• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Tokoh

Perjalanan Hidup KH Dimyati Rois Kaliwungu Kendal

Perjalanan Hidup KH Dimyati Rois Kaliwungu Kendal
KH Dimyati Rois (Foto: Istimewa)
KH Dimyati Rois (Foto: Istimewa)

KH Dimyati Rois atau yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Dim lahir pada 5 Juni 1945 di Tegal Glagah, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Abah Dim merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara yaitu dari pasangan KH Rois dan Nyai Djusminah. Saudara-saudara Abah Dim di antaranya Nyai Khanifah, KH Tohari Rois, KH Masduki Rois, H Murai Rois, KH Saidi Rois, Nyai Khotijah, KH Syatori Rois, Nyai Mukoyah, dan Nyai Daroroh.  


Latar belakang KH Dimyati Rois adalah asli turunan petani dan santri baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Selain itu, kedua orang tuanya selalu mengajarkan dan melatih kepada putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah.
 

Pada 1 Januari 1978 KH Dimyati Rois melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj To’ah, putri tunggal dari pasangan KH Ibadullah dan Hj Fatimah. Buah dari pernikahannya, Abah Dim dikaruniai sepuluh putra-putri, yaitu H Fadlullah, H Alamudin, Hj Lailatul Arofah, H Qomaruzzaman, Hj Lama’atus Sobah, H Hilmi, H Thoha Mubarok, H Husni Mubarok, HM Iqbal, dan Abu Khafsin Almuktafa.


KH Dimyati Rois membekali putra-putrinya dengan nilai-nilai agama Islam, mengajari putra-putrinya untuk menuntut ilmu dan terus belajar, karena menurutnya bahwa seseorang tidak akan menjadi pandai tanpa adanya suatu proses pembelajaran. KH Dimyati Rois sejak kecil memang sudah terlihat berbeda jika dibandingkan dengan para saudaranya yang lain. Abah Dim kecil begitu pendiam, tetapi rajin, disiplin, dan ulet.


Dengan sikap rajinnya tersebut, Abah Dim memulai pendidikannya dengan belajar di SR (Sekolah Rakyat). Di sekolah formal tersebut KH Dimyati Rois menyelesaikannya dan mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan. Setelah selesai pendidikan formal, kemudian pada sekitar tahun 1956 beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pesantren APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal yang diasuh oleh KH Ahmad Ru’yat. Abah Dim mondok di Pesantren APIK selama kurang lebih 14-15 tahun. 


Setelah selesai di  Pesantren APIK, kemudian melanjutkan pendidikannya dengan berguru kepada KH Mahrus Aly di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur hanya sebentar dan setelah itu kemudian melanjutkan berguru pada Mbah Imam Pengasuh Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah, di sana hanya belajar kurang lebih sekitar 5 tahun. Setelah beberapa tahun berkelana menuntut ilmu di daerah Rembang, Tuban, dan Kediri, pada akhirnya Abah Dim kembali lagi ke Pesantren APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal. Tak berapa lama kemudian diangkat menjadi lurah pondok oleh Pengasuh Pesantren APIK KH Humaidullah Irfan (kakak KH Ibadullah Irfan).





Ilmu-ilmu yang Abah Dim pelajari selama di pondok antara lain ilmu nahwu, sorof, ushul fiqih, kitabnya Imam Al-Ghazali dan masih banyak lagi kitab-kitab yang lainnya. Kecerdasan KH Dimyati Rois telah nampak di waktu masih belajar di pondok yang disinggahi, selama di pondok tidak ada waktu yang terlewati dengan sia-sia. Melainkan digunakan untuk belajar, maka tidak aneh jika KH Dimyati Rois memiliki wawasan yang luas tentang keislaman.


Peranan di Nahdlatul Ulama (NU)


Pada waktu Muktamar NU di Jombang KH Dimyati Rois terpilih menjadi salah satu ulama yang tergabung dalam tim Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang berjumlah 9 ulama khos se-Indonesia. Dalam ormas NU, kiprahnya tidak diragukan lagi. Abah Dim pernah menduduki kepengurusan dari mulai tingkat PCNU Kendal, PWNU Jawa Tengah, hingga PBNU. Pernah juga menjadi pengurus Tanfidziyah, Syuriyah hingga Mustasyar PBNU. Di samping sebagai ulama yang alim, Abah Dim juga dikenal sebagai mubaligh yang ulung. Maka tidaklah mengherankan jika beliau banyak dikenal di kalangan santri dan kaum nahdliyin.


Ketua Umum Jamiyah Mubaligh (Jammu) Indonesia KH Abdurrahim mengakui Abah Dim merupakan seorang orator panggung yang ulung. Segala persoalan keagamaan diuraikan dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana, sehingga pengunjung bisa mencerna dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan.


"Dalam urusan panggung saat menyampakan dakwah belum ada yang bisa menandingi Abah Dim dalam menyampaikan pesan-pesan Al-Qur'an. Abah Dim dengan gaya khasnya dapat menyampaikan pesan yang bida diterima oleh dari kalangan atas hingga kalangan bawah," ucapnya.


Dalam dunia politik, pernah menjadi pengurus DPW PPP Jawa Tengah, DPP PKB dan DPP PKD. Pada masa Orde Baru Abah Dim pernah menjadi anggota MPR RI melalui jalur Utusan Golongan yang diajukan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). "Setelah Orde Baru tumbang dan muncullah era reformasi, para politisi dan pengurus PBNU bergerak membentuk partai baru sebagai usulan kaum nahdliyin yang ingin aspirasinya tertampung," tambahnya.


Dalam jajaran pengurus PBNU yang ikut mendeklarasikan lahirnya PKB, KH Dimyati Rois bersama KH Cholil Bisri, KH Mustofa Bisri, KH Abdurrahman Wahid, KH Munasir Ali, KH Muchit Muzadi, KH Ma’ruf Amin, KH Ilyas Ruchiyat, dan ulama lainnya menjadi Deklarator PKB. Setelah Gus Dur dilengserkan dalam Sidang Istimewa (SI MPR RI) dan memasuki pemilu kedua di era Reformasi, mulai muncullah riak-riak dalam dunia perpolitikan Indonesia termasuk menimpa PKB.


Dalam tubuh PKB terpecah belah menjadi beberapa partai, diantaranya PNU, PKNU, dan Partai Kejayaan Demokrasi (PKD). Dalam kubu Pesantren Langitan, Pesantren Lirboyo, dan Pesantren Tegalrejo melahirkan PKNU. Sedangkan kubu Matori Abdul Jalil melahirkan PKD dan Ketua Dewan Syuranya dipegang oleh Abah Dim. Namun, PKD tidak masuk dalam parpol yang lolos verifikasi KPU sehingga dengan sendirinya bubar.


Setelah vakum dalam dunia politik beberapa tahun, beliau kembali didapuk oleh Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar, untuk menjadi pengurus Dewan Syura DPP PKB. Di kemudian hari, Ketua Dewan Syura DPP PKB kosong sepeninggal KH Aziz Manshur. Tidak butuh waktu lama, Muhaimin Iskandar Ketua Umum DPP PKB memohon agar beliau berkenan menjadi Ketua Dewan Syura DPP PKB menggantikan KH Aziz Manshur. Dengan berat hati, beliau pun menyanggupinya demi kebesaran PKB.


Teladan


Sebagai seorang ulama KH Dimyati Rois memiliki kepribadian yang sangat baik dan penuh kesederhanaan, baik dengan para pengikut (santrinya) maupun dengan masyarakat yang lain. Kesederhanaan beliau ditunjukan dengan berpakaian yang sederhana, dan KH Dimyati Rois juga tidak akan makan apabila tidak benar-benar lapar. Selain itu juga suka bergaul dengan siapapun, baik dengan pedagang, pejabat, orang kaya, orang miskin, buruh bahkan anak-anak. 


Abah Dim terkenal sebagai seorang yang sabar, pemurah dan ramah, di samping itu beliau tidak mengajarkan sesuatu yang tidak dikerjakan. Dengan kata lain segala sesuatu yang diajarkan atau berikan pada muridnya sudah atau sedang ia kerjakan sendiri. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat para santri maupun jamaahnya simpatik terhadap kepribadiannya, sehingga petuah dan ajaran-ajarannya dapat diterima dan sangat diperhatikan oleh para jamaah pada umumnya dan oleh para santri pada khususnya.


Salah satu wali santri yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kota Pekalongan KH Syauqon Faza menjelaskan, Abah Dim adalah sosok pribadi yang menyenangkan. "Beberapa kali saya 'sowan' ke pondoknya di Kaliwungu, Kendal selalu diterimanya dengan ramah dan menyenangkan. Bahkan tampilan dalam keseharian maupun saat menerima tamu para wali santri saat menengok anaknya mondok Abah Dim sangat sederhana dan tidak neko-neko," ucapnya. 


Salah satu Pengasuh Pesantren Al-Mubarok Medono Kota Pekalongan ini juga akrab dengan putra-putra Abah Dim. Dirinya saat menengok anaknya mondok di Kaliwungu asuhan Abah Dim selalu menyempatkan ngobrol dan diskusi dengan putra-putra Abah Dim. "Dari situlah saya kemudian mengetahui banyak hal tentang pribadi Abah Dim dalam menjalani kehidupan mengasuh santri, bergaul dengan masyarakat, maupun dalam berwirausaha," terangnya.


Salah satu kelebihan menurutnya yang tidak banyak dimiliki kiai lain adalah kemampuannya dalam kewirausahaan. Tak hanya mengajar mengaji, Abah Dim memiliki berbagai usaha yang menghasilkan uang sekaligus melatih para santrinya untuk bisa berwirausaha, terutama dalam bidang pertanian dan perikanan. 


"Abah Dim juga dikenal sebagai kiai yang banyak memiliki ilmu hikmah atau ilmu kesaktian. Hal ini menambah kewibawaannya di kalangan masyarakat," pungkasnya.


Tokoh Terbaru