• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

Mustasyar NU Jateng: Tirulah Perilaku Ulama

Mustasyar NU Jateng: Tirulah Perilaku Ulama
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Muhammad Asyiq (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Muhammad Asyiq (Foto: NU Online Jateng/Insan Al-Huda)

Demak, NU Online Jateng
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Muhammad Asyiq mengisahkan Mbah Kiai Cholil Abdurrozaq setiap bulan Ramadhan, mengaji kitab Riyadush Sholihin khatam setiap tanggal 21 Ramadhan. Pernah juga khatam tanggal 28 Ramadhan. 


"Kalau Abah saya ngajinya kepada Mbah Kiai Abdullah Zaini bin Uzair, ayah mertua Kyai Cholil," jelasnya yang juga alumni Pesantren Al-fatah Demak pada acara haul Mbah KH Abdullah Zaini bin Uzair di Setinggil Demak, Rabu (3/5/2023) siang.


Disampaikan, apa yang telah dilakukan para kiai dan ulama secara rutin mengaji berbagai kitab kuning kepada para santrinya wajib ditiru. Menurutnya, selain masalah ketekunannya mengajarkan berbagai ilmu agama, para kiai sangat ikhlas menularkan ilmunya.


"Berbeda dengan sekarang, jika kurang honornya bahkan gratis para pendidik pilih demo untuk menaikkan honornya," ucapnya.


Pengasuh Pesantren Addainuriyah Kota Semarang KH Dzikron Abdullah mengungkapkan, setiap ada haul pasti ada tahlil. Di Ciwaringin, Cirebon dalam tahlil yang dibaca keras huruf istisnanya  illallah," ungkapnya.


Menurutnya, Mbah Abdulloh Zaini itu Istiqamah dan ampuh seperti saat hujan namun tidak kehujanan. "Istiqamahnya membaca kitab Alfiyah. Almarhum almaghfurlah wafat ketika sedang mengajar kitab Alfiyah," terangnya.


Dikatakan, santri yang bermanfaat merupakan santri yang rajin mendo'akan gurunya. Puncaknya akhlak adalah tawadlu, andap asor, khususnya kepada guru dan siapa saja. "Kiai jaman dulu itu sabar, tawadlu. Barakahnya khidmah itu luar biasa," jelasnya.


Dikisahkan, Mbah Cholil Bangkalan punya tamu 'umbele meler', bajunya lusuh dan membawa anjing. Terus tamu ini dilayani sendiri oleh Mbah Cholil Bangkalan. "Setelah itu kelebihan minumannya kemudian diminum Mbah Cholil. Para santri ndak ada yang berani bertanya," ucapnya.


Kemudian lanjutnya, santri-santri musyawarah yang disepakati yang bertanya Mbah Hasyim Asy'ari. Ketika Mbah Hasyim bertanya, Mbah Cholil bercerita kalau cincin istrinya jatuh di toilet. "Ali-ali ku hilang kecemplung WC. Kemudian Mbah Kyai Hasyim nyemplung mencari ali-ali Mbah Cholil. Tawadlu'nya Mbah Hasyim luar biasa," ujarnya.


Setelah cincinnya ketemu, oleh Mbah Hasyim diberikan Mbah Cholil. Kemudian Mbah Cholil menyeru kepada istrinya supaya diambilkan celurit sambil berkata tegas, "Kamu Hasyim mencuri ya?". Kemudian Mbah Hasyim berlari ketakutan, namun akhirnya tertangkap. Setelah tertangkap, Mbah Cholil mengatakan, "Kamu telah mencuri karamahku, telah mencuri keberkahanku. Ini saya kasih hadiah celurit," katanya.


Setelah itu ditanyakan kembali siapakah tamu Mbah Cholil yang sisa air minumnya diminum Mbah Cholil. Ternyata tamu tersebut adalah Nabi Khidir as.


Kiai Dzikron berpesan kepada jamaah pengajian. Jadilah seperti kedua tangan yang saling bekerja sama, jangan seperti kedua telinga. "Yang apabila salah satunya dikasih anting-anting, yang satunya iri, sehingga tidak berani keluar rumah," pungkasnya.


Pengirim: Insan Al-Huda


Nasional Terbaru