Pendidikan Islam

Metode Amtsilati Kian Populer, Puluhan Santri Yayasan Chumairoh Pekalongan Diwisuda

Selasa, 3 Juni 2025 | 12:00 WIB

Metode Amtsilati Kian Populer, Puluhan Santri Yayasan Chumairoh Pekalongan Diwisuda

Wisuda Fashohati ke-4, Amtsilati ke-1, dan Forum Bimbingan Amtsilati (FBA) Center ke-4 yang diselenggarakan oleh Yayasan Chumairoh Medono pada Ahad (1/6/2025) di halaman TPQ Chumairoh Kota Pekalongan. 

Pekalongan, NU Online Jateng

Metode cepat baca kitab kuning Amtsilati terus menunjukkan geliatnya di berbagai daerah, termasuk di Kota Pekalongan. Sebagai salah satu metode pembelajaran modern yang tetap berakar kuat pada tradisi pesantren, Amtsilati semakin diminati oleh masyarakat, khususnya generasi muda yang ingin memahami khazanah keilmuan Islam klasik secara cepat, sistematis, dan menyenangkan.


Hal ini tampak dalam kegiatan Wisuda Fashohati ke-4, Amtsilati ke-1, dan Forum Bimbingan Amtsilati (FBA) Center ke-4 yang diselenggarakan oleh Yayasan Chumairoh Medono pada Ahad (1/6/2025) di halaman TPQ Chumairoh Kota Pekalongan. 


Sebanyak 23 santri dari berbagai program pembelajaran Amtsilati dinyatakan lulus dan mampu membaca kitab kuning, sebuah kemampuan yang selama ini dianggap sulit dan memerlukan waktu panjang untuk menguasainya. Dengan metode Amtsilati yang dikembangkan oleh KH Taufiqul Hakim, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara, santri kini dapat memahami struktur nahwu, sharaf, hingga menganalisis teks kitab gundul dengan lebih mudah dan cepat.


Para santri yang diwisuda berasal dari beberapa unit di bawah Yayasan Chumairoh, antara lain sembilan santri dari program Amtsilati TPQ dan Ponpes Amtsilati Chumairoh, serta 14 santri dari program FBA Center, termasuk tiga santri dari FBA Center Setono.


Koordinator Amtsilati Jawa Tengah 3, Ustadz Imam Muhajir, menyatakan bahwa metode ini menjadi solusi atas kebutuhan umat terhadap pembelajaran kitab kuning yang cepat dan terstruktur.


“Alhamdulillah, hari ini kita menyaksikan bahwa metode Amtsilati bukan hanya populer, tapi juga terbukti melahirkan santri yang benar-benar mahir membaca kitab kuning. Ke depan, kami targetkan setiap desa dan kelurahan di wilayah Jawa Tengah 3 memiliki FBA Center sebagai pusat pembinaan Amtsilati,” jelasnya.


Wilayah Jawa Tengah 3 mencakup Batang, Kota dan Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap. Menurut Ustadz Imam, langkah ini merupakan bagian dari visi besar KH Taufiqul Hakim untuk mencetak satu miliar santri Amtsilati di seluruh Indonesia.


Sementara itu, Ketua Yayasan Chumairoh Medono, Ustadz Ahmad Syukron, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya kepada para santri.


“Wisuda ini bukan akhir dari perjalanan. Justru ini adalah langkah awal untuk terus menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Kita semua harus menyadari bahwa belajar itu tidak ada batasnya,” tegasnya.


Apresiasi juga disampaikan Ketua Badko LPQ Kota Pekalongan, Kiai Faqihuddin Ufar, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.


“Meski baru berdiri empat tahun, Yayasan Chumairoh sudah mampu menyelenggarakan wisuda di semua jenjang, dari Fashohati, Amtsilati, hingga FBA Center. Ini bukti nyata bahwa kualitas pembinaan di sini sangat baik dan patut menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain,” ujarnya.


Rangkaian acara dimulai dari penampilan santri, seperti demonstrasi membaca kitab kuning oleh wisudawan Amtsilati, tahfidz Al-Qur’an terbuka, dan pembacaan kitab kuning. Momen haru terjadi saat para wisudawan melakukan sungkeman kepada orang tua sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih atas perjuangan bersama dalam menuntut ilmu.


Dengan semangat “Belajar Qur’an Seumur Hidup”, Yayasan Chumairoh terus memperluas jangkauan dakwah dan pendidikannya. Melalui sinergi antara program TPQ, program tahfidz, dan metode Amtsilati, yayasan ini berkomitmen mencetak generasi Qur’ani yang tidak hanya fasih membaca Al-Qur’an, tetapi juga menguasai kitab kuning sebagai bekal intelektual dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat.