Peneliti Sejarah Kerajaan Demak, AKA Hasan Ajak Warga Teladani Mbah Buyut Poncowati Ulama dan Panglima Kerajaan Demak
Ahad, 13 Juli 2025 | 14:00 WIB

Peneliti Sejarah Kerajaan Demak, AKA Hasan, saat di acara Haul ke-437 dan Buka Luwur Mbah Buyut Poncowati di kompleks makam Dukuh Klotok.
Rohmad Soleh
Kontributor
Kudus, NU Online Jateng
Ahmad Kastono Abdullah Hasan (AKA Hasan), peneliti sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, mengajak masyarakat Desa Ngembal Kulon untuk meneladani sosok Mbah Buyut Poncowati.
“Beliau bukan hanya seorang panglima perang dan umaro’ Kerajaan Demak, tetapi juga ulama yang ahli Al-Qur’an,” ungkap AKA Hasan dalam keterangannya diterima NU Online Jateng, Ahad (13/7/2025).
Menurutnya, Mbah Buyut Poncowati yang memiliki nama asli Abdurrahman Al-Kaf merupakan putra dari Pangeran Poncowati Menara Kudus bin Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), dan lahir di Kudus tahun 1531 M/937 H.
Disebut Al-Kaf bukan karena berasal dari keturunan Ba’alawi atau habaib, sebab gelar habib sendiri baru digunakan setelah era Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas yang lahir 41 tahun kemudian.
Mbah Buyut Poncowati dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an yang fasih, dan seluruh anggota keluarganya—istri, lima anak, serta lima menantu—juga hafizh Al-Qur’an.
Ia diangkat menjadi Adipati Kudus ketiga (1589–1601 M) menggantikan kakaknya (Pademaran I), pada masa kepemimpinan Raja Demak ke-7 Raden Muhammad Aminuddin Hasan. Pengangkatannya disahkan oleh Ketua Dewan Walisongo saat itu, Syekh Muhammad Zainal Abidin.
Istri Mbah Buyut Poncowati, Raden Ayu Putri Wulandari, adalah keturunan langsung dari Sunan Mejagung dan Sunan Ngudung, menjadikan keturunannya sarat nilai keulamaan.
“Jasa beliau luar biasa, baik di bidang kenegaraan maupun keagamaan. Sebagai pemimpin, ulama, dan penghafal Al-Qur’an, kehidupan beliau menjadi teladan penting dalam berbangsa dan beragama,” jelas AKA Hasan.
AKA Hasan mengatakan hal itu saat acara Haul ke-437 dan Buka Luwur Mbah Buyut Poncowati di kompleks makam Dukuh Klotok. Yang dilaksanakan kemarin Selasa (8/7).
Di masa mudanya, Mbah Buyut Poncowati juga berjuang mempertahankan negara dari ancaman Portugis pada tahun 1564 M.
Ia wafat pada 13 Muharram 1010 H atau 14 Juli 1601 M di usia 70 tahun, dan dimakamkan di Dukuh Klotok, Desa Ngembal Kulon.
“Sudah sepatutnya masyarakat Ngembal Kulon menghormati dan meneladani beliau, agar anak cucu kita tidak kehilangan akar sejarah dan nilai perjuangan,” pungkas AKA Hasan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Sebelum Lembar Muharram Ditutup
2
Rais Syuriyah PWNU Jateng Kunjungi Warga Terdampak Rob di Timbulsloko Demak
3
Majlis Taklim Nur Janah Brebes Tanamkan Kebiasaan Ibadah dan Baca Tulis Arab Sejak Dini
4
MA Salafiyah Kajen Pati Jalin Kerja Sama Strategis dengan UIN Walisongo Semarang
5
Kerja Sama Strategis RMI PCNU Pati dan UIN Sunan Kudus, Santri dan Ustadz Pondok Dapat Beasiswa Kuliah
6
Kemenag Pati Gelar Pembinaan Dai-Daiyah: Perkuat Dakwah Cerdas di Era Digital
Terkini
Lihat Semua