Hari Guru Nasional: Keutamaan Guru dalam Perspektif Islam

Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa mulia para guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mendedikasikan diri untuk mendidik dan membentuk generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Mereka adalah lokomotif penggerak menuju Indonesia yang maju.

 

Guru memegang peran sentral dalam dunia pendidikan. Tidak hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan, guru juga menjadi pembimbing moral dan inspirator yang membuka cakrawala berpikir serta menempa karakter generasi muda. Peringatan Hari Guru Nasional bukan sekadar seremoni, tetapi juga menjadi momen refleksi untuk mengenang jasa para guru sekaligus memperkuat komitmen dalam memajukan pendidikan nasional. 

 

Guru yang berkualitas dan berdedikasi adalah pilar utama dalam mewujudkan cita-cita bangsa menuju negara maju dan sejahtera.

 

Guru dalam Perspektif Islam

 

Dalam Islam, profesi guru memiliki kedudukan yang sangat mulia. Dalam artikel yang ditulis oleh Ustadz Zainudin Lubbis yang berjudul Keutamaan Menjadi Guru dalam Islam (https://nu.or.id/syariah/keutamaan-menjadi-guru-dalam-islam-B68Dp) menyebutkan bahwa setelah derajat kenabian, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada menyebarkan ilmu. Ilmu adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta menjadi sarana menegakkan kebenaran, keadilan, dan membimbing umat menuju keridhaan Allah swt.

 

Ibnu Mubarak, sebagaimana tercatat dalam Tahzib al-Kamal (Jilid XVI, hlm. 20) dijelaskan, "Aku tidak mengetahui setelah kenabian ada derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu." Ia juga dikenal membantu para ulama dan penuntut ilmu hadits, meski kerap mendapat teguran. Ibnu Mubarak percaya bahwa keberlanjutan ilmu memerlukan dukungan, dan jika para ulama dibantu, ilmu mereka akan bermanfaat bagi masyarakat luas.

 

Ustadz Zain juga menukil dari sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majjah bahwa, Rasulullah saw memberikan perhatian besar terhadap Pendidikan dan beliau senantiasa duduk bersama orang-orang yang sedang belajar karena beliau diutus sebagai pengajar. Haditsnya berbunyi: 

 

“Sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar, maka aku duduk bersama mereka (orang-orang yang belajar).” (HR Ibnu Majah) 

 

Sebagai umat Islam, kita harus menyadari pentingnya pendidikan dan pengajaran. Pentingnya ilmu pengetahuan dijelaskan Allah dalam Q.S al-Mujadalah [58] ayat 11;

 

 يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ 

 

Artinya; "Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

 

Abu Muzaffar as-Sam’ani dalam Tafsir as-Sam'ani (jilid V, hlm. 389) menjelaskan bahwa Rasulullah saw memberikan penghormatan khusus kepada orang-orang berilmu dengan mendudukkan mereka di tempat terdekat agar mudah menyerap ilmu dan mengambil pelajaran darinya.

 

Dalam pungkasan artikel yang ditulis Ustadz Zein dijelaskan bahwa Islam Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Dengan belajar dan mengajarkan ilmu, seseorang telah melakukan amalan yang mulia dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Rasulullah saw bersabda:

 

“Sebaik-baik sedekah adalah seorang Muslim yang belajar ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama Muslim.”

 

Guru memiliki peran penting dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter. Dalam Islam, guru adalah profesi yang sangat mulia dan mendapatkan tempat istimewa di hadapan Rasulullah saw.