• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Tokoh

'Alhamdulillah' sebagai Prinsip Hidup Mbah Syahid Kemadu Rembang

'Alhamdulillah' sebagai Prinsip Hidup Mbah Syahid Kemadu Rembang
Mbah Syahid Kemadu Rembang (kiri) bersama Mbah Sahal Mahfudz (Foto: Istimewa)
Mbah Syahid Kemadu Rembang (kiri) bersama Mbah Sahal Mahfudz (Foto: Istimewa)

Ribuan jamaah dari berbagai daerah di wilayah rembang dan sekitarnya, berbondong-bondong memadati area makam KH Ahmad Syahid dan Ny Shofiyah yang terletak di dalam area Pesantren Alhamdulillah untuk mengikuti tahlil dan istghotsah dalam peringatan Haul tersebut. Namun, tahun ini di karenakan pandemi, rencananya peringatan haul akan diselenggarakan secara virtual.

 

Di kalangan santri, alumni, masyarakat sekitar, dan beberapa kerabatnya, Kiai Syahid merupakan sosok teladan yang memberikan contoh pemaknaan hidup yang sederhana, apa adanya, dan bersahaja dengan tanpa jumawa dan selalu legawa di setiap kejadian dan keadaan yang terjadi dalam kehidupan.

 

Semasa hidupnya, Mbah Syahid tak pernah lepas dari kata 'Alhamdulillah' dalam setiap aktivitasnya. setiap sesuatu apapun yang kita dapatkan adalah nikmat dari Gusti Allah. begitu, kira-kira prinsip hidup beliau.

 

Diceritakan oleh Mbah Nyai Rachmawati Syahid, Istri Mbah Syahid, pernah dulu Abah (Mbah Syahid) itu hadir di Muktamar NU di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. beliau hadir sebagai tamu undangan di sana. sesampainya di lokasi, Abah dilarang masuk ke forum tersebut oleh Banser. 

 

"Abah langsung ngendikan 'Alhamdulillah' dan langsung muter (putar badan) untuk menjauhi forum tersebut. dari kejauhan ada salah satu kiai, seingat saya Gus Ali Masyhuri Sidoarjo yang tahu kalau itu beliau (Mbah Syahid), langsung mengejar abah dan Banser yang menghadang itu di didukani (marahi)," terangnya.

 

Kiai Syahid merupakan figur yang tak kenal waktu dan lelah dalam  menerima tamu ini adalah sosok kiai egaliter yang dimiliki oleh berbagai lapisan masyarakat. jika boleh diistilahkan adalah 'Kai Masyarakat'.

 

Dari hulu ke hilir, tidak ada yang tidak merasa dekat dengan beliau. semua kalangan, dari Presiden (Gus dur) hingga petani merasakan keramahan dan kehangatan beliau dalam memuliakan para tamunya.

 

"Suatu hari, sebagai istri yang tidak tega melihat suaminya yang tak pernah lelah dan kurang waktu istirahatnya dalam  menghormati tamu-tamunya,  saya mengatur siasat agar para tamu itu segera pulang," ujarnya sambil tersenyum.

 

Mbah Nyai Syahid melanjutkan ceritanya. "Lha iya, abah (Mbah syahid) saat itu sudah sepuh, kok ya masih nemui tamu itu sampe dini hari, bahkan hingga subuh. akhirnya, putra-putriku tak jadikan alasan ben abah segera kerso mlebet ten kamar. Abah putrane mboten saget sare nek mboten dikeloni abah," kisahnya.

 

Mbah Nyai Syahid juga bercerita mengenai Mbah Syahid sebagi figur pendidik yang sabar mengajari murid-muridnya. "Abah itu kalau ngajari ngaji muridnya satu per satu. disuruh baca satu per satu. santri yang paham lebih dulu diutus (disuruh) menunggu yang belum bisa," bebernya. 

 

Meskipun membutuhkan waktu yang lama lanjutnya, abah kerso untuk ndampingi, nyerateni. Kalau ngajari wiridan juga begitu, pernah dulu ada orang non-pesantren showan, minta ijazah doa. abah ndak kerso menuliskan doanya, tapi diajarkan, dituntun sampe hafal. Teladan itu yang  coba saya praktikkan hingga saat ini, meskipun tentu itu berat.

 

Sepeninggal Mbah Syahid pada Oktober 2004, Pesantren Alhamdulillah ini diasuh oleh Mbah Nyai Rachmawati Syahid. beliau sebagai pengasuh dan dibantu oleh putra-putri beliau dan alumni berniat untuk menguri-uri (melanjutkan) tradisi (tinggalan) Pesantren Mbah Syahid dan Mbah Nyai Shofiyah sebagai jariyah beliau berdua.

 

"Sampai hari ini, berkat tirakat dan barakah dari Abah dan Mbah Nyai (Nyai Shofiyah), Alhamdulillah pesantren sudah memiliki lembaga formal dari tingkat dasar (MI) hingga menengah atas (SMK). Alhamdulillah, Hampir 1000-an santri dari berbagai daerah mondok di sini," tuturnya.

 

Mbah KH Syahid sungguh merupakan figur yang merepresentasikan prinsip berkehidupan di dunia yang fana ini. Tidak ada sesuatu apapun yang pantas untuk dikufuri nikmatnya, melainkan kita wajib untuk untuk selalu merapal syukur, Alhamdulillah 'ala kulli haal.

 

Kontributor: Abdul Fatah Wahab
Editor: M Ngisom Al-Barony


Tokoh Terbaru