• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Mengerjakan Perintah Sesuai Batas Kesanggupan

Mengerjakan Perintah Sesuai Batas Kesanggupan
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Dalam hadits ini disebutkan pembahasan tentan mengerjakan perintah sesuai dengan batas kemampuan seseorang. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Lafal hadits lebih dekat ke Muslim. Nabi Muhammad Shallahu Alaihi WA Sallam bersabda:


مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ، فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأتوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ، وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ

 
“Apa yang telah aku larang pada kalian, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan pada kalian, maka kerjakanlah sesuai dengan (batas maksimal) kesanggupan kalian. Sesungguhnya, yang membinasakan umat terdahulu adalah banyaknya pertanyaan mereka terhadap nabi-nabi mereka.”


Secara ringkas, ada perbedaan penyikapan dalam menghadapi larangan dan perintah Nabi. Dalam hal larangan, sifatnya mutlak dan harus segera ditinggalkan secara total. Sedangkan dalam hal perintah, dikerjakan sesuai dengan batas maksimal kesanggupan.


Mengapa harus batas maksimal? Supaya tidak dijadikan alasan oleh orang yang malas untuk tidak melaksanakan perintah, padahal kenyataannya dirinya masih mampu melaksanakannya. Bila larangan Nabi segera ditinggalkan, dan perintahnya dilakukan semaksimal mungkin sesuai kemampuan, tanpa banyak tanya sebagaimana kaum-kaum terdahulu kepada para nabi mereka, maka akan sampai pada kesuksesan.


Dilansir dari indonesiainside.id, kehancuran kaum terdahulu adalah karena terlalu banyak tanya. Yang ditanyakan begitu banyak sehingga berat melakukannya. Kebanyakan teori, tapi praktik nihil.


Syekh Ibnu Utsaimin menyebutkan beberapa pelajaran dari hadits ini:

  1. Wajib meninggalkan apa yang dilarang oleh Nabi SAW.
  2. Larangan beliau mencakup yang sedikit dan banyak.
  3. Meninggalkan sesuatu lebih mudah dari mengerjakan sesuatu.
  4. Tidak wajib melakukan perintah Nabi melainkan sesuai dengan batas kemampuan.
  5. Manusia memiliki batas kemampuan atau kesanggupan.
  6. Jika tidak mampu melaksanakan kewajiban secara keseluruhan, maka harus mengerjakan sesuai yang dia mampu.
  7. Tidak seharusnya atau tidak patut orang ketika mendengar perintah Nabi kemudian mengatakan, “Apakah ini wajib atau sunnah?”
  8. Apa yang diperintahkan dan dilarang Nabi, masuk kategori syariat.
  9. Banyak bertanya khususnya dalam perkara yang tidak mungkin untuk dijangkau adalah sebab kehancuran.
  10. Umat terdahulu binasa atau hancur dikarenakan banyak pertanyaan seperti itu. Mereka banyak menyoal para Nabi. Bukan pertanyaan untuk diikuti jawabannya, hanya sekadar bertanya.


Intinya, segera tinggalkan larangan Nabi, lakukan secara maksimal sesuai kesanggupan perintahnya dan jangan menjadi orang yang banyak bertanya terhadap sesuatu yang tidak ada faedahnya untuk beramal, niscaya kita akan mendapatkan kesuksesan. (*)


Keislaman Terbaru