• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Regional

Rais PCNU Boyolali: Islam Nusantara Dirindukan Dunia

Rais PCNU Boyolali: Islam Nusantara Dirindukan Dunia
Rais PCNU Boyolali KH A Charir tengah berpidato (Dok. Siswanto)
Rais PCNU Boyolali KH A Charir tengah berpidato (Dok. Siswanto)

Boyolali, NU Online Jateng
Umat Islam di belahan dunia lain termasuk Arab merindukan suasana keislaman di Indonesia yang toleran, rukun, dan damai. Namun ada sebagian orang Indonesia malah kearab-araban yang kurang tepat dalam meneladani esensi Islam dan akhlak Nabi.

"Tidak ada yang salah dengan kearab-araban, namun perlu digarisbawahi bahwa keislaman kita ini justru dirindukan umat Islam seluruh dunia. Misalnya PBNU mendapat permintaan imam masjid dari sejumlah negara di Timur Tengah," tutur Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Boyolali KH Ahmad Charir, Kamis (12/5) malam.

Disampaikan, dalam peringatan malam ke-40 hari wafatnya Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Simo, KH Subur Aditama, di kompleks Pesantren Nurul Quran, Teter, Simo, Boyolali, Kiai Charir berharap, agar segenap keluarga beserta santri merawat dengan penuh kesungguhan peninggalan KH Subur Aditama, baik pondok pesantren maupun amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Dikatakan, amaliyah peringatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seterusnya itu perlu dijaga sebagai tradisi baik untuk mendoakan yang telah meninggal dunia. "Yang menciptakan budaya, kebiasaan peringatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari dari kamatian seseorang adalah Walisongo yang berdasar hadits, termasuk bacaan Al-Quran dan dzikirnya," jelas Kiai Charir.

Dia mengungkapkan, berdasar sejumlah penelitian akademisi, tradisi 3 hari, 7 hari, dan 40 hari dari kematian seseorang itu tidak ada di agama Hindu dan kitabnya. "Di India, tradisi itu juga tidak ada," tegasnya.

Kiai Charir mengatakan, Islam tanpa dirawat budaya belum tentu bisa berkembang dengan baik. "Banyak contoh di negara lain yang Islamnya hancur karena Islam tidak ditopang budaya yang kuat," paparnya.

Ditambahkan, metodologi penyebaran Islam Aswaja di Indonesia yang toleran dan damai dengan tradisi serta tali-temali sampai Rasulullah menjadikan Islam di Indonesia dapat diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk Nusantara dan bertahan lama.

Menurutnya, tradisi keagamaan yang dibungkus dengan budaya dan tidak bertentangan dengan syariat dapat dijadikan sarana ampuh membangun silaturahim dan kebersamaan warga. "Rutinan tahlilan malam Jumat yang diadakan warga NU bisa menjadi jimat," katanya.

Segenap pengurus Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Boyolali turut hadir bersama santri dan warga sekitar mendoakan almarhum KH Subur Aditama.

Setelah itu pengurus PC GP Ansor Boyolali juga menggelar rapat koordinasi yang membahas persiapan rangkaian Konferensi Cabang GP Ansor Boyolali satu bulan mendatang.

Pengirim: Siswanto AR


Regional Terbaru