Taushiyah

Pengajian Tafsir di Al Hikmah 1 Benda: Bahaya Sikap Seperti Kaum Munafik

Rabu, 6 Agustus 2025 | 16:00 WIB

Pengajian Tafsir di Al Hikmah 1 Benda: Bahaya Sikap Seperti Kaum Munafik

Pengajian rutin tafsir yang disampaikan langsung oleh Kiai Labib Shodiq Suchaimi, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 1 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, pada Selasa pagi (5/8/2025).

Brebes, NU Online Jateng

Ratusan jamaah Nahdliyin dari berbagai kecamatan di wilayah Brebes Selatan memadati kompleks ndalem KH Labib Shodiq Suchaimi, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 1 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, pada Selasa pagi (5/8/2025). Mereka hadir mengikuti pengajian rutin tafsir yang disampaikan langsung oleh Kiai Labib.


Jamaah yang hadir berasal dari berbagai desa di Kecamatan Sirampog, Bumiayu, Tonjong, Paguyangan, hingga beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal. Baik ibu-ibu maupun bapak-bapak terlihat khidmat mengikuti kajian yang telah berlangsung secara istiqamah sejak masa Almaghfurlah KH Suchaimi, kakek dari Abah Labib.


Sebagai bentuk melestarikan majelis ilmu yang diwariskan, Kiai Labib melanjutkan pengajian tafsir ini dengan dukungan jamaah yang kian hari kian bertambah. Para jamaah bahkan rela duduk di teras-teras pondok demi bisa menyimak langsung mauidzah hasanah dari sang kiai.


Dalam kajian kali ini, Abah Labib membahas tafsir Surat Al-Maidah ayat 61–65 yang menjelaskan tentang karakter kaum Yahudi dan munafik. Beliau membacakan ayat 61:


“Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) itu datang kepadamu, mereka mengatakan, 'Kami telah beriman,' padahal mereka telah masuk dengan kekafiran dan mereka keluar dengannya (pula). Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.”


Kiai Labib menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan sikap kaum yang tidak mendapatkan manfaat dari dakwah Nabi Muhammad SAW.


“Orang Jawa bilang, bungenkiwa, mlebu kuping tengen metu kuping kiwa. Masuk dari telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Ada istilah lain barlen, bubar klalen. Habis pengajian lupa dengan ilmu yang didengarkan alias tidak diamalkan,” ungkapnya.


Ia menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu, bukan sekadar hadir dalam pengajian.


“Sebagai seorang muslim yang baik, maka setelah mendengarkan pengajian bisa mengamalkan apa yang didapatkan. Ilmu harus berbekas dalam hati agar kita dijauhkan dari sikap seperti orang Yahudi dan munafik,” tegasnya.


“Kalau hari ini ada orang yang sering ngaji dengan kiai, tapi tidak mengambil manfaatnya, maka wataknya seperti orang Yahudi. Mereka mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an atau sabda Nabi, tapi tidak mendapatkan manfaat darinya,” sambungnya.


Di akhir kajian, Kiai Labib mendoakan agar jamaah senantiasa diberi kekuatan untuk mengamalkan ilmu, dan dijauhkan dari sifat kaum munafik.


“Semoga Allah menjaga kita semua, sehingga kita bisa mendengarkan dan mengamalkan apa yang didengar dari kiai atau ulama sebagai pewaris Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya.