• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 30 April 2024

Opini

MUKTAMAR ILMU PENGETAHUAN

Menggenggam Dunia dan Akhirat dengan Ilmu Pengetahuan

Menggenggam Dunia dan Akhirat dengan Ilmu Pengetahuan
Foto: Ilustrasi (nu online jateng)
Foto: Ilustrasi (nu online jateng)

Terlebih dahulu saya sampaikan selamat atas rencana penyelenggaraan Muktamar Ilmu Pengetahuan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah yang bertempat di Kampus 2 Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang pada 25 Agustus 2023. 


Suatu ikhtiar menggalang komunikasi antarilmuwan-ilmuwan Nahdlatul Ulama mempertemukan Ulama Pesantren dengan Para Ilmuwan Kampus. Imam Syafi’i RA dalam Manakib Syafi’i, 2/139 menjelaskan :

 

من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد األخرة فعليه بالعلم

 


Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan Ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan Ilmu.


Jadi, ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencipta kebahagiaan dunia, dan perangkat untuk mewujudkan kebahagiaan di akhirat. Persoalannya adalah ukuran atau parameter kebahagiaan dunia dan keyakinan adanya akhirat (pertanggungjawaban) tentu berbeda-beda antar orang, kelompok, komunitas, hingga sebuah bangsa, bahkan antaragama tentu bebeda. 


Ukuran bahagia dengan sistem berpikirnya bagi warga Eropa, Amerika, China, Afrika dan Indonesia tentu berbeda, dan agama telah memberi pedoman parameter bahagia bagi pemeluknya di tengah kemajuan teknologi dan aplikasi berbasis kecerdasan buatan.
Padahal, semua manusia hidup di satu bumi yang sama, yang terbuka tanpa sekat dan batasan di mana manusia hidup saling mempengaruhi dan mendesakkan kepentingannya di ruang publik. Siapa mengikuti siapa?, siapa mempengaruhi siapa?, dan siapa yang terbawa oleh siapa ?.


Sedangkan Nabi SAW telah memberi peringatan supaya kita tidak menjadi kelompok ‘pembebek’ (asal ikut dan manut). Sebaliknya meminta kita supaya mandiri dan berdaulat dalam bersikap atas dasar ilmu dan keyakinan. Dari sini, kedaulatan ilmu pengetahuan dalam terapanya disesuaikan dengan konteks. 


Di ruang tertentu ilmu pengetahuan itu netral, tapi aplikasinya menuntut keberpihakan dan pilihan yang bisa dipertanggungjawabkan kelak. Maka, kewajiban kita berikhtiar menghadirkan peradaban Islam atas dasar petunjuk-petunjuk Allah SWT kepada manusia sebagai pemegang amanah. Tapi, dalam terapanya ada penyesuaian teknis (fiqhul hadharah) berdasar tempat (amkinah) dan waktu (azminah). Peradaban kita ya Islam NUsantara itu yang bisa menyerap peradaban global, bukan mengikuti peradaban global.


Kita coba refleksikan penegasan sikap KH Wahid Hasyim bahwa dalam merumuskan kebudayaan harus menggunakan akal dan Common Sense (perasaan). Ketika kemampuan kita berpikir strategis hilang, maka negara kita akan jatuh di bawah pikiran dan rencana orang asing, kalau dulu bernama Inland zaken, Sidokan, maka sekarang bernama Advisor Asing. Padahal tujuan mereka untuk keuntungan negara mereka sendiri.


Saatnya para Ulama NU (khususnya dari pesantren) bangkit dari perangkap kealimannya, tampil memberi arah dan petunjuk ilmunya, membangun peradaban NUsantara dan ilmu pengetahuan yang berkarakter dan berkepribadian nasional bangsa demi mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan warga dan umat manusia.


Selamat bermuktamar ‘Ilmu Pengetahuan’ bagi para alim-ulama pesantren. Kita namung sak dermo dharmo wakil (khalifatun fi alardh) dari pemberi amanah, Allah SWT., dengan tugas isti’mar (memakmurkan) bumi dengan saling berjabat tangan menguatkan, bukan saling melepas tangan berlawanan (permusuhan), apalagi saling mengabaikan (atas nama kompetisi). Wallahu a'lam bis shawab


KH Abdus Salam Sohib, Pengasuh pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur
 


Opini Terbaru