• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Opini

Patuh pada Protokol Kesehatan dalam Perspektif Sunnah Nabi

Patuh pada Protokol Kesehatan dalam Perspektif Sunnah Nabi
Masker masih tetap dipandang efgektif menangkal corona. (NU Online)
Masker masih tetap dipandang efgektif menangkal corona. (NU Online)


Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengaktifkan  kembali aktivitas-aktivitas yang sempat terhenti akibat adanya pandemi Covid-19, muncul istilah new normal. Seperti pada tahun 2017 istilah itu telah diterapkan dalam perbincangan politik Indonesia dan sekitar tahun 2018 istilah itu pula juga dijumpai dalam pembahasan ekonomi Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa istilah new normal akibat pandemi Covid-19 ini bukanlah yang pertama kalinya digunakan.

 

Sejak munculnya pandemi Covid-19 sejumlah penelitian tentang new normal dari berbagai bidang, antara kedokteran, kesehatan masyarakat, sosial-ekonomi, hingga masalah kenegaraan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa new normal adalah proses sementara manusia berkebiasaan baru melalui pembelajaran dan proses adaptasi selama masa pandemi Covid-19 (Pragholapati, 2020).

 

Menyoal kebijakan new normal tentu saja terkait dengan penerapan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu selalu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak protokol kesehatan dalam rangka menjaga diri dari berbagai penyakit relevan  dengan hadits/sunnah Rasul Muhammad SAW. Dilihat dari perspektif sunnah, melalui ajaran tentang thaharah atau bersuci sudah terlihat hubungannya. Misalnya wudhu yang dimulai dengan membersihkan telapak tangan, rongga hidung, berkumur, dan membasuh muka, hingga saat shalat pakaian yang dikenakan harus dalam keadaan bersih dari kotoran. Melihat dari ajaran tersebut maka sangatlah sesuai dengan kebijakan anjuran penerapan protokol kesehatan yang saat ini sedang gencar disuarakan pemerintah demi menjaga diri dari Covid-19. 


Selain itu, ajaran mengenai perilaku keseharian juga tidak kalah pentingnya. Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya sebelum makan agar mencuci tangan. Hal ini juga merupakan upaya menjaga kesehatan.

 

Dari perintah tersebut dan kondisi yang demikian diperlukan sikap untuk menghindar sebagai langkah antisipatif akan terjadinya penularan virus berbahaya itu. Bahkan shaf di masjid dan mushala pun diatur jaraknya sedemikian rupa, alas shalat seperti karpet digulung sementara karena berpotensi bisa menularkan virus, dan hampir sebagian besar takmir masjid dan mushala mengharuskan jamaahnya memakai masker. Ini adalah langkah preventif yang harus kita pahami.

 

Tidak cukup sampai di sini, Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa akan ada kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana, sehingga sangat diperlukan bagi setiap Muslim memiliki pemahaman dan pelaksanaan dari nilai-nilai keimanan, sekaligus melakukan tindakan untuk menjaga kelestarian lingkungan guna menghindari terjadinya bencana. Pandemi adalah cobaan yang harus kita hadapi dengan kekuatan iman.

 

Dalam petikan hadits Baginda Muhammad SAW bersabda, “antum a’lamu bi umuri dunyakum”, (Engkau sekalian lebih mengetahui tentang urusan dunia) mengisyaratkan kepada kita tentang pentingnya penggalian ilmu pengetahuan untuk menciptakan kebaikan-kebaikan di muka bumi. 

 

Melalui pemaparan tersebut tegaslah bahwa Nabi SAW telah mengajarkan prinsip dasar peradaban, termasuk bagaimana mencipta tatanan kehidupan yang baik dan berimplikasi pada spiritualitas umat Islam. Apa pun cobaan yang dihadapi pastilah ada hikmah di tengah wabah virus corona. 

 

Banyak hadits yang memuat  pentingnya menjaga kesehatan. Di antaranya menggambarkan bahwa kesehatan itu suatu kenikmatan. 

 

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].

 

Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu) mudamu sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, luang waktumu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu. [HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak; dishahihkan oleh Syekh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wat Targhib 3/311, no. 3355.

 

Yang tidak kalah pentingnya dalam berikhtiar sebagai langkah preventif mencegah penularan corona ini adalah tentang ketaatan pada anjuran pemerintah. Mematuhi protokol kesehatan adalah sebuah kenicayaan. Bayangkan jika hal itu dilanggar dengan dalih bahwa penyakit itu Allah yang mengaturnya, semua takdir-Nya, menganggap corona tentara Allah yang hanya akan menyerang bagi orang yang tidak beriman kepada-Nya.

 

Ya memang, bahasa keimanan kita memang demikian, bahwa semuanya adalah pemberian Allah. Tetapi ingat, anjuran mematuhi protokol kesehatan juga sebuat ikhtiar. Faktanya, di daerah pendemi yang jumlah orang terpapar selalu meningkat disebabkan karena masyarakatnya mengabaikan protokol kesehatan.   

 


Devy Agustiani, mahasiswi Jurusan Aqidah Filsafat UIN Walisongo Semarang


Opini Terbaru