dari bagaimana seseorang menjaga lisannya, memuliakan tetangga, dan memuliakan tamu. Semua itu menjadi tanda bahwa seseorang memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah SWT dan hari akhir.
*Tulisan ini sebelumnya diterbitkan pada tanggal 07/04/2023 dan diterbitkan ulang setelah tahap editing.
Terpopuler
1
3 Amalan di Hari Tasyrik
2
Inilah Lokasi Sholat Idul Adha Jumat 6 Juni 2025 Wilayah Semarang Jawa Tengah yang Dilansir LD PCNU Kota Semarang
3
Gandeng Ulama, Juleha Demak Gencarkan Edukasi Kurban Sesuai Syariat
4
Kurban Kambing Lebih Utama dari Sapi? Ini Alasannya!
5
KH Maslahuddin dan Warisan GERBUHU: Amalan Seribu Kulhu di Hari Arafah
6
Pastikan Kurban Sesuai Syariat, PCNU Magelang Gelar Pelatihan Juru Sembelih Halal
Terkini
Lihat Semua