Taushiyah

Ning Sheila: Bangga Jadi Santri Harus Dibuktikan dengan Aksi Nyata

Sabtu, 9 Agustus 2025 | 10:00 WIB

Ning Sheila: Bangga Jadi Santri Harus Dibuktikan dengan Aksi Nyata

Ning Sheila Hasina saat menjadi narasumber dalam dialog interaktif di pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Grobogan. Kamis (7/8/2025).

Grobogan, NU Online Jateng 

Bangga menjadi santri bukan sekadar ungkapan, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata. Pesan ini disampaikan Ning Sheila Hasina dalam dialog interaktif bertajuk "Bangga Menjadi Santri" yang digelar Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Grobogan, Kamis (7/8/2025).

 

“Santri harus menunjukkan identitas kesantriannya. Apa yang dikenakan harus sesuai syariat. Jangan karena pulang ke rumah atau mau pergi ke suatu tempat, lalu membuka aurat dengan alasan sedikit saja tidak apa-apa. Pakaian itu takwa, dan identitas bisa menjadi rem,” ujarnya.

 

Menurut Ning Sheila, rasa bangga menjadi santri merupakan bentuk syukur atas nikmat Allah. Syukur tersebut harus diwujudkan dengan memanfaatkan nikmat untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

 

Mengutip firman Allah dalam QS Luqman ayat 12:

 

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

 

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji" 

 

Ning Sheila menjelaskan bahwa syukur yang sempurna adalah ketika seorang hamba, setelah menerima nikmat dari Allah, menjadikan nikmat tersebut sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

 

“Kalau kita ini santri, merasa bangga dan bersyukur menjadi santri, maka syukur itu jangan berhenti di ucapan saja. Wujudkan dalam tindakan nyata. Santri itu tidak butuh banyak kata-kata motivasi, tapi butuh aksi. Dan aksi utama seorang santri adalah ngaji,” tegasnya.

 

Dalam firman Allah: 

 

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

 

Artinya: "...sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit" QS Al Isra' 85.

 

Allah menggambarkan bahwa ilmu yang dimiliki-Nya sangatlah luas, sedangkan manusia hanya diberi sedikit pengetahuan. Para ulama menganalogikan orang yang menuntut ilmu seperti penyelam di tengah lautan. 

 

"Ia tidak akan pernah benar-benar mengetahui seberapa luas lautan itu, sebagaimana ia tidak akan mampu menguasai seluruh ilmu Allah secara utuh," katanya.

 

Gus Ahmad Kafa menambahkan pengalamannya saat berkunjung ke Lampung. Di sana, ia melihat para siswa Akademi Kepolisian (Akpol) tetap mengenakan seragamnya saat pulang ke rumah.

 

Saat ditanya alasannya, mereka menjawab bahwa seragam adalah simbol kebanggaan sekaligus pengingat untuk menjaga perilaku ketika di jalan.

 

“Begitu juga santri. Identitas kesantrian bukan hanya tampilan luar, tapi juga harus menjadi pengendali diri di jalan, di rumah, di pasar, di mana pun berada,” tuturnya.