• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Sosok

Pengasuh Pesantren Amtsilati Jepara Terima Penghargaan Pesantren Modern Inspiratif

Pengasuh Pesantren Amtsilati Jepara Terima Penghargaan Pesantren Modern Inspiratif
KH Taufiqul Hakim (kiri) (Foto: NU Online Jateng/Farhan Maksudi)
KH Taufiqul Hakim (kiri) (Foto: NU Online Jateng/Farhan Maksudi)

Pengasuh Pesantren Darul Falah Amtsilati Bangsri, Kabupaten Jepara KH Taufiqul Hakim terkaget kaget ketika pasantren yang diasuhnya mendapatkan penghargaan 'Pesantren Modern Inspiratif' yang diadakan oleh Islam Nusantara Center dan MPR RI di Gedung Nusantara VI Komplek DPR RI / MPR RI Jakarta, Oktober 2022.


Abah Yai Taufiq, biasa para santri menyebutnya, menceritakan sekilas pengalaman yang membuatnya takjub ketika mendapatkan penghargaan beberapa hari lalu. “Rasanya masih tidak percaya. Sebab metode amtsilati yang diajarkan di Pasantren Darul Falah ini metode baru dan tidak sedikit ada yang menolaknya,” ujarnya. 


Dengan terpilihnya Pesantren Darul Falah Amtsilati sebagai Pondok Pesantren Modern Inspiratif, ini menunjukkan bahwa hanya satu-satunya Pesantren (yang pertama) di Indonesia yang mampu menciptkan sebuah metodologi pembelajaraan Nahwu Shorof.


Dan itu terbukti dengan banyaknya jumlah Kitab Amtsilati yang sudah tercetak puluhan juta exemplar, ratusan lembaga pesantren di Indonesia yang memakai 'Metode Amtsilati' dan tersebarnya alumni amtsilati di 16 Negara.


"Penghargaan ini adalah anugerah Allah SWT dan hadiah untuk para santri di mana pun berada. Syukur alhamdulillah pesantren yang didirikan tahun 2001 silam ini, data terakhir pesantren yang menggunakan metode amtsilati ada 300an pesantren se-Indonesia, ini bukti metode amtsilati makin banyak diminati santri dan pesantren,” ungkapnya. 


Perjuangan terberat adalah meyakinkan publik dengan sesuatu hal baru. Pesantren Darul Falah Amtsilati sejak didirikan sampai sekarang akan terus memaksimalkan hasil keilmuan yang telah dipelajari santri, salah satunya dengan demonstrasi uji kelayakan santri-santri junior di hadapan para wali santri dan masyarakat.


Setelah mendapatkan penghargaan Kiai Taufiq mengungkapkan rasa bersyukur kepada panitia dan pengurus penyelenggara serta berharap Islam Nusantara Center bisa memfasilitasi pemenang ke pemerintah. “Di antara ribuan pesantren, alhamdulillah Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara dipercaya mendapatkan penghargaan Pesantren Modern Inspiratif, semoga kegiatan ini bisa menjadi wasilah hubungan pesantren dengan pemerintah di tingkat nasional. Serta memfasilitasi kiprah pesantren agar kemanfaatannya semakin meluas. Bukan hanya kegiatan ceremonial yang diadakan tahunan saja,” ungkapnya. 


Dalam rangka peringatan hari santri nasional 2022, Kiai Taufiq berharap santri terus menjadi kaum intelektual yang bersikap sederhana dan berakhlak. “Selain selalu bersikap sederhana dan berakhlak, santri harus terus menjaga hubungannya dengan Allah hablumminallah yaitu dengan terus menjaga shalat, dzikir, dan terus bertakwa kepada Allah lalu hablumminannas yaitu menjaga hubungan antar sesama manusia bisa dengan memberi kemanfaatan, bergaul dengan baik dan juga saling memberi,” pungkasnya.





Berdirinya Pesantren Darul Falah


Pesantren Darul Falah bangsri, Kabvupaten Jepara secara tidak resmi telah berdiri semenjak kepulangan KH Taufiqul Hakim dari Pesantren Maslakul Huda, Kajen-Margoyoso, Pati tahun 1996 asuhan KHMA Sahal Mahfudh. Bersamaan kepulangannya dari Kajen, ada 4 temannya yang ikut ke Bangsri dengan tujuan kerja di sebuah toko mebel. Ternyata beberapa temannya yang ikut ke Bangsri termasuk orang yang hafal Alfiyyah, tetapi tidak tahu untuk apa Alfiyyah?. Kemudian mulailah proses pembelajaran oleh Kiai Taufiq sendiri dengan menerapkan contoh apapun yang ditunjukkan dasarnya hingga terkumpul 150 bait intisari Alfiyyah. 


Merasa kurang dengan keilmuan yang dimiliki, Kiai Taufiq berguru thariqah ke Pesantren Al-Manshur, Popongan, Klaten di bawah asuhan KH Salman Dahlawi. Satu minggu kemudian ayahanda beliau wafat, namun beliau tidak bisa mengantarkan ke pemakamannya karena harus menyelesaikan ngaji thariqah. Di samping itu, jika pulang sudah tidak ada angkutan dan biaya. Sejak saat itu beliau bertekad tidak akan pulang. Selain mempelajari thariqah, Kiai Taufiq juga membantu pembangunan Pesantren Al-Manshur sebagai laden (pembantu tukang batu) tanpa menerima upah. Selama 100 hari. Dalam waktu cepat Kiai Taufiq mengkhatamkan thariqah yang mestinya harus ditempuh sekitar 5 tahun.


Kepulangan ke Bangsri


Setelah khatam thariqah, Kiai Taufiq pun pulang ke Bangsri. Suatu hal yang menyedihkan adalah majelis ta’lim yang dirintis bersama 4 orang teman beliau telah bubar, anak-anak yang mondok telah boyong, hanya Shodiqin lah yang kembali. Dan pada suatu hari, ada salah satu tetangganya yang pingsan dan tak sadarkan diri. Setelah dibacakan ayat kursi, Alhamdulillah dengan izin Allah orang tersebut bisa sembuh. Berawal dari situ, namanya mulai dikenal oleh masyarakat setempat. Anak-anak pun mulai berdatangan untuk belajar agama kepadanya.


Sampai tahun 2000, proses belajar-mengajar menggunakan metode menulis bait-bait Alfiyyah di papan tulis. Selanjutnya dibaca dan dipelajari bersama murid. Pada tahun yang sama, ada anak-anak putri yang bersekolah di MTs ikut mondok di tempatnya. Santri selalu stabil 9 orang, bila ada yang masuk, ada yang keluar. Ternyata dari anak-anak kecil tadi ada yang bisa menerima, ada yang tidak bisa menerima, karena memang sama sekali tidak mengenal ilmu nahwu.


Suatu hari Kiai Taufiq mendengar ada sistem belajar cepat membaca Al-Qur’an, dan dirinya menemukan kitabnya yaitu Qiro’ati. Terdorong dari metode Qiro’ati yang mengupas cara membaca yang ada harakatnya, beliau ingin menulis yang tidak ada harokatnya.


“Orang mendengar ilmu nahwu jadi ngelu dan alergi. Orang mendengar ilmu shorof menegangkan syaraf,” ucapnya.


Terbentuklah nama AMTSILATI yang memiliki arti beberapa contoh dari saya, juga sesuai dengan akhiran 'ti dari Qiro’ati. Kiai Taufiq mulai merenung dan muncul pemikiran untuk mujahadah, di mana dalam thariqah ada do’a khusus yang jika seseorang secara ikhlas melaksanakannya, Insyaallah akan diberi jalan keluar dari masalah apapun oleh Allah dalam jangka waktu kurang dari 4 hari. Setiap harinya melakukan mujahadah hingga sampailah di tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan Nuzulul Qur’an. Terkadang, saat mujahadah dirinya mengunjungi makam Mbah Ahmad Mutamakkin, di sana kadangkala Kiai Taufiq seakan-akan bejumpa dengan Syekh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutamakkin, dan Imam Ibnu Malik dalam keadaan setengah sadar. Hari itu, seakan-akan ada dorongan kuat untuk menulis. Akhirnya, Amtsilati mulai ditulis sejak tanggal 17 Ramadhan hingga tanggal 27 Ramadhan. Selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan, amtsilati tertulis hanya sepuluh hari.


Kemudian diketik dengan komputer oleh Nur Subkhi, Kang Toni, dan Kang Marno. Proses pengetikan mulai dari Khulashah sampai Qa’idah Amtsilati memakan waktu hampir satu tahun. Kemudian dicetak sebanyak sebanyak 300 set. Sebagai langkah awal terciptanya Amtsilati, Kiai Taufiq menggelar bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara pada tanggal 16 juli 2002 dan diprakarsai oleh Nur Kholis. Sehingga timbullah tanggapan dari peserta yang pro dan kontra. Beruntungnya, salah satu peserta bedah buku di Jepara mempunyai kakak di Mojokerto yang menjadi pengasuh pesantren. Beliau bernama KH Hafidz, Pengasuh Pesantren Mambaul Qur’an. Beliau berinisiatif untuk menyelenggrakan pengenalan sistem cepat membaca kitab kuning menggunakan metode Amtsilati pada tanggal 30 Juni 2002. 


Ternyata acara di Mojokerto mendapat sambutan yang luar biasa. Terlihat dari banyaknya buku yang terjual, menimbang acara sebelumnya di Jepara banyak buku yang tidak laku. Dari Mojokerto mengalirlah berbagai dukungan hingga ke beberapa daerah di Jawa Timur. Melalui forum yang digelar oleh Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Jember, hingga Pamekasan, Madura. Hingga saat ini, Amtsilati telah tersebar sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam, bahkan Amtsilati terkenal hingga ke luar negeri di antaranya Malaysia dan Singapura. (*)


Pengirim: Farhan Maksudi 
 


Sosok Terbaru