• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Keutamaan Dahulukan Makan Sebelum Shalat

Keutamaan Dahulukan Makan Sebelum Shalat
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Apabila ada yang bertanya sebaiknya makan dulu atau shalat dulu? Maka jawaban yang lazim bila memilih mendahulukan makan adalah agar shalatnya lebih khusyuk. Namun, tidak hanya kekhusyukan shalat, manfaat mendahulukan makan sebelum shalat ternyata ada kaitannya dengan kesehatan. 


Shalat sudah pasti merupakan ibadah, sedangkan makan merupakan aktivitas manusiawi yang juga bisa bernilai ibadah. Bagi umat Islam, semboyan yang perlu digalakkan tidak hanya 'makan untuk hidup' tetapi juga 'makan agar kuat beribadah'. Hal ini tentu sangat berbeda dengan orang di luar Islam yang perilakunya justru mengarah pada 'hidup untuk makan'. Ketika aktivitas makan dan shalat kebetulan berdampingan, maka umat Islam bisa memilih. Pilihan makan dulu atau shalat dulu tentu sangat tergantung kepada masing-masing orang. Beberapa alasan mendahulukan makan sebelum shalat ternyata menarik untuk dicermati karena ada di kitab tentang pengobatan nabi yang ditulis oleh ulama Islam.


Kesehatan saluran cerna salah satunya ditentukan oleh proses pembuangan sisa-sisa makanan. Apabila proses pembuangan isi saluran cerna berlangsung dengan lancar, tubuh akan sehat. Sebaliknya apabila pengeluaran zat-zat sisa makanan dari dalam tubuh terganggu, maka berbagai resiko akan muncul. Namun, dengan upaya meneladani kebiasaan yang baik maka keseimbangan yang menyehatkan saluran cerna dapat dicapai. 


Susah buang air besar (BAB), ketidakteraturan BAB, dan bermacam-macam gangguan pencernaan saat ini lazim terjadi pada masyarakat. Apalagi bagi mereka yang memiliki pola hidup sedikit gerak dan pola makan tidak sehat, kerja pembuangan dari saluran pencernaan kerap terganggu. Minimnya konsumsi makanan berserat dan minum air yang tidak cukup dapat memperparah gangguan pada usus besar. Padahal usus besar inilah yang bertanggungjawab dalam proses pengeluaran sisa makanan. Salah satu alasan mendahulukan makan sebelum shalat adalah anjuran Rasulullah. Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyebutkan sebuah hadits dalam kitab Thibbun Nabawi sebagai berikut:


وقدتقدم قوله عليه الصلاة والسلام:
أَذِيبُوا طَعَامَكُمْ بِالذِّكْرِوَالْكَلَامِ عَلَيْهِ.


“Kami telah mengutip hadits Nabi saw, cernalah makananmu dengan menyebut nama Allah dan dengan pembicaraan/kalam tentang-Nya.” (Thibb An-Nabawi Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 284)


Berdasarkan penjelasan hadits tersebut, shalat merupakan ibadah yang bisa dilakukan setelah makan karena di dalamnya mengandung banyak dzikir. Dzikir dalam shalat akan membantu pencernaan makanan. Apabila seorang muslim yang telah makan kemudian mengiringinya dengan shalat, maka akan sangat baik untuk kesehatan saluran pencernaan.


Dalam bagian lain kitabnya, al-Hafiz Adz-Dzahabi menjelaskan hadits serupa yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim sebagai berikut:


أَذِيبُوا طَعَامَكُمْ بِالذِّكْرِاللهِ والصَّلاَةِ، وَلاَ تَنَامُوا عَلَيْهِ فَتَقْسُو قُلُوبُكُمْ، وَلاَتُكْثِرُوا مِنَ الْحَرَكَةِ عَلَيْهِ فَتُضَرُّوا، وَلاَتَتْرُكُواالْعَشَاءَ فَتَهْرَمُوا. رواه أبونعيم


“Kunyahlah makananmu dengan menyebut nama Allah dan disertai shalat. Janganlah kalian tidur langsung setelah makan sebab hal itu akan membuat hati menjadi keras. Setelah makan janganlah melakukan olahraga berat sebab hal itu berbahaya. Jangan membiasakan diri tidak makan malam sebab hal itu membuat orang cepat tua.” (Thibb An-Nabawi Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 38)


Dalam hadits di atas, disebutkan bahwa selain berzikir menyebut nama Allah, proses pencernaan makanan berupa mengunyah juga disarankan untuk disertai dengan shalat. Namun, bukan berarti hal itu dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, pilihan untuk melaksanakan anjuran ini adalah melaksanakan shalat setelah makan. Shalat yang identik dengan gerakan sujud juga merupakan salah satu sebab sehatnya saluran pencernaan. Secara spesifik, al-Hafiz adz-Dzahabi menjelaskan tentang manfaat sujud sebagai berikut:


وما أشد إعانة السجود على فتح سدة المنخرين، وما أقوى معاونة السجود على تعفن الأخبثين وحدر الطعا م عن المدة والأمعاء، وتحريك الفضول المحتقنة فيها وإخراجها، إذ عنده تنعصر أوعية الغذاء بازدحامها، وتساقط بعضها على بعض.


“Betapa bersujud itu menguntungkan dalam membantu ketidakmurnian dengan melancarkan jalan sisa makanan dari perut ke usus besar dan dalam menggerakkan sampah bersamanya hingga ia terusir, sebab dalam perut-perut tertentu ada gundukan makanan dan satu makanan jatuh ke atas makanan yang dimakan sebelumnya.” (Thibb An-Nabawi Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 283)


Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pembuangan sisa-sisa makanan dari usus besar akan lancar dan terbantu dengan aktivitas sujud. Apabila terisi makanan, saluran cerna akan bekerja setelah berbuka sebelumnya kosong. Bila shalat dilakukan setelah makan, gerakan usus untuk mendorong sisa-sisa makanan sebelumnya ke ujung usus besar akan didukung dengan gerakan sujud dalam shalat. Oleh karena itu, orang yang rutin melaksanakan shalat setelah makan akan terhindar dari resiko sembelit atau sulit BAB. Kesulitan BAB memang bukan masalah yang sederhana. Sisa-sisa makanan yang mengeras dan memenuhi usus besar dapat menimbulkan masalah lain. Penyakit wasir, pendarahan di anus, hingga kanker pada usus besar merupakan beberapa contoh masalah kesehatan yang berawal dari kesulitan BAB.


Islam sebagai ajaran yang paripurna senantiasa memberikan berbagai manfaat, termasuk manfaat kesehatan dari ibadah shalat. Sebagai umat Islam yang bersemangat dalam menjalankan ibadah dan menggapai keutamaannya, hendaknya kita mensyukuri nikmat makan sebagai sumber energi untuk aktivitas religius. Selain mendapatkan pahala yang besar, Insyaallah kesehatan saluran pencernaan juga akan semakin terjaga. Wallahu a'lam bis shawab  

 

Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti di bidang Farmasi tinggal di Cilacap


Opini Terbaru