• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Keislaman

Kaya dan Miskin, Semua Bisa Bersedekah

Kaya dan Miskin, Semua Bisa Bersedekah
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Jangankan kita yang hidup seribu tahun lebih setelah wafatnya Rasulullah SAW, para sahabat pun pernah berpikir bahwa sedekah itu harus dengan harta atau uang. Jika demikian, maka hanya orang-orang kayalah yang paling beruntung karena bisa banyak bersedekah.


Dari Abu Dzar ra berkata, ada sekelompok sahabat Rasulullah SAW berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya di antara kami telah pergi dengan pahala mereka. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan hartanya mereka.”


Maksudnya, bagaimana dengan orang yang hanya shalat dan berpuasa saja tetapi tidak mampu bersedekah? Tentu orang-orang kaya lebih beruntung dan lebih mulia, karena mereka mendapat nilai lebih dalam hal bersedekah.  


Mendapat pertanyaan sahabat tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan, sedekah itu tidak harus dengan harta saja. Seorang muslim bisa bersedekah dengan amal saleh dan kebaikan apa saja. Dengan begitu, makna sedekah tidak sempit. Selain ganjaran pahala atas amal saleh dan ibadah kepada Allah SWT, juga terhitung sebagai sedekah.  


Karena itu, jika ada orang yang tidak mampu bersedekah dengan harta karena keterbatasan ekonomi, perbanyaklah amal saleh karena dihitung sebagai sedekah tanpa mengeluarkan uang atau harta. Dalam hadits Arbain disebutkan, “Bahkan pada kemaluan seorang di antara kalian ada sedekahnya.”


عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ


Dari Abu Dzar ra: Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah SAW berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya).” (Rasulullah) bersabda: “Bukankah Allah telah membuatkan banyak jalan untuk kalian bersedekah? Sesungguhnya pada setiap tasbih (satu kali itu) terhitung sedekah, takbir adalah sedekah, tahmid adalah sedekah, tahlil adalah sedekah, mengajak orang kepada kebaikan itu sedekah, dan melarang orang dari kemungkaran juga sedekah. Bahkan pada kemaluan seorang di antara kalian ada sedekahnya.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya kemudian dia mendapatkan pahala dari situ?” Beliau menjawab: “Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.” (HR Muslim)


Demikian luasnya keutamaan dari Allah SWT atas amal saleh dan kebaikan yang dilakukan para hamba-hamba-Nya. Semua ibadah dan amal kebaikan menjadi pintu-pintu sedekah bagi mereka. Bahkan, berzikir satu kali pun, sudah terhitung sebagai sedekah. Misalnya, mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan seterusnya.


Nah, yang menjadi pertanyaan, sejauh mana dan seberapa banyak kita melantunkan dan membasahi bibir dengan zikir kepada Allah SWT? Jika itu jarang dilakukan, maka perbanyaklah mulai sekarang. Ada zikir setelah shalat, zikir pagi dan petang, zikir sebelum tidur, dan bahkan setiap apa yang akan dikerjakan, ada doa-doa yang disunnahkan yang juga di dalamnya mengandung zikir kepada Allah.


Hadits ini juga menunjukkan semangat yang tinggi di kalangan para sahabat untuk beramal saleh. Namun, mereka sedih ketika semua amalan dan ibadah bisa dilakukan orang yang kaya, sementara ada satu amalan yang sulit diwujudkan bagi mereka yang terbatas secara ekonomi. Padahal, sebenarnya, amalan sedekah itu termaafkan jika seseorang tidak mampu.


Dengan pertanyaan sahabat dalam hadits tersebut, juga membuka khazanah keilmuan ummat setelah wafatnya Nabi SAW tentang makna sedekah. Namun, bagi mereka yang mampu, tentu ada kewajiban yang harus ditunaikan, misalnya mengeluarkan zakat dan larangan menumpuk harta untuk dimakan dan dipakai sendiri.


Dikutip dari laman indonesiainside.id, dalam sebuah hadits riwayat Bukhari disebutkan, sahabat yang curhat kepada Nabi tersebut adalah kaum fakir miskin dari kalangan Muhajirin. Mereka hijrah ke Madinah meninggalkan harta kekayaan ketika di Mekah, dan ketika tiba di Madinah diuji dengan kemiskinan.


Namun perlu dicatat bahwa bahwa bukan kemiskinan yang mereka keluhkan, melainkan sebuah amalan mulia bernama “sedekah”. Karena besaranya pahala sedekah, mereka juga tidak ingin ketinggalan dari pahala amalan tersebut. Kemudian Nabi SAW bersabda:


أَفلا أُعَلِّمُكُمْ شيئًا تُدْرِكُونَ به مَن سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ به مَن بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنكُم إلَّا مَن صَنَعَ مِثْلَ ما صَنَعْتُمْ


“Tidakkah kalian mau aku beritahu sebuah amalan yang dengan kalian bisa mengejar orang-orang sebelum kalian? Dengan amalan ini kalian bisa mengalahkan orang-orang setelah kalian dan tidak ada orang yang lebih afdal daripada kalian kecuali jika orang tersebut beramal seperti amalan kalian.”


Para sahabat berkata, “Tentu saja Wahai Rasulullah. Siapa yang tidak mau diajarkan suatu amalan yang dengan amalan ini mereka bisa mengejar ketertinggalan dari orang-orang terdahulu. Dengan amalan ini pula orang-orang bisa mengalahkan orang-orang yang akan datang. Dan mereka bisa menjadi yang terbaik dari umat ini.”


Maka Nabi Muhammad SAW bersabda:


تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً


“Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat 33 kali.”


Yaitu, membaca Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali setiap selesai shalat. Maka para sahabat bergembira dengan amalan yang baru mereka tahu ini, tapi kemudian kata Abu Shalih (yang meriwayatan hadits ini dari Abu Hurairah), beliau mengatakan bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kemudian kembali kepada Rasulullah SAW dan mengatakan:


سَمِعَ إخْوَانُنَا أَهْلُ الأمْوَالِ بما فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ


“Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya telah mendengar amalan yang engkau beritahukan kepada kami, maka mereka pun melakukan hal yang sama.”


Maka Nabi SAW bersabda:


ذلكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ


“Wahai para sahabatku, itu adalah anugerah dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang dia kehendaki.”


Dari penjelasan di atas, tak hanya menjelaskan mengenai amalan sedekah melalui amal saleh dan ibadah kepada Allah SWT. Namun, juga ada pesan sabar bagi mereka yang mengalami keterbatasan materi, tawakkal, serta ridha dengan pemberian dan ketentuan Allah SWT. Yang tak kalah pentingnya lagi, adalah berlomba-lomba dan memperbanyak ibadah, amal saleh, dan kebaikan. Wallahu a’lam bi shawab


Keislaman Terbaru