Penutupan Kilatan Ramadhan Pesantren An-Nawawi, Momentum Jaga Tradisi dan Keteladanan Thoriqoh
Kamis, 20 Maret 2025 | 09:00 WIB

Penutupan pengajian Kilatan Ramadhan Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan, Purworejo pada Ahad (16/3/2025)
Muhammad Mukromin
Kontributor
Purworejo, NU Online Jateng
Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan, Purworejo menyelenggarakan acara penutupan Pengajian Kilatan Ramadhan pada Ahad (16/3/2025) bertepatan dengan 17 Ramadhan 1446 H,. Acara ini juga dirangkai dengan peringatan Nuzulul Qur’an dan Sewelasan Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah.
Acara dihadiri oleh Ikhwan Thoriqoh, pengurus pondok, serta santri putra dan putri Pondok Pesantren An-Nawawi. Rangkaian kegiatan diawali dengan Sewelasan Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah, mujahadah tahlil yang dipimpin oleh Kiai Abdur Rasyid, dan doa Khotmil Qur'an yang dipimpin oleh KH RM Maulana Alwi.
Dalam sambutannya, Kepala Pondok Pesantren Putra An-Nawawi, Bapak M Ato Ibnu Ribah, menyampaikan beberapa arahan kepada santri. Ia menjelaskan bahwa libur Lebaran akan dimulai pada 17 Maret hingga 9 April 2025, dengan jadwal kembali ke pondok pada 10 April.
“Kami berharap para santri memanfaatkan waktu liburan dengan bijak, menjaga almamater pondok pesantren, serta tetap melanjutkan kebiasaan baik seperti wiridan dan kegiatan lainnya di rumah,” pesannya.
Ia juga mengingatkan agar santri menggunakan komunikasi dan memilih tontonan dengan bijak. "Selain itu, jangan mengadakan buka bersama atas nama pondok pesantren, tetapi atas nama pribadi. Ini penting untuk menjaga citra baik pondok," tambahnya.
Santri yang terlambat kembali ke pondok akan dikenakan takzir. Ia juga menegaskan bahwa para santri membawa nama besar KH Achmad Chalwani.
“Ibaratnya, di dahi kalian tertulis 'Santri KH Achmad Chalwani'. Maka jagalah nama baik dan martabat kalian sebagai santri," tuturnya.
Sementara itu, dalam mau’idhotul khasanah, KH Achmad Chalwani menjelaskan sejarah Sewelasan yang berkaitan dengan wafatnya Syekh Abdul Qadir Jaelani pada tanggal 11.
“Sewelasan diawali dengan khataman kewajiban dan manaqib. Manaqib berarti sejarah keagungan, yang dilakukan untuk mengenang orang agung seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani,” paparnya.
Ia juga membagikan cerita inspiratif mengenai pentingnya nama panggilan dalam kehidupan seorang muslim dan menyinggung tokoh besar seperti Pangeran Diponegoro.
“Pangeran Diponegoro bukan hanya tokoh nasional, tetapi juga ulama dan tokoh thoriqoh. Beliau mengikuti Thoriqoh Sattariyah dan bermadzhab Syafi'i,” ungkapnya.
KH Achmad Chalwani juga memberikan amalan kepada santri berupa doa perjalanan. “Bacalah surat Al-Quraisy tiga kali untuk perjalanan dekat, tujuh kali untuk perjalanan menengah, dan sebelas kali untuk perjalanan jauh. Insyaallah akan mendapat keselamatan dan keberkahan,” pesannya.
Karena didalamnya terdapat kalimat:
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ
Dibaca sebanyak 3 kali bagi yang menempuh perjalanan dekat, 7 kali bagi yang menempuh perjalanan relatif jauh, dan 11 kali bagi yang menempuh perjalanan yang sangat jauh. Fadhilahnya yaitu seandainya mau membeli sesuatu ditoko harganya tidak ditinggikan.
Kegiatan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH Achmad Chalwani. Doa tersebut diamini oleh seluruh Ikhwan Thoriqoh dan santri yang hadir. Kegiatan ini menjadi penutup khidmat dari rangkaian pengajian kilatan Ramadhan di Pondok Pesantren An-Nawawi.
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Muslimat NU DIY Gelar Bakti Sosial dan Pasar Murah Guna Ringankan Beban Masyarakat
6
NU Care-LAZISNU Dukung Penyelenggaraan Workshop Jurnalisitik Filantropi di Cilacap Jateng
Terkini
Lihat Semua