• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Tokoh

KH Ridwan Mujahid Semarang, Mustasyar NU Periode Pertama

KH Ridwan Mujahid Semarang, Mustasyar NU Periode Pertama
Makam KH Ridwan Mujahid di Pemakaman Umum Bergota, Semarang. (Sumber: Okezone)
Makam KH Ridwan Mujahid di Pemakaman Umum Bergota, Semarang. (Sumber: Okezone)

Dalam buku Kemelut di NU Antara Kiai dan Politisi karya Abdul Basit Adnan disebutkan peran besar KH Ridwan Mujahid Kauman, Semarang, Jawa Tengah. Jasanya dalam membentuk organisasi ulama pesantren bersama KH M Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah tidak dapat dilupakan. Ulama yang semula berkumpul untuk membahas persoalan negeri Hijaz bernama Komite Hijaz, berubah nama dengan Nahdlatul Ulama.

 

Usaha mengenalkan NU di Semarang bagi KH Ridwan Mujahid awalnya tidak mudah. Namun berkat ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang ditinggalkan oleh KH Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (KH Sholeh Darat), maka NU mudah dikenal dan diikuti oleh warga Semarang. Sehingga ketika NU diresmikan pada tahun 1926, masyarakat Semarang dan sekitarnya mudah menerima dan mengakar dalam sanubari (Amirul Ulum: 2014).

 

KH Ridwan Mujahid merupakan keturunan dari Mbah Sambu Lasem, sebagaimana diungkapkan Amirul Ulum dari KH Maimun Zubair dalam buku 'Muassis Nahdlatul Ulama'. Urutan silsilahnya yakni KH Ridwan bin KH Mujahid bin KH Baidlawi bin Kiai Abdul Lathif bin Kiai Abdul Bar bin Abdul Alim bin Sayyid Abdurrahman (Mbah Sambu Lasem).

 

Kiai Ridwan juga menjadi murid KH Sholeh Darat. Selain Kiai Ridwan, murid KH Sholeh Darat lainnya yang berjuang menegakkan Ahlussunnal wal Jamaah di Semarang antara lain KH Ridwan bin Mujahid, Kiai Sya’ban bin Hasan, Kiai Thahir Mangkang, Kiai Sahli Kauman, Kiai Ali Barkan, Kiai Abdullah Sajad, dan lain-lain.

 

Anasom dalam papernya KH Saleh bin Umar dan Pondok Pesantren Darat menyebutkan bahwa salah satu karya KH Ridwan Mujahid Semarang adalah I'anatul 'Awam fi Mufhimmati Syara' Al-Islam. KH Ridwan Mujahid selain dikenal sebagai Kiai yang berjuang dalam pengembangan organisasi NU juga dikenal mengembangkan dakwah di pesantren.

 

Keakraban KH Ridwan Mujahid dengan para pendiri NU lainnya sudah tidak asing. KH Ridwan Mujahid bersama ulama Jawa Tengah lainnya, KHR Asnawi Kudus dan KH Kamal Hambali Kudus turut serta hadir dalam deklarasi pendirian NU pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M di kediaman KH Abdul Wahab Chasbullah Kertopaten Surabaya.

 

Di antara ulama yang hadir dalam pendirian NU di Surabaya berasal dari Semarang, Kudus, Tegal, Jombang, Sidoarjo, Pasuruan, Bangkalan Madura, Gresik, Bangil, Mojokerto, dan Mesir. Mereka antara lain: KH Abdul Wahab Chasbullah, KH M Hasyim Asy’ari, KHR Muntaha (menantu KH Cholil Bangkalan), Kiai Mas Nawawi, KHR Asnawi, KH Kamal Hambali, KH Ridwan Mujahid, KH Muhammad Zubair Gresik, Syaikh Ahmad Ghonaim Al Mishri dan lain-lain.

 

Oleh para pendiri NU, KH Ridwan Mujahid diamanahi sebagai Mustasyar Syuriyah dalam struktut Pengurus NU periode pertama bersama dengan: KH Muhammad Zubair Gresik, KHR Muntaha Bangkalan Madura, KH Mas Nawawi Sidogiri, Syaikh Ahmad Ghonaim Al Mishri, KHR Asnawi Kudus dan KH Kamal Hambali Kudus. Adapun Rais Akbar dipegang oleh KH M Hasyim Asy’ari dan Katib KH Abdul Wahab Chasbullah.

 

NU Cabang Semarang

Keberadaan KH Ridwan Mujahid dalam struktur NU semakin membawa daya tarik bagi masyarakat Semarang. Maka KH Ridwan Mujahid mengajak KH Abdullah dan KH Showam untuk mendirikan NU Kota Semarang. Tepat tanggal 24 April 1928 atau bertepatan dengan 8 Rabiul Awal 1347 H, pengurus NU Cabang Kota Semarang berdiri.

 

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Ayung Notonegoro (2018), ia mengutip dari majalah Swara Nahdlatoel Oelama Nomor 2 Tahun II 1347 H. Dalam sumber tersebut mengungkapkan tentang proses berdirinya NU Cabang Semarang. Pada Jumat malam, atas inisiasi dari Kiai Ridwan Mujahid diadakan musyawarah dengan para kiai dan tokoh masyarakat daerah Semarang. Pertemuan itu bertempat di kediaman Haji Sholeh di Kampung Kauman, Semarang.

 

Selain dari kalangan kiai dari Semarang, juga dihadiri oleh tokoh-tokoh dari NU. Di antaranya adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan KH Abdullah Ubaid. Dalam pertemuan itulah, lantas disepakati untuk mendirikan NU Cabang Semarang. Tak hanya itu, di saat itu pula struktur kepengurusannya dibentuk.

 

Yang ditunjuk menjadi Rais Syuriyah adalah KH Sya'ban dari Kampung Mangunharjo Semarang. Dalam beberapa sumber disebutkan, Kiai Sya'ban adalah kolega Kiai Ridwan Mujahid dari pesantren di bawah asuhan Kiai Sholeh Darat. Ia dikenal sebagai kiai yang alim dalam ilmu falakiyah. Wakil dari Kiai Sya'ban adalah Kiai Abdullah yang berasal dari Kampung Anggaladung. Kedua rais tersebut dibantu oleh dua orang A'wan yang dijabat oleh Kiai Alfi dan Kiai Hamim Kauman.

 

Sementara itu, Kiai Ridwan Mujahid menduduki posisi Mustasyar sebagaimana posisinya di struktural PBNU pertama. Lalu, posisi Ketua Tanfidziyah atau pada saat itu disebut presiden dipercayakan kepada Haji Sholeh dari Kampung Kauman. Tak lain ia adalah tuan rumah pertemuan tersebut. Sedangkan wakilnya diserahkan kepada Haji Thoha bin Husain dari Kampung Kauman Buk. Kemudian sekretaris dan bendaharanya di duduki oleh Haji Maradi dari Kauman Kulon dan Haji Sahlan dari Kampung Damaran.

 

Struktur kepengurusan masa itu itu juga mengenal jabatan komisaris. Jika saat ini, setara dengan ketua lembaga. Di antara yang dipercaya menjadi komisaris adalah Haji Sholeh bin Ishaq dari Kauman, Haji Nuh dari Anggorojen, Haji Salim dari Jurihan, Haji Rasidi dari Kauman dan Haji Tamam dari Kauman. 
 

Keberadaan resmi NU Cabang Semarang ini menjadi titik perjuangan para Kiai dalam mengenalkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.Dan pergerakan NU Kota Semarang menjadi ringan karena ditopang oleh murid-murid KH Sholeh Darat yang sudah lebih dulu mengenalkan ahlussunnah wal jama’ah sebelum NU lahir dan berdiri di Semarang.

 

Walapun sudah dilantik dan resmi berdiri di Semarang, oleh karena NU belum memiliki gedung, maka koordinasi NU masih secara tradisional dari Masjid ke Masjid. Di antara Masjid yang sering digunakan untuk koordinasi NU adalah Masjid Nahdlatul Ulama di Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang.

 

Zainul Milal Bizawie (2016) mencatat sejak 1916 sudah berdiri Madrasah Nahdlatul Wathan di Surabaya dan mempunyai Cabang di Semarang yang bernama Madrasah Akhul Wathan. Oleh Choirul Anam (2015) lokasi Madrasah Cabang Nahdlatul Wathan di Semarang berada di Jomblangan Kidul.

 

Dalam catatan Amirul Ulum disebutkan bahwa NU Kota Semarang hingga tahun 1950-an masih menempati sekretariat di rumah-rumah pengurus. Di antara tempat yang dijadikan basecamp koordinasi pengurus NU adalah di rumah KH Irhas (Rais Syuriyah tahun 1950-an). Pada tahun 1970-an NU Semarang memiliki gedung di Jalan Sudirman dari hasil wakaf. Anasom menjelaskan, sejak 1992 hingga sekarang, NU Semarang menempati gedung di Jalan Puspogiwang Semarang.

 

Kematangan organisasi KH Ridwan Mujahid dalam berkhidmah kepada NU ditunjukkan dengan kesiapan Semarang sebagai tuan rumah Muktamar NU keempat. Muktamar NU keempat adalah pertama kalinya Muktamar yang digelar di luar Kota Surabaya. Dikisahkan bahwa dalam kegiatan Muktamar NU keempat ini, KH Ridwan Mujahid berperan kuat dalam mensukseskan. Muktamar NU keempat digelar pada 12-15 Rabiuts Tsani 1348 H/17-20 September 1929 M di Hotel Arabistan Kampung Melayu Semarang.

 

Muktamar di Semarang tergolong sukses karena dihadiri 1.450 peserta terdiri dari 350 Kiai, 900 pengawal Kiai dan 200 pengurus Tanfidziyah. Saat Muktamar keempat di Semarang sudah terdaftar: 63 Cabang (13 Jawa Barat, 27 Jawa Tengah dan 23 Cabang Surabaya dan Madura).

 

Penutupan Muktamar Semarang juga sangat meriah karena digelar di Alun-Alun Semarang dengan dihadiri 10.000 jamaah. Muktamar Semarang dihadiri langsung oleh Rais Akbar KH M Hasyim Asy'ari dinilai sebagai tonggak awal perkenalan NU daerah-daerah di luar Surabaya (Choirul Anam: 2015).

 

Melihat sepak terjang yang tidak kenal lelah dari KH Ridwan Mujahid, maka semangat ini patut ditiru oleh para generasi muda saat ini dalam memperjuangkan NU. Termasuk belum terungkapnya kisah-kisah lain dari KH Ridwan Mujahid masih perlu diperdalam. Sehingga dibutuhkan waktu lagi untuk melacak kiprahnya dalam semangat mendirikan NU dan menyebarkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

 

Editor: Ajie Najmuddin

 

Sumber:

1. KH Ridwan Mujahid, Pendiri NU Asal Semarang
2. Ini Struktur NU Cabang Semarang Pertama


Tokoh Terbaru