Tidak Berkategori

70 Menit untuk Selamanya

Senin, 2 Desember 2024 | 11:00 WIB

70 Menit untuk Selamanya

Dok. Muhafadzoh Afiyyah Ibnu Malik Bersama para Masyayikh dan ustadz

Magelang, NU Online Jateng

Dalam dunia pesantren, perjuangan untuk menjadi hafidz bukanlah hal mudah. Alayna Mazaya, salah satu santri Pondok Pesantren Tegalrejo, membuktikan bahwa mimpi yang diiringi kesungguhan, keikhlasan, dan doa mampu menghantarkan seseorang meraih pencapaian luar biasa.

 


Berawal dari niatnya saat pertama kali memasuki pesantren, Alayna bercita-cita menghafal 1002 bait Nadzom Alfiyyah Ibnu Malik dalam satu kali dudukan. Sebuah tekad yang terinspirasi dari kesuksesan kakak kelasnya, yang mendorongnya menyusun strategi khusus sejak duduk di kelas XI.


Alayna melampaui target harian yang ditetapkan ustadznya. Ia memaksa dirinya menyetor 10-15 bait setiap hari meskipun regulasi pondok hanya mewajibkan 3 bait per hari. Dengan komitmen tersebut, ia mampu menyelesaikan hafalan dalam waktu yang relatif singkat, meski berbagai rintangan menghadangnya.

 


“Dalam kondisi sakit pun, saya tetap menghafal. Bahkan, saat fisik saya drop akibat infeksi, saya berhasil menghafal 100 bait dalam seminggu,” ungkap Alayna.

 


Perjuangan panjang tersebut berujung manis. Pada 12 Januari 2022, Alayna berhasil menyelesaikan seluruh bait Alfiyyah Ibnu Malik dan mempersembahkan hafalan terakhirnya kepada ustadz. Namun, ia tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan perjuangannya dengan muroja’ah intensif untuk memastikan hafalannya semakin kokoh.

 


Puncaknya, pada tahun 2023, bersama 15 teman lainnya, Alayna menyetorkan hafalan 1002 bait Alfiyyah Ibnu Malik dari muqaddimah hingga bab terakhir kepada ustadz mereka. Proses setoran itu berlangsung dalam waktu 70 menit, sebuah pencapaian yang menobatkan mereka sebagai santri lulusan terbaik.

 


Dari cerita tersebut dapat kita petik beberapa pelajaran. Yang pertama yaitu, bermimpilah setinggi-tinginya diiringi dengan niat yang sungguh-sungguh, karena dengan bermimpi kalian akan termotivasi untuk tergerak dan memiliki cara untuk merealisasikan mimpi tersebut. Kedua, apapun ujian dan rintangan yang datang jangan pernah sekali-kali menyerah, tetaplah berusaha dan berdoa kepada Allah.  

 

Ketiga, jangan lupa untuk meminta doa dan ridho orang tua dan para masyayikh, karena dengan ridho merekalah yang akan menemani selama proses berjuang kalian. Kalian boleh meragukan diri kalian sendiri, tapi tidak dengan ridho para masyayikh kalian. 

 

Sebagaimana bait Alfiyyah yang menjadi pegangan Alayna:


لَا أَقْعُدُ الْجُبْنُ عَنِ الْهَيْجَاءِ# وَلَوْ تَوَالَتْ زُمَرَ اْلأَعْدَاءِ


Bait tersebut memiliki makna filosofis yaitu: Aku tidakakan duduk bertopang dagu karena pertempuran, meski menghadapi gelombang musuh yang datang silih berganti. Yang artinya seseorang tidak akan berputus asa dalam meraih cita-cita, walaupun cobaan datang silih berganti menghadangnya.

 


Semoga cerita ini menjadi inspirasi bagi para santri dan pemuda untuk terus berjuang menuntut ilmu demi kemajuan agama dan bangsa.

Oleh: Alayna Mazayahagie