Naharul Ijtima’ NU Pekalongan Soroti Fenomena Imam yang Diprotes Jamaah
Senin, 14 Juli 2025 | 11:00 WIB

Naharul Ijtima’, yakni silaturahmi, istighotsah, dan ngaji Kitab Attibyan karya Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Kegiatan ini digelar pada Ahad (6/7/2025) di Majlis Taklim dan Dzikir Al-Mubarok, Gondang, Kecamatan Wonopringgo.
Muhammad Syaikhul Alim
Kontributor
Pekalongan, NU Online Jateng
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pekalongan kembali menggelar kegiatan Naharul Ijtima’, yakni silaturahmi, istighotsah, dan ngaji Kitab Attibyan karya Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Kegiatan ini digelar pada Ahad (6/7/2025) di Majlis Taklim dan Dzikir Al-Mubarok, Gondang, Kecamatan Wonopringgo.
Kegiatan diawali dengan pembacaan istighotsah yang dipimpin KH Baihaqi Anwar, dilanjutkan dengan tahlil oleh Wakil Rais Syuriyah KH Muchosin Zabidi. Dalam sambutannya, KH M Nur Alif Wasnadi yang mewakili Ketua PCNU Kabupaten Pekalongan menegaskan pentingnya kebersamaan dalam menyukseskan program organisasi.
“Termasuk pembangunan fisik Pondok Pesantren An Nahdliyah di Kesesi yang saat ini sedang kita genjot. Pembangunan TPQ An Nahdliyah di Wonokerto sudah rampung, renovasi aula PCNU juga hampir selesai tinggal tahap finishing. Kami juga berharap pengurus NU mendukung program kelembagaan seperti KBIHU An Nahdliyah untuk bimbingan umrah dan haji,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Attibyan oleh KH Muhtarom. Sesi tanya jawab berlangsung interaktif. Salah satu pertanyaan menarik disampaikan KH Badrudin Syukri, Rais Syuriyah MWCNU Sragi, yang menyinggung fenomena imam shalat yang tetap memaksakan diri menjadi imam meski tidak disukai jamaah, bahkan mendirikan mushala sendiri.
“Ini perlu menjadi perhatian Nahdlatul Ulama, bagaimana solusi terbaiknya,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, KH Muhtarom menjelaskan berdasarkan hadis yang dikutip Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari dalam Kitab Attibyan, bahwa tidak diterima shalat seorang lelaki yang menjadi imam bagi suatu kaum sementara mereka membencinya. Namun, ia menekankan bahwa alasan ketidaksukaan tersebut haruslah didasari alasan syar’i, bukan karena urusan duniawi seperti perbedaan pandangan politik.
KH Baihaqi Anwar menambahkan, ketidaksukaan jamaah kepada imam biasanya muncul karena adanya kekurangan dalam hubungan vertikal kepada Allah (ḥablum minallāh) maupun horizontal kepada sesama manusia (ḥablum minannās). Ia juga mengingatkan perlunya mawas diri, khususnya bagi para imam sepuh yang mungkin sudah tidak fasih membaca Al-Qur’an.
“Kalau misalnya beliau sudah tidak fasih lagi bacaan Al-Qur’annya, ada baiknya memberi kesempatan kepada yang muda-muda untuk menggantikan. Bisa dipastikan kalau seseorang shalat sementara imamnya tidak disukai, maka shalatnya tidak akan khusyuk,” terangnya.
Acara dihadiri Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Pekalongan KH Baihaqi Anwar, jajaran pengurus harian syuriyah dan tanfidziyah, pengurus lembaga PCNU, MWCNU se-Kabupaten Pekalongan, serta pengurus ranting NU se-MWCNU Wonopringgo.
Kegiatan Naharul Ijtima’ yang digelar secara rutin ini ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah. Para jamaah tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian acara dari awal hingga akhir. Selain sebagai ajang silaturahmi dan penguatan organisasi, kegiatan ini juga menjadi sarana menimba ilmu dan hikmah dari para masyayikh.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Sebelum Lembar Muharram Ditutup
2
Rais Syuriyah PWNU Jateng Kunjungi Warga Terdampak Rob di Timbulsloko Demak
3
Majlis Taklim Nur Janah Brebes Tanamkan Kebiasaan Ibadah dan Baca Tulis Arab Sejak Dini
4
KH Hasan Su’aidi dan H Moch Machrus Abdullah Pimpin PCNU Kota Pekalongan 2025–2030
5
Kemenag Pati Gelar Pembinaan Dai-Daiyah: Perkuat Dakwah Cerdas di Era Digital
6
Bhakti Sosial dan Santunan Yatama, Muslimat NU Bulu Tebar Kepedulian di Bulan Muharram
Terkini
Lihat Semua