• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Regional

Suronan Wujud Syukur Nikmat Keberkahan

Suronan Wujud Syukur Nikmat Keberkahan
kegiatan sedekah bumi rutin dilakukan setiap bulan Muharram (Foto: NU Online Jateng/Imam Hamidi)
kegiatan sedekah bumi rutin dilakukan setiap bulan Muharram (Foto: NU Online Jateng/Imam Hamidi)

Cilacap, NU Online Jateng
Suronan pada bulan Muharam bagi masyarakat desa merupakan bulan syukur nikmat keberkahan. Salah satu wujud keberkahan ialah sedekah bumi atau suronan. 


"Sedekah bumi dilaksanakan dalam rangka bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki berkah berupa hasil bumi yang melimpah," ujar Ajengan Kiai Kholik Abdul Jalil Abbas pada acara 'Sedekah Bumi dan Jamasan Pusaka' yang berlangsung di Balai Desa Cijeruk, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap pada Jumat (12/8/2022).


Dijelaskan, cara mensyukurinya ialah dengan sedekah hasil bumi kepada sesama terutama untuk fakir dan miskin, sehingga terwujudlah nilai kemanusiaan, nilai sosial, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah. 


"Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk nikmat syukur kemanusiaan kita, semoga Allah memberkati kita sekalian," ucapnya. 


Dalam lintasan sejarah dan waktu lanjut Kiai Kholik yang juga Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Dayeuhluhur, sedekah bumi sebenarnya adalah budaya masyarakat kuno sebelum mengenal agama Islam, masyarakat waktu itu menyebutnya dengan sesaji bumi.


"Dalam upacara sesaji bumi, masyarakat waktu itu sesungguhnya berharap berkah dengan menyiapkan sesaji berupa hasil bumi yang dipersembahkan untuk para dewa dan roh-roh yang diletakkan di tempat-tempat tertentu seperti pohon-pohon besar dan atau tempat yang dianggapnya wingit, atau keramat," terangnya. 


Disampaikan, ada juga yang menyembelih kerbau kemudian kepala kerbau tersebut dikubur sebagai bentuk terima kasih atas hasil bumi yang melimpah. "Apa yang dilakukan masyarakat kuno itu tidaklah salah, sebab pengetahuan masyarakat waktu itu belum sampai, apalagi mengenal Islam Rahmatan lil alamiin," ungkapnya.
 

Melihat hal tersebut Wali Songo lanjutnya, bersepakat mengambil langkah dengan penuh pertimbangan syariat, maka hal itupun sebagai siasah dakwah, peluang yang bisa digunakan sebagai sarana menyebarkan agama Islam. 

"Dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara Walisongo itu tidak menghapus kegiatan sesaji bumi, tetapi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan ajaran Islam. Jadi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat saat ini sudah disesuaikan dengan ajaran Islam. Jika ada yang bilang bidah, apalagi musyrik berarti membidahkan dan bahkan memusyrikkan pewaris nabi yakni ulama, Wali Songo," tegasnya. 

 
Kepala Desa Cijeruk H Casma kepada NU Online Jateng, Ahad (14/8/2022) menjelaskan, setiap tahun pada bulan Muharram atau suro, rutin adakan sedekah bumi, kegiatan swadaya yang oleh, dari, dan untuk masyarakat desa tersebut sudah mentradisi dan berlangsung lama.


"Kegiatan sejak pagi, diawali dengan penyembelihan hewan (kambing kendit), dirumat, dimasak, lalu dibagi, atau disedekahkan. Sebelumnya disedekahkan tentu dikepung bersama-sama, bermunajat, dan didoakan, dipimpin tokoh agama masyarakat setempat di setiap dusun," pungkasnya.


Kontributor: Imam Hamidi Antassalam


Regional Terbaru