• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Regional

Ulama Perempuan Berkontribusi Besar dalam Peradaban Islam

Ulama Perempuan Berkontribusi Besar dalam Peradaban Islam
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Walisongo Semarang Hj Arikhah (Foto: Dok)
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Walisongo Semarang Hj Arikhah (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Walisongo Semarang Hj Arikhah mengatakan, tidak hanya ulama laki-laki saja, tetapi banyak ulama perempuan yang berkontribusi dalam peradaban Islam, kemajuan suatu peradaban tidak lepas dari perjuangan wanita yang ikut andil di dalamnya. 


“Orang-orang mengetahui bahwa ulama identik dengan laki-laki,” ujarnya saat menyampaikan secara daring melalui Live siaran digital TVRI Jawa Tengah dalam acara Nada dan Dakwah, Sabtu (25/3/2023).


Disampaikan, ulama perempuan itu berasal dari kata majemuk yaitu kata ulama dan perempuan. Ulama sendiri berasal dari bahasa arab yaitu jamak dari kata alim yang artinya mengetahui, menguasai ilmu pengetahuan yang itu tidak teroptasi oleh jenis ilmu atau gender tertentu. 


"Sehingga ilmu apa saja, jenis kelamin apa saja día bisa menjadi ulama dalam pengertian ini sehingga kapasitasnya dalam memahami ilmu pengetahuan ini kemudian menjadikannya semakin takut kepada Allah dalam artian kemudian meningkatkan integritasnya," terangnya. 


ikatakan, ulama dalam pengertian ini punya arti dia pemuka agama yang memahami sumber-sumber Islam secara baik, sehingga hal ini mewujudkan día berakhlak mulia. "Kemudian juga melakukan tugas-tugas bimbingan kepada umat secara baik dalam kehidupan sehari hari,” ucapnya. 


Menurutnya, dalam kongres ulama perempuan bisa bermakna secara biologis dan ideologis. Secara biologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perempuan itu mahluk yang berkelamin perempuan, mengalami haid, kemudian hamil, melahirkan, menyusui.  


"Maka dalam konteks keulamaan muncul para ibu nyai yang punya kapasitas keulamaan. Tidak otomatis, kalau día istrinya pak kiai karena dinikahi oleh kiai kemudian día jadi bu nyai dalam konteks keulamaan karena kapasitasnya yang dihargai," ungkapnya.


Sedangkan lanjutnya, dalam konteks ideologis bahwa ulama perempuan punya keberpihakan dalam memperjuangkan equality dalam kehidupan, kesamaan keadilan antara laki dan perempuan, yang itu sesungguhnya harus dikembangkan.


Arikhah yang juga istri Rektor UIN Walisongo itu menegaskan bahwa dalam Islam Allah menciptakan laki-laki dan perempuan tidak ada yang punya superioritas, jadi semua punya peran kebersamaan. 


”Kemudian dalam konteks ideologis ini ulama bisa laki laki bisa perempuan yang punya perspektif pengembangan potensi laki-laki dan perempuan untuk tugas kebersamaan sebagai mahluk Allah sebagai khalifah filardi untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan bermatabat," pungkasnya.


Pengirim: Raif


Regional Terbaru