Kadar Iman Fluktuatif, Jaga Kualitasnya dengan Amal Baik
Sabtu, 10 Agustus 2024 | 09:00 WIB
Avika Afdiana Khumaedi
Kolomnis
Iman merupakan salah satu dasar kepercayaan bagi pemeluk agama Islam yang sangat penting. Kualitas keimanan ini menjadi hal yang cukup krusial karena masuk dalam ranah ideologi, dengan demikian bukti nyata dari keimanan tidak akan terlihat secara jelas. Sebab tersimpan dalam diri setiap individu. Berbeda dengan amaliah ibadah yang sifatnya fisik, sehingga akan terlihat jelas.
Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari pendiri mazhab Asy’ariah, di dalam karyanya Al-Luma` menjelaskan bahwa iman diartikannya sebagai tashdiq bi Allah atau memberikan keyakinan terhadap Allah swt. Dalam kitab ini, Imam al-Asy'ari menguraikan pandangannya tentang iman dengan penekanan pada definisi yang menekankan keyakinan dalam hati yang melibatkan pengakuan lisan serta tindakan nyata yang selaras dengan ajaran Islam.
Dapat disimpulkan bahwa iman sebagai kombinasi dari keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Imam al-Asy'ari menegaskan bahwa iman mencakup tiga komponen utama yaitu keyakinan di dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan amal perbuatan. Ini menegaskan bahwa iman bukan hanya tentang apa yang ada di dalam hati, tetapi juga harus terlihat dalam tindakan nyata seorang Muslim.
Fluktuasi iman
Baca Juga
Tanda Iman kepada Allah dan Hari Akhir
Definisi iman yang selaras menurut Al-Asy’ari dapat diperoleh penjelasan yang dikatakan oleh Asy-Syahrastani dalam kitabnya al-Milal wan Nihal.
في كتابه "الملل والنحل" يرى الشهرستاني أن الإيمان يزيد بالطاعات وينقص بالمعاصي. هذا المفهوم يتماشى مع الفكر الأشعري، حيث يعتبر أن الإيمان ليس ثابتًا بل يتأثر بأفعال المؤمن. زيادة الإيمان تكون من خلال زيادة الأعمال الصالحة والقربات إلى الله، بينما نقصانه يحدث نتيجة لارتكاب الذنوب والمعاصي
Artinya, "Al-Syahrastani, dalam bukunya Al-Milal wal-Nihal, berpendapat bahwa iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan dosa. Konsep ini sejalan dengan pemikiran Asy'ari, yang menganggap bahwa iman tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh perbuatan orang yang beriman. Peningkatan iman adalah melalui peningkatan amal saleh dan kedekatan dengan Allah, sedangkan penurunannya terjadi akibat melakukan dosa dan maksiat."
Baca Juga
Malu Sebagian dari Iman
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Sanusi didalam kitabnya Umm al-Barāhīn atau dikenal juga dengan judul al-Aqīdah al-Sanūsiyyah. Pandangannya sangat jelas sejalan dengan tradisi teologi Asy'ariyah, yaitu iman dapat bertambah dan berkurang. Iman dapat bertambah dengan memperdalam keyakinannya melalui pemahaman yang lebih baik tentang ajaran agama, tafakur, dan tadzakur (mengingat Allah). Sebaliknya, iman dapat berkurang dengan melakukan dosa dan maksiat, pun lalai dalam Ibadah. Seperti, mengabaikan kewajiban-kewajiban agama, contohnya shalat, puasa, dan zakat.
Sementara itu, Imam Zarruq mengungkapkan di dalam kitabnya Ightanim al-Fawā'id fī Syarḥ al-Qawā'id al-'Aqā'id merujuk pada beberapa dalil Al-Qur'an dan hadits yang menunjukkan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang menyesuaikan situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh seseorang.
Pandangan Imam Zarruq tidak jauh berbeda dengan ulama Asy'ariyah yang menganggap iman sebagai sesuatu yang dinamis. Iman dapat bertambah dengan amal saleh dan pemahaman agama yang lebih baik, serta berkurang dengan dosa dan kelalaian. Pandangan ini menekankan pentingnya tindakan dan amal dalam mempengaruhi kekuatan iman seseorang. Hal ini sebagaimana Allah swt firmankan dalam Al-Qur’an surat al-Fath ayat 4 berikut.
Baca Juga
Enam Hal Penggerogot Amal Baik
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Fath: 4)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qurán al-'Adhim, memberikan penjelasan bahwa Allah swt bisa menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin agar keimanan mereka bertambah. Sementara itu di dalam kitab Tafsir al-Jalalain, Imam Jalaluddin al-Mahalli menjelaskan bahwa Allah swt yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin agar mereka bertambah imannya dengan keimanan mereka kepada hukum-hukum agama. Setiap kali diturunkan kepada mereka hukum-hukum agama, maka mereka mengimaninya, termasuk di dalamnya jihad. Dan Dia memiliki kerajaan langit dan bumi, maka seandainya Allah swt menghendaki kemenangan bagi agama-Nya tanpa kalian, niscaya Allah swt akan melakukannya. Dan Allah swt Maha Mengetahui segala sesuatu, baik ciptaan-Nya maupun perbuatan-Nya.
Nabi Muhammad saw juga pernah bersabda, “Iman itu bisa bertambah atau berkurang.” Bertambah atau berkurangnya keimanan seseorang merupakan ciri pada jiwa manusia. Sebab, jiwa manusia termasuk dalam alam al-malakut yang tersembunyi (rahasia), sementara anggota tubuh serta segala perbuatannya termasuk dalam alam al-mulk yang kasat mata.
Oleh karena itu, agar keimanan kita selalu meningkat, kita harus menjaga diri dari hal-hal yang merusak iman. Caranya dengan meningkatkan kualitas taqwa kepada Allah swt. Artinya menaikkan kepatuhan dalam mengerjakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Penulis : Avika Afdiana Khumaedi, Alumnus Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes, Jami'ah Imam Nafie Tanger, Maroko dan masternya di Universitas Mohammed V Rabat, Maroko.
Editor: Abdullah Faiz
Terpopuler
1
Kiai Abdan Koripan Magelang, Sang Jurkam NU
2
NU Peduli Lasem Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Gubug, Grobogan
3
Biro Infokom Banser Tegal Gelar Kopdar, Bahas Penguatan Komunikasi dan Kesiapsiagaan
4
Ketua Baru PR GP Ansor Karangasem Tegal Terpilih, Siap Wujudkan Pemuda Maju dan Berkhidmat
5
Lakpesdam PWNU Jateng Gandeng PCNU Kota Semarang Gelar Forum Kader NU Jateng yang Perdana
6
Lakmud PAC IPNU-IPPNU Gebog: Bangun Kontinuitas Trilogi untuk Gebog Berdedikasi
Terkini
Lihat Semua