Kalau Tidak Ketahuan, Halal Baginya
Makanan haram yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menghalangi masuknya ilmu, atau dengan kata lain sulit bagi seseorang untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat manakala makanan yang dimakan itu barang.
Hal inilah yang mungkin mendasari maklumat Kiaiku kepada para santrinya, “Barangsiapa yang mengambil sesuatu dariku (untuk dimakan) dan ketahuan maka akan aku takzir, tapi kalau tidak ketahuan maka halal baginya".
Begitu ikhlasnya Kiaiku kepada para santrinya, sudah meluangkan waktu dan mencurahkan ilmunya, masih juga menghalalkan barang-barangnya yang diambil dan dimakan para santrinya agar mereka terhindar dari makanan yang haram sehingga ilmu yang didapatkan tetap dalam keberkahan dan bermanfaat kelak.
Masyaallah, betapa perhatiannya Kiaiku terhadap santrinya agar di kala menuntut ilmu benar-benar terhindar dari makanan yang haram, karena yang demikian akan menghalangi masuknya ilmu yang manfaat dan sulit terkabulnya doa.
Hadits nabi :
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Artinya: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya?. (HR Muslim)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Pengasuh Majelis Ta'lim Mar'ah Najihah Muslimat NU Kabupaten Grobogan, Jateng
