Muhammad Mukromin
Kontributor
Purworejo, NU Online Jateng
Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo, KH Achmad Chalwani menjelaskan keutamaan ibadah di bulan Rajab dan Sya’ban dalam mauidhotul hasanah pada Pengajian Ahadan Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah An-Nawawi Berjan, pada Ahad (19/1/2025).
“Di bulan Rajab ada waktu yang sangat mustajab untuk berdoa, yaitu pada hari Jumat terakhir bulan Rajab, di mana kita dapat meminta segala hajat kita. Adapun ciri khas doa khusus yang dilafalkan pada Jumat terakhir bulan Rajab ini adalah lafadz doanya langsung dari Nabi Muhammad saw,” ujarnya.
Rais 'Aly Jatman tersebut juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, siapa yang membaca doa pada Jumat terakhir bulan Rajab, maka orang tersebut akan dicukupkan rezekinya sampai Jumat terakhir bulan Rajab pada tahun berikutnya. Doa ini dilaksanakan pada waktu bilal bersholawat, yaitu antara dua khutbah Jumat, dan dibaca sebanyak 35 kali. Adapun lafadz doa tersebut adalah:
اَ حَمَدُ رَسُوْلُ اللهِ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
Ia juga menambahkan, “Jika kalian tidak dapat membaca doa tersebut di Jumat terakhir bulan Rajab, maka kalian dapat melakukan amalan lain yang pahalanya sama seperti beribadah selama 900 tahun, yaitu berpuasa pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu terakhir bulan Rajab.”
Menurut KH Achmad Chalwani, ibadah di bulan Rajab dan Sya’ban memiliki nilai yang sangat besar. Beliau mengungkapkan,
“Ada hadis yang menjelaskan bahwa barang siapa pada bulan Rajab dan pertengahan bulan Sya’ban berpuasa sunnah, maka ketika melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, puasanya akan menjadi lebih ringan.”
Kiai Chalwani juga memberikan saran bagi perempuan yang tidak melaksanakan sholat Jumat, agar dapat berkumpul di rumah yang berdekatan dengan masjid yang sedang melaksanakan sholat Jumat.
Dalam tausiyahnya, beliau turut menjelaskan tentang tata cara pelafalan doa yang benar sesuai kaidah nahwu dan sharaf.
“Lafadz doa ipun, sing ngajeng waos e ahmadu, nek sing wingking muhammadur, keranten ahmadu niku ghoiru munshorif, mboten pareng ditanwin. Nek sing wingking ditanwin, keranten munshorif,” terangnya.
Ia menegaskan pentingnya mengaji di pondok pesantren untuk memahami ilmu agama dengan benar.
“Dengan mengaji di pondok pesantren, seseorang tidak hanya mendapatkan ilmu agama yang mendalam, tetapi juga bekal untuk berinteraksi di masyarakat kelak,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Novian Adijaya Terpilih Aklamasi sebagai Ketua PR GP Ansor Jatilaba Tegal
2
Lewat KOIN NU, PRNU Desa Cerih Jatinegara Tegal Bantu Syariah Santri Madin dan TPQ
3
PR Sukun Kudus Santuni 700 Yatim di Pati, Sinergi Kebaikan di Bulan Ramadhan
4
Masjid di Jalur Mudik Diminta Buka 24 Jam, Dukung Pemudik dan Program Khataman Al-Qur’an Nasional
5
Tarhim Ansor di Tegal: Menebar Dakwah, Meneguhkan Bakti kepada Orang Tua
6
PMII Komisariat Gusdur Demak Resmi Dilantik, Siap Bergerak Lebih Progresif
Terkini
Lihat Semua