• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Tangkal Radikalisme Melalui Penanaman Nilai Nasionalisme dalam Al-Qur’an

Tangkal Radikalisme Melalui Penanaman Nilai Nasionalisme dalam Al-Qur’an
Foto: Ilustrasi (NU Online)
Foto: Ilustrasi (NU Online)

Sebagai bangsa dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, sudah seharusnya Indonesia mampu menjadi contoh dalam mengejawantahkan kandungan Al-Qur’an di kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun Indonesia bukanlah negara Islam, namun dalam berbangsa dan bernegara Indonesia memegang ideologi Pancasila yang mempunyai relevansi dengan nilai-nilai Al-Qur’an.

 

Al-Qur’an pulalah yang mengajarkan rasa nasionalisme terhadap manusia kepada bangsa sendiri. Nasionalisme ini menjadi penting karena bila melihat kejadian akhir-akhir ini baik intoleransi, kekerasan, sampai teror atas nama agama sudah semakin marak terjadi. Kejadian tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan agama dan salah dalam memilih guru agama. Dengan mati bunuh diri dan menembaki polisi, mereka anggap sebuah pengabdian karena dianggap jihad, itu salah besar. Sesungguhnya pengabdian yang benar adalah bagaimana kita berterima kasih atas tanah yang kita tempati dengan mengisi kemerdekaan dengan hak yang positif, itulah yang dinamakan nasionalisme.

 

Ilmuwan barat seperti Hans Kohn dalam bukunya Nasionalisme arti dan Sejarahnya, menjelaskan makna nasionalisme itu dengan sikap atau faham yang mengajarkan untuk mencintai bangsasnya sendiri. Islam sendiri memandang nasionalisme mempunyai korelasi antara agama dan Iman. 

 

Lebih jauh Rasulullah SAW sudah mencontohkan rasa cintanya terhadap tanah airnya. Sesungguhnya dalam Al-Qur'an sudah banyak menceritakan tentang cinta tanah airnya yaitu Makkah. Hal ini tergambarkan dalam sabdanya 'Betapa indahnya engkau wahai Makkah, betapa cintanya aku padamu. Jika bukan karena aku dikeluarkan oleh kaumku darimu, aku tidak akan meninggalkanmu selamanya'. Ucapan Rasulullah itulah yang bisa menjadi dalil bahwa mencintai tanah air merupakan ajaran Islam.

 

Terkait nasionalisme, beberapa sudah mengemukakan pendapatnya. Di antaranya adalah Jalaluddin As-Suyuti dalam kitabnya 'Husn al-Muhadarah fii Akhbar Misr wal Qahirah'. As-Suyuti mengistilahkan nasionalisme dengan kata al-Qaumu al-wattan yang bermakna rakyat yang mencintai tanah airnya (naisonalisme). Lebih lanjut As-Suyuti mengatakan bahwa cinta tanah air bisa mempengaruhi dan mengembangkan rasa sosialis antar masyarakat. Sehingga akan mendorong dan membangkitkan semangat masyarakat dalam menyelesaikan problem-problem yang sedang di hadapi. 

 

Pendapat kedua, Sayyid Muhammad yang tertulis dalam bukunya al-Tahliyah wa al-Tarbiyah wa al-Tahdzib, Ia menggunakan istilah watan sebagai nasionalisme. Menurut Sayyid Muhammad dalam menjelaskan tentang negara dengan ungkapan 'Tanah air adalah negara tempat engkau dilahirkan dibesarkan dan tempat engkau mengambil manfaat dari tumbuh-tumbuhan, binatang ternak, udara serta air, dan seterusnya dan seterusnya'. 

 

Sebenarnya berkaitan dengan kewajiban manusia untuk mencintai air atau nasionalisme sudah banyak dijelaskan oleh banyak ulama lainnya, di antaranya Syekh Nawawi al-Bantani, KH Hasyim Asy'ari dan lain sebagainya. Kemudian bagaimana Al-Qur’an memandang nasionalisme. Ada beberapa ayat yang menjelaskan terkait dengan nilai-nilai nasionalisme dalam Al-Qur’an.

 

Pertama, Cinta Tanah Air yang terdapat pada QS Al-Baqarah ayat 144 

 

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

 

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nashrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhanmu; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. 

 

Kedua, Patriotisme yang terdapat pada QS At-Taubah ayat 41:


 

اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَّثِقَالًا وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

 

Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

 

Ketiga, Persatuan yang terdapat dalam QS Al-Mu’minun ayat 52
 

وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ

 

Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

 

Ayat-ayat tersebut di atas merupakan sebagian ayat yang menjelaskan tentang nilai-nilai nasionalisme. Sebenarnya masih banyak lagi misalnya yang terdapat pada QS An-Nisa ayat 75 yang membicarakan tentang Pembebasan, QS Al-A’raf ayat 160 yang membicarakan tentang persamaan keturunan, kemudian QS Al-Hujarat ayat 13 yang membicarakan tentang pluralisme.

 

Nilai-nilai nasionalisme dalam Al-Qur’an sudah seharusnya tertanam dalam sanubari setiap insan. Sebagai upaya preventif dari paham-paham radikal dan langkah strategis dalam menanamkan rasa naionalisme dalam diri. 

 

 

A Qomarudin, dosen Institut Islam Bakti Negara (IBN), Kabupaten Tegal


Opini Terbaru