Khutbah Haji 2025

Khutbah Wukuf: Momentum Taubat, Kebersamaan, dan Doa untuk Bangsa

Selasa, 3 Juni 2025 | 15:00 WIB

Khutbah Wukuf: Momentum Taubat, Kebersamaan, dan Doa untuk Bangsa

Jamaah haji wukuf di Arafah (Foto: Pinterest)

NU Online Jateng -

الحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي جَعَلَ يَوْمَ عَرَفَةَ يَوْمًا مَشْهُودًا، وَرَفَعَ فِيهِ مَقَامَ ٱلدُّعَاءِ وَٱلرَّجَاءِ، وَجَعَلَهُ مَوْسِمًا لِلْمَغْفِرَةِ وَٱلْعِتْقِ مِنَ ٱلنَّارِ.

 

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللّهمّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارَكَ عَلى سَيِّدِنَا محمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ ٱللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ ٱلْمُقَصِّرَةَ ٱلْمُذْنِبَةَ بِتَقْوَى ٱللَّهِ، فَإِنَّهَا وَصِيَّةُ ٱللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَٱلْآخِرِينَ.

 

قَالَ تَعَالَىٰ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

 

Maasyiral Hujjāj Rahimakumullah

Hari ini, di Padang Arafah yang mulia ini, kita berdiri dalam kesamaan: sama-sama mengenakan ihram, sama-sama letih, sama-sama berharap ampunan. Inilah gambaran umat yang satu. Di sini tidak ada perbedaan antara pejabat dan rakyat, kaya dan miskin, terkenal dan biasa saja. Semua hamba Allah. Maka inilah momentum memperkuat ukhuwah, menjaga kebersamaan, dan mempererat persaudaraan jamaah.

 

Kita datang ke tanah suci sebagai rombongan jamaah haji Indonesia, bukan perorangan. Maka jaga akhlak, jaga hati, dan jaga lisan. Dalam kitab Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi al-Bantani menukil:

 

مَنْ لَمْ يُحْسِنْ إِلَىٰ رَفِيقِهِ فِي السَّفَرِ فَقَدْ خَسِرَ

 

Artinya : “Barang siapa tidak berbuat baik kepada teman safarnya, maka sungguh ia telah merugi.”

 

Rasulullah ﷺ bersabda:

 

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

 

“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Maka, saat kita melihat teman sekamar kesulitan memakai ihram, bantu. Ketika teman sepenerbangan tersesat arah maktab, dampingi. Ketika ada yang lelah batin dan rindu keluarga, hibur. Jangan biarkan ego mengalahkan adab. Jangan biarkan amarah merusak manasik.

 

Saudara-saudaraku, 

Tanah air kita saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan besar: perpecahan, polarisasi politik, degradasi moral generasi muda, dan musibah sosial-ekonomi. Maka di saat paling mustajab ini, mari kita doakan Indonesia. Doakan persatuan, doakan para pemimpin, doakan kedamaian dan keberkahan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 

دَعْوَةُ ٱلْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ ٱلْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ

 

“Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah doa yang mustajab.” (HR. Muslim)

 

Bukankah kita adalah duta Indonesia di Tanah Suci? Maka mari kita niatkan setiap tangis, setiap munajat, setiap tetes air mata kita, agar menjadi berkah bagi negeri tercinta.

 

Wahai Jamaah Haji Indonesia yang Dimuliakan Allah

Kita datang dari negeri yang jauh, sebagian dari kita menempuh perjalanan dengan fisik yang tidak muda lagi, dengan kelelahan lahir dan batin, bahkan dengan berbagai tantangan: cuaca ekstrem, penyakit, kepadatan, bahkan mungkin konflik batin antara sabar dan lelah.

 

Namun ingatlah, semua ini adalah bagian dari ujian. Bahkan Nabi ﷺ bersabda:

 

"إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ"

 

"Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian." (HR. Tirmidzi no. 2396)

 

Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali disebutkan:

 

إِنَّمَا ٱلنَّاسُ فِي ٱلدُّنْيَا مُسَافِرُونَ، وَٱلدُّنْيَا دَارُ عُبُورٍ لَا دَارُ مَقَامٍ

 

“Manusia di dunia hanyalah musafir, dan dunia adalah tempat melintas, bukan tempat tinggal.”

 

Maka kita, para tamu Allah, adalah musafir menuju akhirat, dan wukuf di Arafah adalah perhentian untuk mengevaluasi hidup sebelum maut datang menjemput.

 

Dikisahkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Laits As-Samarqandi, ada seorang hamba yang setiap tahun datang ke Arafah hanya untuk menangis dan berkata, “Ya Allah, aku tidak membawa amal yang banyak, hanya berharap Engkau ridha.” Tahun terakhir ia wafat di Arafah, dalam keadaan tersenyum. Malamnya salah seorang ulama bermimpi bertemu dia di surga, dan ia berkata, “Karena tangisanku di Arafah, Allah ampuni semua dosaku.”

 

Saudaraku Para Hujjaj

Momen ini tidak akan terulang. Jangan sia-siakan. Mohonlah ampunan, doakan keluarga, bangsa, dan seluruh kaum Muslimin. Doakan negeri Indonesia yang saat ini tengah menghadapi berbagai ujian: moral, sosial, dan tantangan persatuan.

Jangan hanya doakan diri sendiri. Ingat pesan Rasulullah ﷺ:

 

مَن دَعَا لأَخِيهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ قَالَ المَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ

 

“Siapa yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang itu, malaikat berkata: Dan untukmu juga seperti itu.” (HR. Muslim no. 2732)

 

Syekh Abdul Qadir al-Jailani pernah berkata dalam kitab Futuh al-Ghaib, ketika seseorang wukuf dengan penuh kesadaran dan doa yang tulus, maka Allah akan membuka pintu langit untuknya, dan menjadikan doanya sebagai sebab diturunkannya rahmat bagi kampung halamannya.

 

Dikisahkan pula dalam kitab Manāqib Imām an-Nawawī, suatu ketika ulama Syam berkumpul di Arafah, dan mereka memanjatkan doa bersama untuk perdamaian di negerinya. Tak lama setelah itu, terjadi gencatan senjata dan musim panen melimpah. Begitulah kekuatan doa wukuf.

 

Jamaah yang Dirahmati Allah

Hari ini bukanlah hari biasa. Ini adalah hari ketika Allah membanggakan kita di hadapan malaikat-Nya. Maka jangan sia-siakan. Berdoalah sebanyak-banyaknya, bertobatlah sungguh-sungguh, dan kuatkan niat untuk pulang ke Indonesia sebagai pribadi yang lebih saleh dan membangun ukhuwah kebangsaan.

 

Mari kita tutup khutbah ini dengan doa:

 

اللَّهُمَّ ٱجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَبْرُورًا، وَسَعْيَنَا سَعْيًا مَشْكُورًا، وَذَنْبَنَا ذَنْبًا مَغْفُورًا، وَبَلِّغْنَا مَا نُؤَمِّلُ، وَٱحْفَظْ لَنَا بَلَدَنَا إِنْدُونِيسِيَا مِنَ ٱلْفِتَنِ وَٱلْمِحَنِ، وَٱجْمَعْ كَلِمَتَنَا عَلَى ٱلْحَقِّ، وَوَفِّقْ وُلَاةَ أُمُورِنَا لِمَا فِيهِ خَيْرُ ٱلْبِلَادِ وَٱلْعِبَادِ.

 

Ya Allah, jadikanlah haji kami sebagai haji yang mabrur, dan sai kami sebagai sai yang diterima, serta dosa-dosa kami sebagai dosa yang diampuni. Sampaikanlah kepada kami segala yang kami harapkan, Lindungilah negeri kami, Indonesia, dari segala fitnah dan bencana, Satukanlah kalimat kami dalam kebenaran, Dan berikanlah petunjuk kepada para pemimpin kami agar mereka membawa kebaikan bagi negeri dan rakyat.

 

آمِينَ يَا رَبَّ ٱلْعَالَمِينَ.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ،

وَصَلَّى ٱللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ فِي ٱلْبِدَايَةِ وَٱلْخِتَامِ.

 

Penulis: H Moh Zainal Abidin

Khodimul Mahad Al-Muayyad SOLO

Wakil Rais Syuriyah PCNU Surakarta