• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Regional

Pengasuh Pesantren Al-Huda Semarang: Ambil Hikmah Takziah Kematian 

Pengasuh Pesantren Al-Huda Semarang: Ambil Hikmah Takziah Kematian 
Kegiatan takziyin menghantar jenazah ke peristirahatan terakhir (Foto: NU Online Jateng/Siswanto AR)
Kegiatan takziyin menghantar jenazah ke peristirahatan terakhir (Foto: NU Online Jateng/Siswanto AR)

Boyolali, NU Online Jateng
Takziah atas meninggalnya seseorang dapat dijadikan peringatan bagi yang masih hidup, sebab setiap orang sudah masuk antrian dan cepat atau lambat akan merasakan. Lalu, apakah ada perubahan perilaku setelah menyaksikan kematian? 


Pengasuh Pesantren Al-Huda Petak, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang KH Maghfur Sarmadi mengatakan, (sebagian) kita sering mengabaikan nasihat teman, guru, atau kiai tentang bagaimana menjalani hidup yang baik sebagai bekal di akhirat. 


"Kematian orang juga bisa menjadi nasihat agar mengubah seseorang lebih baik dengan semakin menyadari bahwa semuanya akan mati. Persoalannya, sepulang takziah mau berubah atau tidak?" tuturnya dalam prosesi pemakaman H Suwarnan, warga Dusun Beran, Desa Karangjati, Kecamatan Wonosegoroi, Selasa (14/11/2023). 


Kiai Maghfur menyebutkan 3 hal yang akan mengikuti orang yang meninggal. Pertama, keluarganya sampai ke pemakaman. Kedua, sebagian kecil harta bendanya (kain kafan). Ketiga, amal perbuatannya sebagai tabungan hari kemudian. 


"Maka kita mesti menyiapkan bekal kematian. Jangan sampai terlalu sibuk mencari dunia sehingga lupa menjalankan shalat, puasa, sedekah, dan kebaikan lainnya," ujarnya. 


Disampaikan bahwa manusia terdiri dari tiga hal. Pertama, ruh; ia akan kembali kepada Allah SWT. Kedua, jasad; ia ditunggu kuburan (makam). Ketiga, amal perbuatan; dialah yang akan menemani di alam kubur (dan seterusnya).


"Ketika mayat yang semasa hidup menjalankan shalat, puasa, dan amal kebajikan, maka akan beruntung di akhirat. Karenanya manfaatkan dengan baik kesempatan hidup. Jika sudah terlanjur mati tidak bisa kembali perbaiki amal," ucapnya. 


Kiai Maghfur sampaikan 5 perkara yang harus disegerakan. Pertama, pengurusan mayat agar segera dimakamkan. Kedua, menikahkan putri (yang sudah saatnya). Ketiga, memuliakan tamu. Keempat, membayar hutang. Kelima, bertaubat. 


Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah itu berpesan agar manusia bisa mengambil hikmah dari tiap kematian dan kepada anak-cucu yang ditinggalkan agar meneruskan kebiasaan baik dari almarhum. "Anak cucu yang tidak mau meneruskan kebaikan orang tuanya berarti menganiaya diri sendiri," terangnya. 


Ketua Rukun Warga (RW) 06 Desa Karangjati Zumri menyampaikan terima kasih banyak atas takziah atau kehadiran warga Beran dan sekitarnya yang turut bela sungkawa, menghibur keluarga, dan mendoakan almarhum H Suwarnan. 


Dia menyampaikan sebagaimana adat yang sudah berjalan, di setiap malam pertama kematian, warga dimohon kehadirannya untuk mengadakan shalat unsi (hadiah) setelah shalat Maghrib serta khataman Al-Qur'an dan tahlilan setelah shalat isya. "Untuk hari berikutnya sampai ketujuh diisi tahlilan atau ditambah khataman Al-Qur'an," pungkasnya. 


Kontributor: Siswanto AR


Regional Terbaru