• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Nasional

Sikap Orang Beriman Menyikapi Musibah Pandemi, Begini Penjelasan Gus Ulil

Sikap Orang Beriman Menyikapi Musibah Pandemi, Begini Penjelasan Gus Ulil
sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah (ilustrasi)
sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah (ilustrasi)

Semarang, NU Online Jateng

Pengasuh Ngaji Ihya’ulumuddin Virtual KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengajak kepada masyarakat untuk cerdas dalam memaknai musibah pandemi Covid-19, yang kini sedang melonjak di Indonesia.

 

Gus Ulil juga menjelaskan perbedaan antara orang yang beriman dan orang musyrik dalam memahami hari-hari krisis ini. Ia menyampaikan dalam forum pembacaan Shalawat Nariyah dan Tahlil doa untuk keselamatan bangsa dari wabah bersama pada santri dan ulama yang digelar pada Senin (12/7).

 

“Pada saat menghadapi krisis mereka (orang musyrik, pen) ingat Tuhan, namun pada saat situasi tenang mereka menyekutukan Tuhan,” ungkap Gus Ulil.

 

Sebelumnya, Gus Ulil mengutip sebuah ayat Al-Qur’an dalam surat al-Ankabut ayat 65 yang menerangkan sikap orang musyrik yang membutuhkan Allah SWT di kala situasi sulit kemudian meninggalkan Allah SWT saat krisis berlalu. Menurut Gus Ulil hal demikian adalah gambaran asli watak manusia pada umumnya.

 

Ia menambahkan bahwa keterangan itu dalam tafsir klasik dijelaskan sebagai orang-orang musyrik pada zaman Nabi Muhammad SAW, artinya sikapnya sangat mirip dengan orang beriman (namun dangkal) di masa sekarang.

 

“Pada saat situasi yang sulit kita ingat Tuhan dan ketika tenang kembali, kesulitan-kesulitan sudah kita lalui dan kehidupan normal kembali seolah olah tidak ada sesuatu yang terjadi sebelumnya. Banyak juga orang beriman yang sikapnya seperti ini, misalnya pada saat krisis shalat kita khusyu, namun setelah itu terlewati akan seperti biasa aja. Tentu saja, ini menggambarkan watak manusia pada umumnya,” jelas Gus Ulil

 

Melihat situasi pandemi di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan sehingga kondisi sangat krisis, banyak di antara kita dan orang-orang beriman berkumpul dalam ruang virtual untuk memanjatkan do’a dengan hajat agar pandemi lekas diangkat. Melalui fenomena tersebut Gus Ulil menilai banyak orang kembali kepada Allah SWT di saat situasi sulit seperti ini. Namun, kemudian seringkali lupa ketika situasi normal kembali.

 

Menurutnya, perbedaan antara orang beriman dan musyrik di masa krisis ini adalah seberapa ia dapat mentranformasi kondisi pasca masa krisis yang dialami. Biasanya orang musyrik tidak akan merasakan perubahan setelah ia diberi cobaan, tetapi ketika cobaan itu hilang mereka biasa saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa.


“Sekarang kita menghadapi pandemi dan ini situasi krisis, kita juga melihat banyak orang berdoa kepada Allah SWT. Nah, apa perbedaan orang-orang beriman dengan orang musyrik pada zaman itu? Menurut saya yang membedakan kita dengan orang-orang musyrik adalah yaitu tindakan kita pasca-krisis. Orang yang beriman ketika diberi cobaan oleh Allah, ia akan berubah,” sambung lurah Ngaji Ihya’ itu.


Ia menambahkan, misalnya seorang hamba diberi cobaan oleh Allah SWT, kemudian ia kembali kepada-Nya dengan berdoa itu sebuah kewajaran, sudah seharusnya sebagai hamba untuk mengaktualisasikan kehambaanya dengan berdoa. Justru apabila dalam kondisi krisis seorang hamba lupa dengan Allah SWT, malah dinilai tidak beretika.

 

Oleh karenanya yang membedakan adalah tindakan pasca-cobaan tersebut. Gus Ulil juga menerangkan bahwa apabila seseorang diberi cobaan krisis kemudian tidak ada perubahan, maka itu mengalami krisis dua kali atau kuadrat.


“Bahwa orang itu ingat pada Allah pada saat krisis itu hal yang normal, bahkan pada saat krisis kita kok tidak mengingat Tuhan, justru tidak baik. Kalau krisis tidak mengubah apa-apa bagi saya itu krisis dua kali, sudah kita mengalami krisis dan tidak dapat apa-apa dari krisis tersebut. Minimal bagi orang beriman ini ketika mendapatkan cobaan dari Allah itu dia bisa mengatur dalam hatinya untuk berubah menjadi manusia baru,” pungkasnya.

 

Kontributor: Abdullah Faiz

Editor: Ajie Najmuddin


Nasional Terbaru