Taushiyah

Gus Ahmad Kafa Tegaskan Santri Adalah Takdir Terbaik Seorang Hamba

Jumat, 8 Agustus 2025 | 10:00 WIB

Gus Ahmad Kafa Tegaskan Santri Adalah Takdir Terbaik Seorang Hamba

Gus Ahmad Kafa dan Ning Sheila Hasina saat menjadi narasumber dialog interaktif di pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Grobogan.

Grobogan, NU Online Jateng 

Menjadi santri bukanlah pilihan biasa, melainkan takdir istimewa yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk hidup lebih dekat kepada-Nya. Hal itu ditegaskan dai muda Nahdliyin, Gus Ahmad Kafa, saat mengisi dialog interaktif bertajuk "Bangga Menjadi Santri" yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Sirojuth Tholibin, Brabo, Grobogan, Kamis (7/8/2025). 

 

Dalam pemaparannya, Gus Kafa menyampaikan pandangan mendalam tentang peran strategis santri dalam menjaga keutuhan bangsa dan nilai-nilai Islam yang ramah. Menurutnya, santri memiliki kekuatan kultural dan spiritual yang unik, berbeda dari kelompok lain yang mudah menghakimi dan mengkafirkan.

 

“Santri itu tidak gampang mengharam-haramkan budaya. Santri terbiasa hidup dalam keragaman dan menghargai tradisi lokal. Budaya santri itu budaya ramah, bukan budaya marah. Budaya yang suka dzikir, bukan suka mencaci. Kalau bertemu, santri terbiasa mengucap salam, bukan malah telepon tengah malam,” ungkapnya disambut tawa hangat para hadirin.

 

Ia menambahkan bahwa santri terbentuk dalam tradisi keilmuan yang kuat dan sikap hormat terhadap guru. Santri tidak mudah terjerumus dalam budaya permisif yang kini banyak menjangkiti generasi muda. 

 

“Budaya santri itu budaya menghormati guru, bukan budaya mudah bilang 'I Love You' kepada sembarang orang,” katanya menegaskan.

 

Menyoroti tema Bangga Menjadi Santri, Gus Kafa mengutip nasihat KH Anwar Mansyur, salah satu pengasuh pesantren Lirboyo, yang mengatakan bahwa menjadi awakmu nek dadi santri kuwi kudu bangga, harus berbangga diri berbangga hati.

 

“Santri itu takdir terbaik, karena hidupnya penuh hubungan dengan Allah. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, semua aktivitasnya terhubung dengan dzikir dan ibadah,” ujarnya.

 

Ia kemudian mengutip ayat Al-Qur'an dari Surat Thaha ayat 124:

 

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

 

Artinya: "Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”

 

Menurutnya, ayat ini menjadi peringatan tegas bahwa kehidupan yang jauh dari Allah hanya akan melahirkan kegelisahan. 

 

“Makanya jangan heran kalau ada orang yang hidupnya gelisah, gampang galau, atau resah tak tentu arah. Bisa jadi karena hatinya jauh dari Allah,” ujar Ketua PW MDS Rijalul Ansor Jatim ini.

 

Menjawab Keresahan Santri Insecure

Gus Kafa mengangkat sebuah pengalaman dari salah satu santri di Lampung yang merasa minder karena belum sukses secara duniawi seperti teman-temannya yang tidak mondok.

 

“Ia bilang, ‘Saya malu Gus, teman-teman saya sudah jadi pengusaha, saya masih jadi beban orang tua.’ Saya jawab, itulah pandangan duniawi. Tapi hidup bukan cuma tentang dunia. Kita sedang menyiapkan bekal untuk akhirat. Yang lebih penting, kamu sedang ada dalam proses takdir terbaik sebagai santri,” katanya penuh empati.

 

Kemudian saya mengatakan kepadanya itu karena pandangannya soal duniawi, yang ditakutkan adalah mereka tidak menyiapkan bekal untuk di akhirat.

 

Bahkan orang tua saya, Buya Kafabihi pernah menyampaikan seorang manusia itu dibagi menjadi dua karakter menjadi dua golongan

 

فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

 

Artinya: "...Di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun." QS Al Baqarah 200

 

Yang kedua adalah 

 

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Artinya: Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.” QS Al Baqarah 201

 

“Santri harus menjadi golongan yang kedua—yang tidak hanya berpikir soal dunia, tapi juga menyiapkan bekal akhirat. Itulah esensi hidup sebagai santri,” tegasnya.

 

Gus Kafa menegaskan bahwa pesantren adalah tempat terbaik untuk menanamkan nilai-nilai ketakwaan. 

 

“Ilmu yang dipelajari di pesantren bukan sekadar ilmu, tapi wasilah menuju takwa. Karena itulah, jangan ragu, jangan malu. Banggalah menjadi santri. Ini jalan yang diridhai Allah,” pungkasnya.

 

Acara dialog interaktif ini memberi kesegaran spiritual dan motivasi mendalam bagi para santri yang hadir. Mereka diajak untuk tidak hanya bangga menjadi santri, tapi juga sadar bahwa posisi mereka adalah anugerah besar yang harus dijaga dengan istiqamah.