
Mustasyar PCNU Kabupaten Pekalongan KH Ahmad Zuhdi Khariri (Foto: NU Online Jateng/M Ngisom Al-Barony)
M Ngisom Al-Barony
Penulis
Pekalongan, NU Online Jateng
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pekalongan KH Ahmad Zuhdi Khariri mengatakan, perbedaan akhir Ramadhan 1444 Hijriah yang terjadi kemarin bukanlah sesuatu yang istimewa apalagi hingga diperdebatkan.
"Justru aneka warna pendapat umat Islam yang terjadi hendaknya menjadi sumber kerukunan diantara keberbedaan pendapat mengawali Idul Fitri dan inilah Indonesia," ujarnya.
Pernyataan itu disampaikan Kiai Zuhdi Khariri saat menyampaikan taushiyah pada acara peringatan Haul ke-80 Kiai Abdul Aziz, haul ke-91 Nyai Hj Maryam Abdul Aziz, haul ke-24 KH Mudzakir Asyhuri, dan haul ke-23 KH Zaini Asyhuri di Mushala Rohmatul Mubtadiin Banyurip Alit, Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Sabtu (29/4/2023).
Kiai Zuhdi mencontohkan keberbedaan dalam kehidupan rumah tangga adalah sebuah keniscayaan, antara dirinya dengan istri misalnya, adalah bukti kuasa Allah SWT menciptakan keberbedaan yang menghasilkan kerukunan dan keturunan dalam kehidupan rumah tangga.
"Demikian pula berbeda hari raya, tahun ini malah ada 5 hari raya yang dilaksanakan secara berbeda. Ada yang lebaran Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu bahkan Ahad. Bahkan tetangga sebelah lebaran Jumat tapi syawalannya Sabtu," terangnya.
Habib Abdullah Baqir bin Ahmad Alatas (kiri duduk di kursi) di acara haul sesepuh Pekalongan (Foto: M Ngisom Al-Barony)
Disampaikan, tahun 1980 an dirinya bertemu KH Mudzakir dan mengabarkan tentang akan terjadi lebaran berbeda. Dirinya mengatakan, sebagai nahdliyin tentu dirinya akan ikut keputusan PBNU dan PBNU selaras dengan keputusan pemerintah.
"Apa yang terjadi umat Islam khususnya warga NU tidak perlu ragu untuk mengikuti keputusan pemerintah. Selain sebagai ulil amri, pemerintah memiliki peralatan yang lengkap dan komplit untuk melakukan ru'yatul hilal," ucapnya.
Haul Tradisi Umat Islam Wajib Dilestarikan
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan menyampaikan, peringatan haul sesepuh Pekalongan yang dipusatkan di Pemakaman Banyurip Ageng adalah tradisi umat Islam untuk berkirim doa dan harus dilestarikan.
"Kegiatan haul bukan sekadar kirim doa bagi keluarga yang di hauli, akan tetapi lebih dari itu yakni mengambil keteladanan para tokoh bagaimana semasa hidupnya telah berjuang untuk NU dan umat di wilayahnya masing-masing," ucapnya.
Dirinya berharap agenda haul hendaknya terus dilestarikan karena kegiatan haul merupakan budaya dan tradisi Islam Nusantara yang wajib dijaga sepanjang masa. "Ini sekaligus memberi contoh kepada generasi muda bagaimana sesungguhnya menghormati para pejuang di bumi Nusantara ini," ungkapnya.
Salah satu jamaah Mansur kepada NU Online Jateng di sela-sela acara menjelaskan, kegiatan rutin haul di makam Banyurip Ageng sudah berlangsung cukup lama. Masyarakat berduyun-duyun dari berbagai daerah mengikuti acara yang juga dihadiri oleh Habib Abdullah Baqir bin Ahmad Alatas.
"Alhamdulillah tahun ini yang dihadir jauh lebih banyak dibanding pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Selain cuaca yang cukup cerah, pelaksanaan tahun ini tidak dibatasi dengan protokol kesehatan, sehingga masyarakat tumpah ruah," pungkasnya.
Kegiatan peringatan haul yang berlangsung setiap tanggal 8 Syawal di Pemakaman Banyurip Ageng dihadiri ribuan umat Islam. Para jamaah dengan membaca surat Yasin, Dalailul Khairat, tahlil sejam pukul 6 pagi bersama para kiai dan habaib.
Penulis: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Inilah Lokasi Sholat Idul Adha Jumat 6 Juni 2025 Wilayah Semarang Jawa Tengah yang Dilansir LD PCNU Kota Semarang
2
3 Amalan di Hari Tasyrik
3
Gandeng Ulama, Juleha Demak Gencarkan Edukasi Kurban Sesuai Syariat
4
Kurban Kambing Lebih Utama dari Sapi? Ini Alasannya!
5
KH Maslahuddin dan Warisan GERBUHU: Amalan Seribu Kulhu di Hari Arafah
6
Pastikan Kurban Sesuai Syariat, PCNU Magelang Gelar Pelatihan Juru Sembelih Halal
Terkini
Lihat Semua