Memupuk Cinta Terhadap Al-Qur'an
Selasa, 1 Desember 2020 | 17:00 WIB
Ahmad Rifqi Hidayat
Penulis
Al-Qur'an adalah kalam Allah Ta'ala yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melalui perantara Malaikat Jibril Alaihis Salam, dan diajarkan serta dilestarikan secara turun temurun oleh orang-orang yang ahli Al-Qur'an hingga saat ini masih dapat kita nikmati dan pelajari. Membaca Al-Qur'an tak hanya menentramkan hati, namun juga dinilai sebagai ibadah.
Al-Qur'an sebagai mukjizat yang paling agung dari Allah Ta'alauntuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam , seorang yang terpilih sebagai nabi terakhir, tidak nabi setelah kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam . Ada banyak mukjizat Allah untuk Nabi Muhammad, kesemuanya adalah mukjizat yang agung. Namun demikian, mukjizat yang paling agung hanya Al-Qur'an. Hanya Al-Qur'an masih tetap abadi sampai kiamat.
Karena Al-Qur'an ini sesuatu yang paling utama maka segala sesuatu yang ada hubungannya dengan Al-Quran menjadi yang utama. Ibadah yang paling utama adalah membaca Al-Qur'an setelah kita melaksanakan kewajiban-kewajiban yang lain. Dengan membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isinya, hidup kita akan bahagia.
Tak kenal, maka tak sayang, karena tak sayang, maka tak cinta. Demikian kata pepatah, untuk itu cinta terhadap Al-Qur'an akan tumbuh dan tertanam kuat dalam hati ketika kita mengenal betapa mulianya Al-Qur'an. Demikian agungnya Al-Qur'an sehingga para ulama mengajarkan kepada para muridnya dengan penuh kehati-hatian dan keikhlasan agar tertanam rasa cinta terhadap al-Qur'an. Mengajarkan Al-Qur'an adalah mengajarkan adab, etika atau perilaku yang khusus. Karena kita harus meïncintai Al-Qur'an.
Perilaku khusus lain, dapat kita perhatikan dari kejelasan sanad, dan guru yang mengajarkan. Bahkan, segala sesuatu yang berhubungan dengan keduanya juga menjadi sesuatu yang utama. Para guru yang mengajarkan Al-Qur'an senantiasa berusaha menjaga kebersihan hati dan pikiran sebagai sebuah teladan agar kita memiliki filter atau saringan terhadap hal-hal yang semestinya diletakkan di dalam hati. Ketika hati kita bersih, ras cinta terhadap Al-Qur'an akan mudah tertanam dalam hati.
Maka, marilah kita tamengi, kita beri filter hati kita supaya menjadi orang baik, dan mudah mencintai Al-Qur'an. Mari kita belajar Al-Qur'an selagi Al-Qur'an ini masih ada dan diajarkan para ahli Al-Qur'an. Karena di akhir zaman, Al-Qur'an akan dirafa' oleh Allah Ta'ala.
Disarikan dari KH M Ulil Albab Arwani dalam Pelatihan Metode Yanbu'a di Pesantren Durrotu Aswaja.
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Terpopuler
1
Ahad Kliwonan dan Pelantikan Pengurus NU Se-Tawangsari Digelar di Panggung Alam Taruwongso
2
Pesantren Tarbiyatul Qur’an Al Waro’ Juwiring, Warisi Perjuangan Kiai Muslimin Santri Pendherek KH Al Mansur Popongan
3
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
4
Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama
5
Gerakan Pemuda Ansor: Pilar Pembangunan dan Pemersatu Dinamika Desa
6
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua