Tokoh

KH Irfan Fathoni: Ulama Pejuang yang Mengabdi tanpa Pamrih

Kamis, 17 Juli 2025 | 09:00 WIB

KH Irfan Fathoni: Ulama Pejuang yang Mengabdi tanpa Pamrih

KH Sayyid Irfan Fathoni merupakan sosok ulama kharismatik asal Pemalang (Foto: Istimewa)

KH Sayyid Irfan Fathoni merupakan sosok ulama kharismatik asal Pemalang yang kehidupannya dikenal sangat sederhana. Meski demikian, beliau rela mewakafkan seluruh hidup dan tenaganya untuk mengabdi dan melayani umat. Kiprah keulamaannya tidak hanya terlihat dalam kiprah pendidikan dan dakwah, tetapi juga dalam konsistensinya di jajaran Syuriyah PCNU Kabupaten Pemalang hingga akhir hayatnya.


Beliau mendirikan Madrasah dan Majelis Ilmu “Wihdatus Syabab” di Dusun Kepatihan, Kelurahan Mulyoharjo, wilayah perkotaan Pemalang. Dari lembaga ini lahir banyak kiai dan ustaz berpengaruh yang hingga kini aktif membina masyarakat, baik di kota maupun pelosok desa seperti Sewaka, Paduraksa, dan Kramat. Menariknya, para santri yang belajar di sana tidak dipungut biaya sedikit pun, dari awal pendirian hingga kini.


Dalam sejarah perjuangannya, KH Irfan Fathoni adalah pejuang tangguh yang mengalami berbagai fase sejarah: era revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, masa perlawanan terhadap komunisme, tekanan rezim Orde Baru, hingga ancaman pembunuhan saat awal reformasi. Semua dilewati tanpa rasa gentar.


Beliau turut menjadi tokoh sentral dalam pembangunan awal Gedung PCNU Kabupaten Pemalang di Jalan Pemuda. Meskipun kondisi cuaca tidak mendukung dan bangunan belum sepenuhnya berdiri, beliau tetap aktif mengawasi pembangunan, bahkan tidur di lokasi yang dulunya dikenal angker.


Menurut para kiai dan santri sekitar, pada masa-masa rawan (zaman ninja), rumah beliau pernah ditandai dengan tanda merah, namun beliau tetap beraktivitas seperti biasa tanpa rasa takut. Laskar Benowo, yang kala itu bertugas menjaga para kiai, bahkan dibuat kebingungan karena beliau kerap menabrak protokol keamanan.


Perjalanan Intelektual dan Dakwah


KH Irfan Fathoni lahir dalam keluarga santri. Ia merupakan murid dari Kiai Mustofa Taman sejak usia 12 tahun, lalu melanjutkan nyantri di Serang selama dua tahun. Di usia 20 tahun, ia melanjutkan studi ke Paculgowang Jombang dan mengakhiri masa belajarnya dengan tapa mlaku dari Jombang ke Mbah Kholil Bangkalan Madura. Ia juga sempat nyantri di Ponpes Al-Hamdaniyah Siwalanpanji, tempat KH Hasyim Asy’ari pernah nyantri, sehingga Gus Dur pun dikenal akrab dengan beliau dan kerap mampir ke rumahnya saat melewati Pemalang.


Dakwah beliau dimulai di usia 25 tahun bersama sang adik, KH Mahmud Yunus, di Desa Kedondong Pandaan, Pasuruan. Mereka mendirikan Masjid Baiturrahmah dan madrasah dekat pasar Kedondong. Masjid inilah yang kemudian menginspirasi penamaan Masjid Baiturrahmah di Sirandu, Pemalang.


Setelah kembali ke Pemalang, beliau berdakwah dari satu masjid ke masjid lain hingga akhirnya menikah dengan Nyai Hj Mardiyah, putri H. Mochtar Kranggan Sewaka, dan dikaruniai tujuh anak. Salah satu keturunannya kini berdakwah sekaligus berdagang soto di Jalan Merbabu. Meski keturunan orang besar, anak-anaknya tetap rendah hati dan tidak pernah meminta jabatan dalam kepengurusan NU, meski ada yang menjadi pengurus tingkat ranting hingga kabupaten.


Nasab Mulia dan Sikap Tawadhu


KH Irfan Fathoni memiliki nasab mulia yang bersambung hingga Sunan Gunung Jati dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Namun, yang ia kedepankan dalam mendidik anak keturunannya adalah ilmu dan amal, bukan silsilah. Baginya, ketakwaan lebih utama dari keturunan.


Beliau wafat pada 23 Agustus 2004 dan dimakamkan di TPU Mantepan, Kebondalem. Kemuliaan beliau diakui oleh banyak kalangan. KH Slamet Zaeny dan Nyai Hj Ruqoyah Shona’ah, pengasuh Ponpes Bahrul Ulum Mulyoharjo, bahkan berwasiat agar kelak dimakamkan di samping beliau.


Silsilah Nasab KH  Irfan Fathoni ra:
KH Irfan Fathoni bin H Masduqi bin Abdul Rasyid binti Nyai Ghuti Aisyah KH Kuri (Hasan Baedrowi) binti Mbah Arsyifah bin Mbah Salamudin (R Haryo Abdusalam) bin … (selengkapnya seperti dalam naskah asli, tidak dipotong demi keutuhan data sejarah).


KH Sayyid Irfan Fathoni adalah sosok yang mewakili keteladanan dalam keistiqamahan, pengabdian, serta ketawadhuan. Semangat perjuangannya, komitmen terhadap NU, dan kepedulian terhadap umat menjadi warisan berharga yang harus terus dijaga dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya.

Wallahu a’lam.

Oleh: Husni Mubarok Al Qudusi