Regional

Forum 17-an Gusdurian Pekalongan Soroti Isu Lingkungan: Agama Solusi atau Masalah?

Kamis, 17 Juli 2025 | 13:00 WIB

Forum 17-an Gusdurian Pekalongan Soroti Isu Lingkungan: Agama Solusi atau Masalah?

Talkshow Forum 17-an bertajuk “Pekalongan Darurat Lingkungan: Agama sebagai Solusi atau Masalah?” Kegiatan berlangsung di Kafe Bumi Suja, Kota Pekalongan, pada Rabu (9/7/2025)

Pekalongan, NU Online Jateng

Gusdurian Pekalongan bekerja sama dengan Gusdurian UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar Talkshow Forum 17-an bertajuk “Pekalongan Darurat Lingkungan: Agama sebagai Solusi atau Masalah?” Kegiatan berlangsung di Kafe Bumi Suja, Kota Pekalongan, pada Rabu (9/7/2025), dan diikuti oleh 50 peserta lintas iman.


Salah satu narasumber, Dwi Argo Mursito dari Gereja Kristen Jawa Pekalongan, menyampaikan bahwa dalam ajaran Kristen, menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab iman sebagai pengelola ciptaan Tuhan (stewardship).


"Alkitab, khususnya kitab Kejadian, menekankan pentingnya memelihara dan mengurus bumi, bukan hanya menguasainya. Umat Kristen dipanggil untuk menjaga kelestarian alam sebagai bentuk penghargaan terhadap Tuhan dan sesama manusia, serta untuk memastikan keberlangsungan hidup bagi generasi mendatang," ujarnya.


Ia menambahkan bahwa agama memiliki peran strategis dalam menjaga keberlangsungan bumi, salah satunya melalui peran para tokoh agama.


"Misalnya, tokoh agama atau pemuka agama yang punya pengaruh di masyarakat bisa mengingatkan, menyadarkan, sekaligus memberi contoh tentang perilaku menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan," tambahnya.


Senada dengan itu, Shinta Nurani, akademisi dari UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, mengangkat realitas darurat lingkungan di Pekalongan, seperti tingginya produksi sampah harian yang mencapai 220 ton, persoalan rob, pencemaran limbah industri, serta lemahnya sistem pengelolaan sampah.


"Melihat latar belakang tersebut, penanganan masalah lingkungan perlu dilakukan oleh semua pihak. Dalam hal ini, peran agama menjadi penting. Agama jangan hanya mengedepankan doktrin ritualistik, tetapi juga harus mengedepankan nilai-nilai ekologis," jelasnya.


Seknas Gusdurian, Aulia Abdurrahman Sholeh, dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa meskipun sembilan nilai utama Gus Dur tidak secara eksplisit menyebut pelestarian lingkungan, namun prinsip-prinsip yang ada bisa diimplementasikan untuk kepentingan ekologis.


"Nilai-nilai seperti kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, persaudaraan, dan kearifan lokal, dapat diimplementasikan untuk mendukung pelestarian lingkungan," ujarnya.


Koordinator Gusdurian Pekalongan, Amir Muzaki, menyampaikan bahwa kegiatan ini disiapkan dalam waktu singkat sebagai bentuk kepedulian terhadap isu lingkungan.


"Acara ini wujud komitmen kami terhadap pelestarian lingkungan. Melalui diskusi ini harapannya akan tumbuh kesadaran dalam merawat alam," ucapnya.


Kegiatan yang dimoderatori Dina Nur Amilah ini berlangsung hangat dengan sesi diskusi yang melibatkan para peserta secara aktif dalam berbagi gagasan, bertanya, dan menyampaikan pengalaman. Talkshow dibuka dengan pembacaan puisi oleh Fajri Muarrikh dan ditutup dengan menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” bersama.