Regional

Gus Rozin: PCNU Kota Pekalongan Itu Seperti Singapura di Asia Tenggara, Cilik Tapi Sugeh

Senin, 14 Juli 2025 | 06:00 WIB

Gus Rozin: PCNU Kota Pekalongan Itu Seperti Singapura di Asia Tenggara, Cilik Tapi Sugeh

Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, KH Abdul Ghofar Rozin saat sampaikan sambutan di Konfercab XIX PCNU Kota Pekalongan.

Kota Pekalongan, NU Online Jateng 

Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abdul Ghofar Rozin menyampaikan bahwa Konferensi Cabang (Konfercab) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan merupakan momentum penting yang harus segera digelar demi menjaga kesinambungan khidmah keumatan.

 

“Konfercab ini memang harus segera dilakukan agar kerja-kerja keumatan bisa berlanjut dan tidak terputus di tengah jalan,” tegasnya dalam sambutan pada Konfercab XIX PCNU Kota Pekalongan, beberapa waktu lalu.

 

Menurut Gus Rozin, sapaan akrabnya, keberlanjutan kepemimpinan di tubuh NU merupakan hal yang sangat penting. Hal ini berkaitan langsung dengan pelayanan umat yang tidak boleh berhenti hanya karena masalah teknis struktural.

 

Untuk diketahui, PCNU Kota Pekalongan mengalami kekosongan kepemimpinan setelah Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah mengalami halangan tetap pada akhir tahun 2024. Untuk menjaga keberlangsungan organisasi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetapkan kepengurusan caretaker melalui Surat Keputusan Nomor: 3911/PB.01/A.II.01.44/99/05/2025 tertanggal 23 April 2025.

 

Dinamika Perkum dan Pentingnya Ngaji Organisasi

Gus Rozin juga menyoroti dinamika organisasi NU yang terus berkembang, dari tingkat PBNU hingga ranting. Salah satu isu yang mencuat adalah perubahan-perubahan dalam Peraturan Perkumpulan (Perkum) PBNU yang sering kali tidak terinformasikan dengan baik ke tingkat bawah.

 

“Kita harus akui bahwa kadang PWNU pun ketinggalan dalam mengikuti informasi yang terkandung dalam Perkum. Oleh karena itu, pesan pertama saya adalah mari kita senantiasa rutin mengkaji Perkum-Perkum, terutama ketika PBNU melakukan Konbes,” ujarnya.

 

Ia menekankan pentingnya memahami setiap perubahan dalam Perkum dan mengkaji dampaknya bersama-sama, agar tidak terjadi kekeliruan administratif maupun struktural dalam tubuh organisasi.

 

“Insyaallah ke depan kita akan melakukan ngaji Perkum bersama. Perubahan-perubahan beserta implikasinya harus benar-benar kita pahami,” imbuhnya.

 

Khidmah Ekonomi PCNU Kota Pekalongan Layak Ditularkan

Lebih lanjut, Gus Rozin mengapresiasi kekuatan ekonomi yang dimiliki PCNU Kota Pekalongan. Ia menyebut bahwa salah satu keunggulan cabang ini sejak dulu adalah khidmah dalam bidang ekonomi, yang ditandai dengan kepemilikan gedung pertemuan yang megah meski hanya memiliki empat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU).

 

“Tidak banyak PCNU yang punya gedung sebagus ini. Kalau diibaratkan, Pekalongan itu seperti Singapura di Asia Tenggara—wilayahnya kecil, tapi sugih,” tuturnya.

 

Ia menilai, kekuatan ekonomi ini harus terus dikembangkan dan ditularkan kepada cabang-cabang lain, terutama dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan dakwah. Kultur saudagar yang mengakar di Kota Pekalongan disebutnya sebagai aset berharga yang langka.

 

“Hanya beberapa PCNU yang punya kultur saudagar seperti ini, misalnya di Pekalongan dan Kudus. Ini bukan kekurangan meski hanya ada empat MWC, justru kekompakan dan soliditas itu yang menjadi kelebihan,” katanya.

 

Tantangan Regenerasi: Gen-Z Belum Kenal NU

Gus Rozin juga menyoroti pentingnya regenerasi di tubuh NU, khususnya dalam menyasar generasi muda. Ia menyebutkan bahwa meskipun 58 persen warga Indonesia mengaku sebagai bagian dari NU, hanya 8 persen anak-anak usia Gen-Z (di bawah 20 tahun) yang benar-benar mengenal Nahdlatul Ulama.

 

“Kalau kita tidak mulai menyentuh anak-anak usia sekolah dan kuliah dari sekarang, maka 15 tahun lagi kita akan kekurangan kader,” ujarnya.

 

Untuk itu, Gus Rozin menitipkan peran besar kepada IPNU dan IPPNU agar aktif mendekati anak-anak muda dengan pendekatan yang sesuai dengan bahasa dan kebutuhan mereka.

 

“Kalau kita yang ceramah, baru lima menit saja anak-anak sudah ngantuk. Maka pendekatan harus lewat IPNU dan IPPNU,” jelasnya.

 

PWNU Jawa Tengah, lanjutnya, sudah mulai mewajibkan sekolah-sekolah di bawah LP Ma’arif NU untuk membuka komisariat IPNU-IPPNU. Hal ini menjadi langkah strategis dalam merumuskan program kaderisasi sejak dini dengan pola yang tepat.

 

“Pemahaman terhadap Ahlussunnah wal Jamaah harus dimulai dari atas ke bawah, dari sekolah ke masyarakat. Tentu harus dengan pendekatan dan bahasa mereka sendiri,” pungkasnya.

 

Konfercab XIX PCNU Kota Pekalongan yang digelar pada Jumat (11/7/2025) yang mengangkat tema 'Meneguhkan Khidmah Jam'iyah untuk Melayani Umat Membangun Peradaban' digelar di Gedung Aswaja di Jalan Sriwijaya No 2, Kota Pekalongan. Diikuti oleh 4 MWCNU, 47 PRNU, 18 Lembaga dan 12 Banom yang ada di PCNU Kota Pekalongan memilih KH Hasan Su'aidi sebagai Rais Syuriyah dan H Machrus Abdullah sebagai Ketua Tanfidziyah untuk masa khidmah 2025-2030.