• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

Katib PBNU: NU Lahir Dilatarbelakangi Peristiwa Besar di Dunia

Katib PBNU: NU Lahir Dilatarbelakangi Peristiwa Besar di Dunia
Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Aunullah A'la Habib (Gus Aun) (Foto: NU Online Jateng/Siswanto AR)
Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Aunullah A'la Habib (Gus Aun) (Foto: NU Online Jateng/Siswanto AR)

Boyolali, NU Online Jateng
Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Aunullah A'la Habib (Gus Aun) mengatakan, NU lahir dilatarbelakangi peristiwa besar di dunia internasional, yakni karena kepemimpinan umat Islam yang tadinya settle, stabil, mapan selama 1.300 tahun tiba-tiba runtuh. 


"Peristiwa itu seolah-olah menandai lahirnya peradaban baru yaitu kepemimpinan baru yang kita kenal dengan negara bangsa atau nation state," kata Gus Aun dalam Konferensi Cabang (Konfercab) XXII NU Boyolali bertajuk 'Mendampingi Umat, Memenangi Masa Depan', Sabtu (9/3/2024). 


Disampaikan, Turki Utsmani sebagai kepemimpinan besar dalam Islam yang berkuasa hampir 700 tahun, runtuh. "Keruntuhan ini bukan hanya keruntuhan secara administrasi, politik, dan kekuasaan, akan tetapi juga keruntuhan atas otoritas keulamaan ahlussunnah waljamaah (aswaja), karena Turki Utsmani adalah representasi ahlussunnah waljamaah," ujarnya. 


Menurutnya, keadaan tersebut yang mengharuskan NU lahir. Memang secara teretorial, Hindia Belanda (Indonesia) waktu itu bukan wilayah Turki Utsmani. Meski wilayah Turki Utsmani sangat luas mulai ujung India sampai ujung Maroko termasuk wilayah Kaukasus, Wina, sampai Balkan. 


"Meski begitu otoritas keulamaan aswaja sampai ke Indonesia dan ulama Turki pada waktu itu menjadi maraji-maraji ulama Indonesia dalam menyelesaikan problem kemasyarakatan," paparnya. 


Menjelang lahirnya NU lanjut Gus Aun, KH Khalil Bangkalan yang mendapat tugas atau merasa harus bertugas untuk meminta petunjuk dari Allah Swt mendapat isyarah, salah satunya Surat As Shaf Ayat 8: "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. "


Dalam pandangan Gus Aun, ayat ini relevan menggambarkan situasi saat itu di mana Islam menderita kekalahan besar. Inilah yang menjadi embrio lahirnya NU sebagai pewaris misi kenabian dalam rangka ibadatullah dan melahirkan rahmat bagi semesta. 


"Apalagi kalau kita melihat Kiai Ridwan Abdullah pada waktu itu yang bertugas membuat logo NU. Beliau melakukan tirakat, riyadhah yang pada akhirnya mendapat petunjuk melalui mimpi; beliau melihat di atas langit bola dunia," tambahnya. 


Maka tidak heran, Gus Aun menjelaskan, jika NU berkembang dan bergerak dalam berbagai dimensi kehidupan; menjaga dan melestarikan aswaja, berjuang menuju kemerdekaan, serta memikirkan bangsa ini untuk tetap utuh bersatu dalam realitasnya sebagai bangsa yang majemuk. 


"Mengisi kemerdekaan, teguh, dan terus menjaga NKRI, karena bagi NU, NKRI harga mati," tegasnya. 


Dirinya juga mengingatkan, bahwa dunia saat ini mengalami perubahan-perubahan besar yang disimpulkan dengan 4 perubahan, yaitu perubahan tatanan politik internasional, perubahan prinsip kewarganegaraan, perubahan norma kepatutan, dan perubahan dunia akibat globalisasi. 


"Ini yang dihadapi NU dari PBNU sampai ranting NU," ujar pengasuh Pesantren Al Huda Doglo Boyolali itu. 


Ketua PBNU Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) KH Hasanuddin Ali menjelaskan, NU yang sudah berusia 101 tahun menunjukkan kematangan kiprahnya kepada Republik Indonesia. NU tidak pernah lepas kontribusinya terhadap Indonesia dalam situasi dan kondisi apapun. 


"Sebelum era merdeka, kontribusi Simbah Hasyim Asyari, Simbah Wahab Chasbullah terlibat sangat dalam," ujarnya. 


Di era orde lama lanjutnya, NU menjadi salah satu faktor utama dalam konflik melawan agresi Belanda melalui resolusi jihad. "Di era orde baru keberpihakan NU terhadap ideologi negara kita, Pancasila.  Di era reformasi sekarang juga sama," terangnya. 


Dirinya menekankan tiga hal untuk menjawab tantangan zaman. "Pertama, kohesifitas dan koherensi. Kohesifitas adalah soliditas. Kami berharap PCNU Boyolali nanti betul-betul solid secara internal, solid satu padu bergerak bersama.  Koheren berarti NU Boyolali harus selaras dengan PBNU, PWNU sampai ke ranting," kata Kiai Ihsanuddin. 


Kedua, militansi. NU di semua level harus militan bergerak bersama membersamai umat. Ketiga, melayani umat. Jamiyah dibentuk seutuhnya untuk melayani kebutuhan umat atau jamaah.  "Saya kira NU Boyolali dengan melihat potensi yang ada, memiliki peluang yang luar biasa," harapnya. 


Konfercab yang diadakan di NU Center Boyolali menetapkan KH Ahmad Harir dan KH Iqbal Mulyanto sebagai Rais dan Ketua terpilih masa khidmat 2024 - 2029.


Kontributor: Siswanto AR


Nasional Terbaru