KH Abdul Fatah, Ulama Besar Banjarnegara Pendiri Pesantren Al-Fatah
Senin, 6 Januari 2025 | 15:00 WIB
KH Abdul Fatah, terlahir dengan nama Abdullah Faqih, adalah seorang ulama besar yang membawa pengaruh signifikan dalam syiar Islam di Banjarnegara. Lahir sekitar tahun 1860 di Dusun Sawangan, Desa Selagara, Kecamatan Madukara, beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
Sebagai pendiri Pondok Pesantren Al-Fatah Parakancanggah, KH Abdul Fatah memainkan peran penting dalam membangun fondasi pendidikan Islam di Banjarnegara. Berasal dari keluarga petani sederhana, beliau dikenal sejak kecil dengan akhlaknya yang luhur, kecerdasannya, dan keteguhannya dalam menjalankan agama.
KH Abdul Fatah memulai pendidikannya di langgar yang didirikan ayahnya, Kiai Naqim, di Dukuh Sawangan. Semangatnya menuntut ilmu membawanya belajar di berbagai pesantren:
- Pesantren Gunungtawang, Wonosobo: Beliau memperdalam ilmu nahwu, sharaf, tauhid, dan tasawuf.
- Pesantren Kaweden, Banyumas: Dikenal sebagai santri yang rajin melakukan riyadah, beliau melatih kesabaran melalui tirakat, seperti makan buah mengkudu selama dua tahun.
- Pesantren di Jawa Timur: KH Abdul Fatah menimba ilmu di berbagai pesantren, termasuk Mangunsari, Cepoko, Mojosari, dan Josremo, Surabaya, selama 17 tahun. Di sini, beliau belajar kitab klasik dan mendalami tasawuf.
Mendirikan Pondok Pesantren Al-Fatah
Pada 1897, KH Abdul Fatah kembali ke Banjarnegara dan mendirikan masjid di Jambansari, Parakancanggah Kidul. Pada 1901, masjid tersebut berkembang menjadi Pondok Pesantren Al-Fatah, yang menjadi pusat pendidikan Islam di Banjarnegara. Pesantren ini menjadi benteng aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan santri dari berbagai daerah.
Pada 1918, setelah menunaikan haji untuk ketiga kalinya, KH Abdul Fatah mendapatkan amanah menjadi mursyid Tarekat Naqsabandiyyah Kholidiyyah. Di bawah bimbingannya, Parakancanggah menjadi pusat suluk dan pendidikan tasawuf bagi kaum dewasa.
KH Abdul Fatah menikah dengan Sinun dan dikaruniai enam anak, termasuk KH Hasan Fatah dan KH Ridlo Fatah, yang melanjutkan perjuangannya. Ratusan keturunannya kini tersebar di berbagai bidang profesi, termasuk ulama, politisi, dan pejabat pemerintahan.
KH Abdul Fatah wafat pada 6 Mei 1942, dalam usia 82 tahun. Beliau dimakamkan di Parakancanggah dengan penghormatan besar dari masyarakat. Hingga kini, Pondok Pesantren Al-Fatah terus menjadi mercusuar pendidikan Islam di Banjarnegara, meneruskan warisan spiritual dan pendidikan yang beliau tinggalkan.
Sumber: Youtube NU PATI, Laduni.id
Penulis: Muhamad Faizur Rouf
Terpopuler
1
Tari dan Tayu, Sosok Kartini Kembar Fatayat NU dari Kendal
2
Darul Amanah FA Jaring Bintang Lapangan Lewat Seleksi Terbuka SSB dan Beasiswa 2025/2026
3
6 Fakta Sejarah RA Kartini yang Jarang Diketahui Publik
4
Peringati HKBN 2025, LPBINU Kudus Gelar Pelatihan Driver Perahu Karet untuk Perkuat Kesiapsiagaan Bencana
5
Kemandirian Kader Jadi Sorotan Ketua PW Ansor Jateng dalam Halal Bihalal PAC Ansor Gringsing
6
Tumbuhkan Jiwa Mandiri dan Disiplin, Santri Pesantren Salafiyah Kangkung Kendal Semarakkan Ekstrakurikuler Pramuka
Terkini
Lihat Semua