Regional

Peduli Kaum Dhuafa, Desa Mergosari Sukoharjo Wonosobo Sukses Kelola Bazdes, Seperti Apa Pengelolaannya?

Senin, 11 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Peduli Kaum Dhuafa, Desa Mergosari Sukoharjo Wonosobo Sukses Kelola Bazdes, Seperti Apa Pengelolaannya?

Bupati Afif Nurhidayat dan Ketua Baznas Wonosobo Priyo Purwanto saat menyaksikan penyerahan dana Bazdes ke salah satu warga setempat. (Foto: Muharno Zarka/NU Online Jateng)

Wonosobo, NU Online Jateng 

Inisiasi Pemerintah Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dalam mengelola Badan Amil Zakat Desa (Bazdes) di daerahnya rupanya layak diapresiasi. 

 

Betapa tidak? Desa yang sebagian warganya berprofesi sebagai petani ini, kini memiliki lembaga filantropi yang bisa membantu warga kurang mampu atau kaum dhuafa keluar dari jerat kemiskinan. 

 

Bahkan, bisa jadi Bazdes di Desa Mergosari ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Di Wonosobo sendiri, dari 265 Desa/Kelurahan, belum ada lembaga Bazdes sejenis selain di desa penghasil salak pondoh dan durian itu. 

 

Kepala Desa Mergosari Sukoharjo, Slamet Supriyono, kepala NU Online Jateng, Senin (11/8/2025), mengatakan lembaga amil zakat di desanya didirikan pada 22 Desember 2022 lalu ketika dirinya baru terpilih sebagai Kepala Desa. 

 

"Ide itu berawal dari pengalaman gerakan kotak amal pada mobil operasional agen Gas Elpiji. Dari 21 kotak amal yang diletakkan di mobil operasional tersebut, ternyata mampu menghimpu dana Rp 10 juta dalam satu bulan," kisahnya. 

 

Mas Supri-demikian Slamet Supriyono kerap disapa-sebelum menjadi Kepala Desa Mergosari memang merupakan seorang penguasa Agen Gas Elpiji di Wonosobo. Dia pun saat itu menghimpun amal dari sesama pengusaha Agen Gas Elpiji untuk membantu warga kurang mampu. 

 

"Dari situ, saya lalu tergerak untuk melakukan gerakan amal yang sama melalui Pemerintah Desa Mergosari dengan membentuk Bazdes. Alhamdulillah, masih tetap berjalan hingga saat ini," ujar Mas Supri.

 

Kaleng Sedekah di Setiap Rumah

Dia pun menggerakkan kader IPNU-IPPNU setempat dan Tim Penggerak PKK Desa untuk mengoperasionalkan program Bazdes. Setiap rumah diberi kaleng Bazdes Desa Mergosari untuk diisi warga saban harinya. 

 

"Ngisi kalengnya bebas. Tidak diberi ketentuan rupiah. Mau Rp500 monggo. Mau Rp1.000 hingga Rp10 ribu silahkan, yang penting tiap hari diisi untuk diambil petugas. Ada juga yang mengisi Rp50 ribu-Rp100 ribu," ujarnya. 

 

Melalui penggalangan dana lewat Bazdes tersebut, di hari pertama petugas mendapatkan dana Rp14 juta. Sebuah pencapaian yang luar biasa karena di Desa Mergosari rata-rata warganya kelas menengah ke bawah. 

 

"Uniknya, yang menitipkan sedekah melalui Bazdes, tidak hanya warga yang tinggal di rumah. Sebab, beberapa warga yang merantau di luar kota, luar Jawa hingga luar negeri, juga ikut transfer mengisi kaleng Bazdes," terangnya, bangga. 

 

Bahkan, khusus kontribusi pekerja migran, per-tahun bisa terkumpul Rp20 juta hingga Rp30 juta. Di Desa Mergosari tercatat ada sekitar 180 warganya yang bekerja sebagai TKI di berbagai negara di luar negeri. 

 

Menurut Mas Supri, dalam satu kali pengambilan kaleng bisa terkumpul Rp8 juta sampai Rp10 juta. Dana tersebut dibagi 80 persen untuk Bazdes, 10 persen untuk operasional pengelola, 5 persen untuk ATK dan 5 persen untuk MWCNU Kecamatan Sukoharjo.

 

"Uang yang terkumpul lewat Bazdes dimanfaatkan untuk membantu warga kurang mampu. Ada yang disalurkan untuk program pembangunan RTLH, beasiswa anak sekolah dan santri, santunan anak yatim piatu, janda dan kaum dhuafa lainnya," papar Mas Supri. 

 

Kini, karena keberhasilan mengelola dana Bazdes, Desa Mergosari termasuk desa mandiri. Warga kurang mampu yang membutuhkan bantuan sudah bisa dibantu oleh warga setempat yang berkontribusi mensedekahkan sebagaian hartanya lewat Bazdes untuk mereka yang membutuhkan. 

 

Menuai Apresiasi dari Pemerintah dan Baznas

Keberhasilan Bazdes Mergosari menjadikan desa ini sebagai desa mandiri dan menginspirasi daerah lain. Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, bersama Baznas Kabupaten Wonosobo, bahkan turun langsung menyerahkan bantuan RTLH kepada warga hasil pengelolaan dana Bazdes.

 

Afif menilai, model ini patut ditiru desa lain karena mampu membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan ekstrem.

 

"Ini gerakan luar biasa. Masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap kondisi warga kurang mampu di sekitarnya. Pemerintah tentu sangat terbantu," ujarnya.

 

Ketua Baznas Kabupaten Wonosobo, Priyo Purwanto, menambahkan bahwa siapapun bisa menjadi amil zakat, termasuk pemerintah desa.

 

"Semakin banyak pihak yang bergerak dalam penggalangan dan penyaluran zakat, semakin besar manfaat yang bisa dirasakan masyarakat," tandasnya.