• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 18 Mei 2024

Opini

Tiga Kunci Atasi Malas di Bulan Suci Ramadhan

Tiga Kunci Atasi Malas di Bulan Suci Ramadhan
Foto: ilustrasi (nu online)
Foto: ilustrasi (nu online)

Wahai anakku, hindarilah sifat malas dan bosan, karena keduanya kunci keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, tidak akan banyak melaksanakan kewajiban. Jika engkau bosan, tak akan tahan dalam menunaikan kewajiban.” Sayyidina Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu


Ramadhan merupakan moment istimewa bagi umat Islam. Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki oleh sebelas bulan lainnya. Bahkan Allah SWT juga memberikan apresiasi yang luar biasa kepada mereka yang memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Pemberian inilah sebagai perwujudan atas rahmat dan nikmat Allah SWT kepada umatnya. Maka sangatlah beruntung dan berbahagia jika masih berkesempatan bertemu dengan bulan suci Ramadhan. 


Menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan tidak sekadar menahan haus dan lapar sebagaimana waktu yang ditentukan, tetapi Ramadhan dapat dijadikan wahana edukasi dan juga peningkatan kualitas keimanan. Berpuasa bagian dari upaya menjaga nafsu dan syahwat manusia agar tidak berkelana ke mana-mana selama satu bulan ini.  


Berpuasa merupakan upaya memproteksi diri agar tidak melakukan berbagai hal yang dibenci oleh Allah, baik yang bisa dilakukan oleh mata, lisan, telinga, atau bagian tubuh yang lain. Puasa juga sebagai solusi mengendalikan diri untuk tidak berkata–kata yang mubazdir atau memproduksi berita hoaks, juga agar tidak mendengarkan atau membaca sesuatu yang diharamkan oleh agama.

  

Dari sekian batasan tentang berpuasa menjaga nafsu dan syahwat merupakan hal yang terberat dan urgen untuk memenuhi syarat sah ibadah puasa. Puasa dikatakan sah manakala puasa yang diterima Yang Maha Kuasa. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Lima hal ini bisa membuat puasa seseorang tidak sah: berbohong, menggunjing, mengadu domba, sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat”.

 

Berpuasa hendaknya jangan dijadikan alasan atau pembenaran menurunkan aktivitas beribadah, berkarya atau berproduksi. Justru sebaliknya di bulan puasa aktivitas tersebut hendaknya semakin bertambah, mengingat pahala di bulan puasa sungguh luar biasa.  Namun hal tersebut sering terkendala oleh rasa malas atau bosan.

  

Perasaan malas dan bosan memang virus utama bagi orang–orang yang menjalankan ibadah puasa. Virus ini merupakan tantangan terberat orang berpuasa. Keadaan ini sering menyebabkan orang–orang enggan untuk beraktivitas sosial keagamaan seperti mengaji (menghadiri majelis taklim) dan shalat taraweh. 


Sayyidina Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berpesan "Wahai anakku, hindarilah sifat malas dan bosan, karena keduanya kunci keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, tidak akan banyak melaksanakan kewajiban. Jika engkau bosan, tak akan tahan dalam menunaikan kewajiban.


Malas dan bosan memang memang sebelas dua belas dalam kehidupan ini. Malas merupakan perasaan enggan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan bosan merupakan rasa yang akibat terlalu sering melakukan suatu hal. Keduanya adalah hal yang manusiawi, namun demikian  kondisi tersebut jangan dituruti melainkan harus dilawan.  


Perlu diketahuai sebenarnya bahwa sifat malas itu sangat dicela dalam Islam dan tidak baik untuk dipelihara. Ajaran Islam mengajurkan agar umatnya menjauhi perbuatan malas. Hal ini selaras yang disampaikan oleh Imam Ali AS: “Seseorang yang malas hingga berlebihan maka akan menjadi lemah dan ia akan menghancurkan kehidupannya, dan akibatnya, akan mengarah kepada dosa dan ketidaktaatan kepada Allah SWT.” 


Sifat malas sangat berdampak pada keadaan jiwanya, sebagaimana sabda Muhammad Rasulullah SAW: “Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian berdzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudhu, terlepaslah satu ikatan lagi. Jika dia shalat, maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus. Jika tidak bangun (malam), jadilah jiwanya jelek dan malas.” (HR Bukhari). 


Oleh karena itu, untuk bisa  terhindar dari kebiasaan malas sedikitnya ada tiga cara yang diajarkan Rasulullah yakni perbanyak doa, melawan bisikan setan, dan memperbanyak ilmu atau pengetahuan. 


Doa adalah senjata yang paling ampuh bagi umat muslim dalam hal apapun, karena hal ini merupakan salah satu bentuk penghambaan diri kita pada Allah SWT. Doa merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa para  mukmin yang terjangkiti penyakit malas. Namun syaratnya doa yang dimintakan harus dengan bersungguh-sungguh dan berkelajutan sambil diimbangi dengan aktivitas yang nyata.


Berikut ini contoh doa melawan rasa malas yang dikutip dari buku kumpulan doa : Allahumma inni a’uzubika minal kasali wal harami wal ma’tsami wal maghrami wamin fitantil qobri wamin fitnatin nar wa ‘azabin nar wamin syarri fitnatil ghina wa a’uzubika min fitnatil faqri wa a’uzubika min fitnatil masihid dajjal.


Artinya : “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan usia jompo, perbuatan dosa dan hutang, fitnah kubur dan azab kubur, fitnah neraka dan azab neraka, keburukan fitnah kekayaan, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Masih Dajjal.”


Kedua, melawan bisikan setan. Setan merupakan musuh utama manusia. Banyak cara yang dilakukan setan dalam memprovokasi manusia, salah satunya dengan bisikan–bisikan kemalasan. Melawan bisikan setan merupakan tantangan yang tidak ringan. Bisikan setan di  bulan Ramadhan dapat berwujud apa banyak hal, salah satunya adalah rasa malas. Sikap malas ini terus berusaha mengusik dan membujuk agar kita bersikap acuh terhadap amalan yang membuat ibadah puasa semakin sempurna. Ini dapat terlihat dengan beratnya kaki ini untuk melangkah ke mushala atau masjid. Belum lagi keengganan untuk bangun sahur  atau  qiyamul lail. 


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Setan mengikatkan tiga ikatan di belakang kepala salah seorang dari kalian ketika tidur. Pada setiap ikatan setan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah.” Apabila salah seorang dari kalian terjaga dari tidur, lalu menyebut nama Allah, maka akan terlerai satu ikatan. Jika ia mengambil wudhu, maka terlerai satu ikatan lagi. Dan jika ia shalat, maka terlerailah semua ikatan. Jika demikian, maka ia akan bangun di waktu pagi dalam keadaan rajin serta lapang hatinya. Jika ia tidak (melakukannya), maka ia bangun pagi dalam keadaan buruk jiwanya dan diliputi rasa malas.”  (HR Abu Dawud,  Ibnu Majah,  Ibn Hibban, dan lainnya)


Langkah  ketiga  mengusir malas dengan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan dan keterampilan. Dengan berbekal berpengetahuan dan ketrampilan diharapkan akan muncul sejuta kreativitas dan aktivitas. Dari sejuta kreativitas dan aktivitas diharapkan dapat mengikis rasa malas dan bosan yang  selama  ini menjadi virus beribadah di bulan Ramadhan.


Di samping itu, orang berilmu menjadikan derajat kemanusian akan meningkat dari pada mereka–mereka yang tidak berilmu. Berilmu yang luas juga akan mempermudah dalam memahami suatu hal dari segi kebaikan ataupun keburukannya. Dengan berilmu akan semakin tahu faedah-faedah melakukan suatu hal seperti fadlilah menjalankan shalat berjamaah, tadabur Al-Qur'an dan sebagainya.  

Semoga ibadah puasa tahun ini dapat dilaksanakan penuh semangat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Wassalam  


Lek Basyid Tralala, mantan Sekretaris Pimpinan Cacang Ikatakan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kaupaten Kendal, Pengurus Harian Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kaliwungu Selatan, Kendal 


Opini Terbaru