Bedah Buku di Pesantren Al-Fiel Cilacap Wujud Khidmah Santri pada Kiai
Selasa, 26 Juli 2022 | 15:00 WIB
Imam Hamidi Antassalam
Kontributor
Cilacap, NU Online Jateng
Pesantren Al-Fiel Cilacap mengadakan 'Bedah Buku' di Aula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al-Mua'allim Pesantren Al Fiel, Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap pada Ahad (24/7/2022) kemarin.
Ketua Pengurus Cabang Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonsia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) Cilacap Kiai Penyair Badruddin Emce mengatakan, bedah buku sebagai upaya meningkatkan budaya literasi di kalangan para santri dengan mengetahui tentang laku lampah kiai dan sejarah dakwah pesantren.
"Buku yang ditulis oleh Mei Ade Setiyawan merupakan kumpulan informasi yang digali melalui pendekatan literatur maupun wawancara pada keluarga (ahli bait), pada para putra-putrinya (dzuriyah), serta pada para santri alumni yang masih hidup," ujarnya.
Menurutnya, kitab Manaqibul Farhan KH Ahmad Mua'allim kitab yang ditulis oleh Mei Ade Setiyawan adalah kontribusi besar bagi pesantren, santri, dan alumni dengan mengangkat biografi sosok figur kiai pendiri pesantren.
"Banyak kiai atau ulama di sekitar kita di Cilacap yang sering kita dengar, tapi belum tahu riwayatnya dan laku lampahnya, maka penting ditulis dalam buku biografi kiai, kitab Manaqibur Farhan ini," terangnya.
Pengamat pesantren dan kebudayaan Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghozali (Unugha) Cilacap KHM Hilzam menyambut baik dan mengapresiasi terbitnya buku tersebut. Dijelaskan, kegiatan bedah buku merupakan ziarah kaum intelektual, sementara bedah kitab merupakan ziarah kaum santri.
"Dengan membaca kitab kita bisa eling-eling, membayangkan, menganalisa figur, sosok sang kiai yang bisa jadi suri tauladan bagi kita. Kendati demikian perlu bersama menyadari bahwa banyak keteladanan kiai atau ulama pesantren di Cilacap yang belum digali," ungkapnya.
Peneliti Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Prof KH Saifudin Zuhri (Saizu) Purwokerto Nur Fuadi mengungkapkan, santri sudah semestinya mengembangkan tradisi literasi sebagaimana yang dicontohkan para pendahulunya.
"Hal itu bukti bakti santri pada negeri, di samping berkhidmah pada kiai dan pesantren, bakat minatnya harus terus diasah," jelasnya.
Disampaikan, kitab adalah karya ilmiah, menandakan intelektualisme. Bagi kalangan dosen maupun peneliti kajian Islam nusantara, buku biografi kiai pesantren, model kitab manaqibul farhan tersebut bisa menjadi model salah satu daya pemantik yang menarik untuk digali ulang, dikaji lebih luas, lebih detail, dan mendalam.
"Dengan penggunaan bahasa yang padat dan mudah dipahami, buku Kitab Manaqibul Farhan KH Ahmad Mua'allim ini sepertinya cocok dan baik untuk semua kalangan. Namun demikian, walau format buku terlihat sederhana, tekstual, minim grafis, serta terdapat kekurangan detail data lainnnya, hal itu bisa diperbaiki dan dikembangkan dalam edisi berikutnya, terbitan revisi," pungkasnya.
Kegiatan bedah buku kitab Manaqibul Farhan KH Ahmad Mua'allim karangan Mei Ade Setiyawan dengan judul 'Kiai Singir Penebar Tawa' merupakan bukti wujud khidmah santri pada kiai.
Bedah buku digelar dalam rangka Haflah ke-68 Pesantren Alfiel Cilacap dan Haul ke-25 KH Ahmad Mua'allim, beserta masyayikh pesantren KH Abdul Manan, KH Abdul Ghoni, dan haul massal.
Kontributor: Imam Hamidi Antassalam
Terpopuler
1
Meninggalkan yang Tak Bermanfaat
2
Proyek Klinik NU Jatinegara Tegal Hampir Rampung, Fasilitas Penunjang Siap Dipasang
3
Kafilah FASI Kabupaten Tegal Siap Berlaga di Tingkat Nasional
4
GP Ansor Moga Tingkatkan Pemahaman Hukum Melalui Sosialisasi Interaktif
5
Mengenang 40 Hari wafatnya KH Abdul Bashir Hamzah dengan Peluncuran dan Bedah Buku
6
Semarakkan Hari Santri 2024, MWCNU Suradadi Tegal Agendakan Berbagai Kegiatan Keagamaan dan Kebudayaan
Terkini
Lihat Semua