• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Regional

Perluas Dakwah di Era Digital, Himasal Jateng Gelar Workshop Konten Kreator

Perluas Dakwah di Era Digital, Himasal Jateng Gelar Workshop Konten Kreator
Ketua Himasal Jawa Tengah KH Machin Chudlori saat membuka workshop (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)
Ketua Himasal Jawa Tengah KH Machin Chudlori saat membuka workshop (Foto: NU Online Jateng/Rifqi)

Magelang, NU Online Jateng
Santri tidak instan dalam belajar ilmu agama. Karena itu santri lulusan pesantren salaf (klasik) pada umumnya memiliki ilmu agama yang mumpuni. Namun peran dalam berdakwah kian kurang di era milenial yang mengandalkan media digital. 

 

Untuk menambah kemanfaatan ilmu yang santri dakwahkan, Himpuan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Jawa Tengah menggelar 'Workshop Konten Kreator Dakwah Digital Riang Gembira' di Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Entrepreneur, Tempuran, Magelang, Sabtu (16/10).

 

Ketua Himasal Jawa Tengah KH Machin Chudlori mengatakan, tanpa keterampilan media digital, masyarakat yang semestinya belajar kepada santri yang jelas ilmu agama dan berhaluan ahlussunnah wal jamaah akan belajar dengan yang lain. 

 

"Kalau kita tidak memiliki keterampilan, pangsa pasar akan diambil minhum," katanya saat membuka pelatihan.

 

Dia menyoroti tampilnya orang yang tampil di internat dengan ilmu agama yang minim. Dia contohkan adanya ustadz internet yanh membolehkan tidak puasa dan mengganti dengan fidyah tanpa ada alasan yang syar'i, 

 

"Saatnya kita untuk bergerak, bikinlah konten-konten yang berkaitan dengan pesantren. Gaweo konten sing iso menarik pemirsa minat mondokke anake," pesan Gus Machin, sapaan akrabnya.

 

Selain itu, Gus Machin juga menyoroti minimnya pendidikan akhlak di sekolah umum. Berbeda dengan pesantren yang menekankan karakter pendidikan pada akhlak yang terpuji dan menyukai ilmu agama 

 

"Zaman sekarang iki akehe guru mung pingin minterke bocah, nek wes pinter terus melu lomba menang (Zaman sekarang ini kebanyakan guru hanya ingin menjadikan anak pandai, kemudian menjuarai lomba)," ujarnya.

 

Demikian pentingnya, dia mengulang pesan kepada peserta untuk membuat konten motivasi bagi masyarakat agar mendidik anak ke pesantren. "Gaweo konten sing marakke wong seneng mondokke anak. Lirboyo harus kita perjuangkan (buatlah konten yang membuat orang senang memondokkan anak, Lirboyo harus kita perjuangkan)," tegasnya.

 

 

Sekretaris Himasal Jawa Tengah KH Ahmad Labib Asrori kepada NU Online Jateng, Senin (18/10) menjelaskan, santri memiliki kemampuan yang cukup untuk membina masyarakat. Lebih dari hanya membutuhkan perluasan segementasi orang yang belajar ilmu yang disampaikan. 

 

"Kalau soal ilmu agama atau materi yang didakwahkan jelas santri sudah cukup memadai, tetapi kreativitas untuk membangun narasi, terus secara teknis mengambil gambar yang baik, dan mengatur suara yang lebih baik sehingga dakwah santri ini jadi lebih menarik," katanya.

 

Menurut Gus Labib sapaan akrabnya, media digital memiliki keunggulan dalam jangkauan. Yakni banyaknya orang yang mengikuti ngaji online atau memperluas segementasi dakwah. Umumnya, video yang pendek lebih diminati. 

 

"Kalau ngaji langsung itu kan paling yang ikut seratus, dua ratus, tapi kalau di dunia maya itu cuma lima menit bisa viewer (yang mengikuti kajian,-red) bisa sampai ribuan," urainya.

 

Ditanya terkait dengan semangat menggencarkan dakwah digital, Gus Labib mengaku mulai menggenjot santri dengan pelatihan konten kreator. "Ini yang kedua untuk tahap ini, kalau secara keseluruhan sudah empat kali," pungkasnya.

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru