• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Dinamika

Sambut Ramadhan, Ini Tradisi yang Masih Berjalan di Purbalingga

Sambut Ramadhan, Ini Tradisi yang Masih Berjalan di Purbalingga
Tradisi tumpengan yang sudah turun temurun dilakukan untuk sambut bulan Ramadhan di Purbalingga (Foto: NU Online Jateng/Solekhatus Salamah)
Tradisi tumpengan yang sudah turun temurun dilakukan untuk sambut bulan Ramadhan di Purbalingga (Foto: NU Online Jateng/Solekhatus Salamah)

Purbalingga, NU Online Jateng
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan disambut antusias masyarakat muslim dengan berbagai kegiatan. Khususnya warga NU di berbagai daerah, tidak terkecuali Nahdliyin di Desa Kutawis, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga.

 

Tradisi menggelar selamatan pada malam pertama bulan Ramadhan setelah shalat tarawih dilakukan salah satu mushala di Desa Kutawis dengan menggelar 'tumpengan' bersama seluruh jamaah sebagai bentuk rasa syukur bisa bertemu dengan bulan Ramadhan.

 

"Apa yang dilakukan oleh seluruh jamaah di sini merupakan tradisi yang turun temurun yang selalu dilakukan oleh para leluhurnya. Selain sebagai ungkapan syukur juga untuk kirim doa kepada keluarganya yang telah meninggal," ucap Takmir Mushala Al-Ikhlas Akhmad Muhajir Yusuf kepada NU Online Jateng, Rabu (14/4).

 

Dikatakan, tradisi tumpengan merupakan acara yang masih mengakar kuat pada masyarakat. Tradisi tumpengan sebenarnya tidak hanya digelar pada saat Ramadhan saja, namun pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti tasyakur hari kelahiran, tahlilan dan sebagainya. 

 

"Namun, pada saat Bulan Ramadhan tiba, maka tradisi tumpengan digelar pada malam satu Ramadhan. Tumpengan juga dilaksanakan di beberapa mushala lain di Desa Kitawis," ujarnya.

 

Disampaikan, tumpengan berarti bahwa orang-orang berkumpul menikmati nasi yang telah dimasak dan dibentuk seperti bangun ruang kerucut, dengan dilengkapi lauk pauk. Kemudian makanan tersebut digelar di atas daun pisang, dan orang-orang akan melingkar untuk menikmati makanan bersama. Adapun makanan tersebut berasal dari warga sekitar yang sukarela memasak dan membawanya ke mushala.

 

“Setiap malam satu Ramadhan, di Desa Kutawis selalu mengadakan acara tumpengan. Acara ini dilaksanakan setelah shalat tarawih selesai, sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas datangnya Bulan Suci Ramadhan. Selain rasa syukur, tradisi seperti ini tentu akan merekatkan ukhuwah antara satu orang dengan lainnya, sehingga saya berharap dengan adanya acara tumpengan atau makan bersama ini, warga NU di Kutawis semakin solid dan mempunyai rasa kekeluargaan,” jelasnya.

 

Salah seorang jamaah Watimah menyampaikan bahwa dia sangat bersemangat untuk mengikuti tradisi semacam ini. “Saya sangat senang tentunya dengan datangnya Bulan Ramadhan dan yang membuat lebih senang lagi adalah tumpengan atau makan besar bersama tetangga yang membuat suasana kekeluargaan semakin erat. 

 

"Bahkan, ketika makan kami tidak habis, maka kami akan membungkus dan membawanya pulang, kalau di bahasa jawa istilahnya 'mberkat'," ucapnya.

 

Sebelum tradisi tumpengan dilaksanakan, warga terlebih dahulu melaksanakan shalat tarawih, memukul bedug dan kenthong, doa bersama dan menggelar tumpengan di atas daun pisang. Acara berjalan dengan khidmat dan penuh rasa syukur. 

 

Pewarta: Solekhatus Salamah
Editor: M Ngisom Al-Barony
 


Dinamika Terbaru